Kemacetan memang perlahan sudah mulai hilang. Tapi, karena kita manusia, justru semacam ada yang hilang saat mudik tanpa ada kemacetan.
Kamu sadar nggak, ada satu hal yang hilang dari momen mudik lebaran tahun ini? Bahkan saking seringnya terjadi, hal ini digadang sebagai bagian dari tradisi arus mudik. Hal apakah itu? Iya, kemacetan.
Tentang macet jalur arus mudik. Macet sudah seperti pasangan saat momen arus mudik lebaran tiba. Hal yang tak bisa dihindari sejak sekian lama. Mulai dari ujung barat sampai ke timur. Entah bagian jalur utara maupun jalur selatan.
Semuanya sama mengalami yang namanya macet. Macet menimbulkan banyak waktu terbuang. Semakin jauh jarak yang ditempuh, semakin lama waktu yang dibutuhkan.
Jangankan hanya hitungan jam. Bahkan ada yang memakan hitungan hari dan malam. Akibatnya, timbul rasa bosan dalam satu ruangan sempit beserta barang bawaan. Belum lagi yang tidak sabar untuk segera sampai.
Butuh energi lebih untuk menangkal rasa kantuk dan lelah. Sampai berlebihan mengkonsumsi minuman energi. Sebagai booster hingga berdampak pada kesehatan organ ginjal. Namun kini perlahan berubah.
Macet yang dulu bukanlah yang sekarang. Kalau kamu tilik lini masa media sosial. Banyak update tentang perjalanan mudik tahun ini yang riang gembira. Karena jarak tempuh lebih cepat dari tahun sebelumnya.
Sampai hilangnya momen macet dalam perjalanan. Mudik tanpa macet bagai sayur tanpa sayuran (terlalu mainstream kalau tanpa garam). Kini macet perlahan hilang meninggalkan, seperti dia yang saat dicari tiba-tiba begitu saja menghilang.
Karena inovasi pemerintah, arus mudik jadi lebih singkat. Tidak ditemui macet padat nan berkepanjangan. Gegara itu arus mudik terasa lebih cepat. Tak ada lagi hal sambat mengenai macet yang padat.
Yang ada hanya sambutan dan tawa bahagia sanak saudara. Menyambut kedatangan anggota keluarga dari jarak tempuh yang jauh. Gegara rezim sekarang macet tak lagi menjadi suatu tradisi kala arus mudik menjelang.
Dari jarak ratusan kilo yang ditempuh selama puluhan jam bahkan harian. Kini hanya menjadi beberapa jam. Meski berita laka sempat seliweran. Tapi macet tak lagi menjadi hal yang disambatkan.
Pemerintah telah mengubah tradisi arus mudik lebaran. Tapi anehnya masih diributkan. Ada yang merasa senang ada juga yang merasa kehilangan. Kehilangan satu tradisi yang bernamakan macet.
Tak apa tradisi macet arus mudik perlahan hilang. Yang terpenting bisa selamat sampai tujuan. Bertemu dan berkumpul bersama keluarga. Berbagi kisah tersenyum dan tertawa bersama. Memelihara degup kebahagiaan.
Tahun ini, saya pun mudik dengan waktu yang singkat. Dari Kota Bojonegoro ke Kota Solo yang dulu ditempuh dengan waktu 4 sampai 5 jam beserta iringan macet. Kini bisa ditempuh hanya dalam waktu 3,5 jam.
Karena tradisi macet perlahan hilang dari momen arus mudik lebaran. Sangat disayangkan saya berangkat mudik H-1 Lebaran. Di mana itu adalah hari tekakhir untuk berpuasa. Ketika sampai kota tujuan, eh belum tiba saatnya buka puasa. Heeee ~
Jadi untuk berbuka puasa harus menunggu lebih lama sekian menit dari sebelumya. Menguji kesabaran ditengah lapar dan dahaga dalam padatnya kota. Sekilas suara klakson mirip dengan sangkakala.