Dunia pendidikan tak pernah dipisah dari persebaran islam. Begitu prinsip KH Ahmad Bishri Mbaru.
KH Ahmad Bisri merupakan ulama penyebar agama islam di Dusun Mbaru, Desa Banjarejo, Kecamatan Padangan. Namanya identik sebagai penggerak dunia pendidikan.
Selain mendirikan yayasan pendidikan islam tepat pasca kemerdekaan, beliau juga salah satu pengurus pertama NU Padangan-Bojonegoro (1938).
KH Ahmad Bisri ulama yang dijuluki pejuang pendidikan. Beliau sosok yang bersama KH Rachmat Zuber, selalu berupaya agar Ma’arif NU Bojonegoro cepat-cepat didirikan.
KH Ahmad Bisri berdakwah melalui dunia pendidikan islam sejak zaman Jepang. Pada 1947, Mbah Bisri mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Nurul Ulum di Desa Mbaru, Padangan. Yayasan pendidikan islam pertama di Kecamatan Padangan, yang diformalkan tepat setelah kemerdekaan.
Mbah Bisri adalah santri kinasih KH Hasyim Jalakan (sohib Tashrifan Padangan). Beliau tak bisa lepas dari sosok besar KH Hasyim Jalakan. Sebab, selain santri kinasih, Ahmad Bisri adalah anak angkat KH Hasyim Jalakan. Mbah Bisri sosok yang mendokumentasi dan mengawetkan karya dan kiprah perjuangan Mbah Hasyim Jalakan.
Setelah belajar dari SR dan keluarganya, di usia yang masih kecil, dia mengabdi di ndalem KH Hasyim Jalakan. Mbah Bisri adalah murid langsung KH Hasyim Jalakan. Saking dekatnya dengan KH Hasyim Jalakan, Bisri kecil diangkat Mbah Hasyim Jalakan sebagai anak angkat. Nama depan Ahmad adalah pemberian KH Hasyim Jalakan pada Ahmad Bishri yang semula hanya bernama Bishri saja.
Ahmad Bishri belajar banyak dari KH Hasyim Jalakan. Mulai ilmu Qur’an, fiqih, ilmu alat, hingga tafsir. Amad Bisri belajar menerjemah kitab juga dari Mbah Hasyim Jalakan. Kelak, Ahmad Bisri sering diminta mbadali Mbah Hasyim Jalakan saat sang guru tak bisa mengisi pengajian.
Mbah Hasyim pula sosok yang meminta Ahmad Bisri berkhidmah di NU. Bahkan, hampir semua anggota keluarga Mbah Hasyim didorong berjuang di NU.
Mbah Hasyim meminta anaknya yang bernama KH Sholeh Hasyim membawa NU ke Bojonegoro. Beliau meminta menantunya, KH Usman, agar membawa NU ke Cepu. Beliau juga memerintahkan anaknya yang lebih kecil, Hakam Hasyim dan anak angkatnya, Ahmad Bisri, untuk ngurus NU di Padangan.
Mbah Hasyim memerintahkan Hakam Hasyim memperjuangkan NU lewat birokrasi pemerintahan, sementara anak angkatnya, Ahmad Bisri, beliau amanahi agar berjuang lewat dunia pendidikan.
Ahmad Bisri kian getol membuat majelis ta’lim di kawasan Padangan, untuk syiar dan melanjutkan kiprah KH Hasyim Jalakan di dunia pendidikan. Puncaknya, saat mendirikan Yayasan Pendidikan Islam Nurul Ulum pada 1947 di Desa Mbaru Kecamatan Padangan.
Sejak saat itu, Ahmad Bisri dikenal dengan sebutan Mbah Bisri Mbaru. Sebab, yayasan pendidikan yang didirikan pada 1947 itu berada di Desa Mbaru. Yayasan itu menjadi yayasan pendidikan islam pertama di Kecamatan Padangan, yang diformalkan sepasca kemerdekaan.
Nasab KH Ahmad Bisri Mbaru
Ahmad Bisri lahir di Dusun Mbarangan, Kuncen Padangan (1920-1993). Mbah Bisri bagian dari Bani Mbarangan. Beliau adalah cucu dari Kiai Sanusi Mbarangan, ulama di Dusun Mbarangan, Kuncen Padangan.
Secara nasab, Mbah Bisri adalah keturunan ke-8 dari Syekh Abdul Jabbar Nglirip Tuban sekaligus keturunan ke-9 dari Syekh Sabil Menak Anggrung Padangan. Nasabnya: Bisri bin Warsun bin Kiai Sanusi Mbarangan bin Kiai Syahid Kembangan bin Kiai Syihabuddin bin Kiai Istad bin Kiai Juraij bin Kiai Anom bin Syekh Abdul Jabbar Tuban. Mbah Jabbar adalah menantu Syekh Sabil Menak Anggrung.
Ditulis dalam rangka haul KH Ahmad Bisri Mbaru yang ke-29 (31 Agustus 2022)