Meletakkan rasa kecewa di tempat yang tepat dan memberi respon yang terukur terhadap kehilangan.
Lagu-lagu karya Letto dikenal dan disukai karena lirik-liriknya yang kuat dan multimakna. Ditambah dengan petikan melodi yang ritmis, magis, dan mengiris. Ada satu lagu Letto, di antara banyak lagu, yang sangat kusuka, Memiliki Kehilangan.
Memiliki adalah mendekap, kehilangan berarti melepas. Memiliki berarti dekat, kehilangan berarti berjarak. Bahagia menjadi wajah yang umum saat memiliki yang diinginkan, sebaliknya, bersedih adalah ekspresi yang tampak saat kehilangan.
Memiliki kehilangan adalah oksimoron yang tragis. Tetapi, mau tidak mau, suka tidak suka, harus diterima dan diinsafi dengan penuh sadar. Mengapa? Saat memiliki harus siap-siap untuk kehilangan. Kalau tidak mau kehilangan, janganlah mendekap sesuatu di dalam jiwa untuk dimiliki. Dua hal yang melekat dalam sekeping mata uang.
** **
Saat melambungkan harapan, selalulah berikan ruang, meskipun kecil, dalam jiwa kita untuk kecewa atau dikecewakan. Di dalam ekspektasi akan harapan yang melangit, jangan lupakan untuk mendaratkan kenyataan dalam wujud harapan yang tidak sesuai. Memiliki harapan, sejatinya juga, memiliki kesiapan untuk dikecewakan.
Hingga pekan ke-6 Serie A Liga Italia, AC Milan masih menempati puncak klasemen liga. Status sebagai tim yang belum terkalahkan juga menambah catatan impresif tim yang musim ini mencatatkan skuat termuda di antara seluruh kontestan Liga Serie A.
Sebagai pemegang juara Liga Champion terbanyak kedua, AC Milan telah lama absen berkompetisi di liga tim-tim elit Eropa. Kondisi serupa terjadi di liga domestik, setelah meraih juara sedekade silam, AC Milan berubah dari tim elit dan bersaing menjadi juara menjadi tim medioker yang menjadi langganan bahan tertawaan fans lawan.
Di tengah tren impresif dan melambungnya harapan, sebagai fans Rossoneri, tentu harus bersiap-siap ketika tren klub mengalami jalan terjal dan penurunan. Saat itulah, harapan yang melangit, harus menerima koreksi untuk kembali realistis. Saat itulah pelan-pelan, rasa kecewa harus diterima sebagaimana seharusnya.
Pelatih AC Milan, Stefano Pioli, menyadari akan tantangan dan kemungkinan itu. Saat ditanya wartawan, “Tren positif tim Anda suatu saat akan bethenti, kekalahan akan menghampiri. Kalau itu terjadi, bagaimana Anda dan tim Anda merespons?” Pioli menjawab, “Itu bukan mentalitas kami. Untuk apa kami memikirkan kekalahan.”
Mentalitas kemenangan yang dicoba dijaga dan ditanamkan Pioli akan mendapat jawaban saat AC Milan mengalami kekalahan. Menarik menunggu saat itu: Bagaimana AC Milan merespons kekalahan tersebut, menjadi semakin kuat atau malah melemah? Sembari menunggu saat itu, para fans, siapkanlah mental untuk kecewa saat tim menurun performanya.
Kejadian itu pernah terjadi saat AC Milan ditangani Gattuso. Sempat menjalani rentetan kemenangan dan hasil positif dalam beberapa pertandingan, kekalahan di Derbi Milan meruntuhkan mentalitas tim. Ujungnya performa tim menurun.
Tim Setan Merah lain dari kota Manchester, selalu tidak pernah mengecewakan untuk menghaditkan kekecewaan bagi para pendukungnya, termasuk aku. Ungkapan “jangan ragukan kemampuan Manchester United dalam mengecewakan pendukungya” layak untuk dijadikan kredo bagi seluruh fans MU.
Perlahan dan terus-menerus, semenjak ditinggal Sir Alex Ferguson, MU makin piawai untuk menjadi tim medioker dengan penampilan yang membuat deg-degan dan hasilnya mengecewakan. Terima saja.
Musim ini, penampilan MU naik-turun ibarat roller coaster: meyakinkan di satu pertandingan, kemudian mengecewakam di pertandingan lain. Penampilan MU musim ini konsisten untuk tidak konsisten. Harapan yang sempat hadir sepekan sebelumnya, berganti kekecewaan sepekan setelahnya.
Sempat diragukan karena menelan kekalahan di pertandingan awal Liga, dan penampilan yang tidak konsisten hingga menelan kekalahan telak dari Tottenham Hotspurs. Respons baik ditunjukkan MU dengan mengalahkan finalis dan semifinalis UCL musim lalu: PSG dan RB Leipzig. Harapan membuncah, sebelum buyar akibat kekalahan dari Arsenal.
** **
Harapan dan ekspektasi sepaket dengan kekecewaan. Hal ini bukanlah berarti tidak perlu untuk memiliki harapan dan ekspektasi. Sebagaimana kehilangan saat memiliki, bukan berarti kita tidak perlu memiliki dan berkehendak mempunyai sesuatu untuk didekap.
Poin pentingnya adalah: bagaimana kita menaruh dalam ruang jiwa kita, perasaan untuk kecewa dan kehilangan, sehingga tidak jatuh terperosok. Di saat yang lain, memberi respons yang tetap dan terukur saat kecewa dan kehilangan. Respons yang baik, tentu akan menjadi lompatan ke arah perbaikan.