Sudah hampir tiga kali saya hampir jatuh gara-gara kesrimpet rok. Kelihatannya sepele, tapi memang penting. Bahkan bisa membahayakan.
Pagi tadi, saya dan salah seorang teman meluncur ke Desa Sukosewu, tepatnya di selatan DAM Klepek. Ngapain? mbolang sambil jalan-jalan, hehe. Eh, bukan! kami kerja.
Ya, kerja di lapangan. Meski puasa-puasa ya bismillah, kan sudah niat. Ya sudah, kami langsung berangkat naik sepeda motor. Setelah perjalanan kira-kira 45-50 menit, kami sampai di lokasi.
Tapi belum tahu lokasi rumahnya di mana. Berkali-kali tanya orang dan akhirnya ketemu, alhamdulillah. Itu dia, rumah menghadap ke barat, kiri jalan. Depan rumahnya ada tulisan, “jual sate kambing.” Nah, akhirnya ketemu.
Namanya Pak Jamal, beliau mustahik pertama hari ini yang mendapat giliran bantuan gerobak. Kami mengantarkan Bapak yang membawa mobil pikap yang mengangkut gerobak.
Pertama, saya basa-basi dahulu. Melihat keadaan rumah dan kondisinya. Saya menjumpai rombong yang memang sudah tidak layak pakai. Apalagi dibuat jualan, rombong sudah rusak. Senang sekali melihat wajah Pak Jamal begitu ceria, seketika kami datang dan membawa gerobak tersebut.
WhatsApp saya berbunyi, ternyata dari Sekretaris Camat Sukosewu. Beliau ingin menyempatkan hadir dan menyerahkan secara simbolis bantuan ini. Ya, karena pengumpulan zakat dari kecamatan Sukosewu, jadi Pak Jamal ini memang rekomendasi dari pihak kecamatan untuk dibantu. Saya iyakan. Menunggu beberapa menit, datanglah beliau. Pak Heru namanya.
Siap, langsung cekrek. Penyerahan bantuan gerobak secara simbolis sudah selesai. Saya mewawancarai beliau sejenak, sebagai bahan berita nanti. Apalagi terkait tanggapan responden, berita harus ditulis secara nyata. Tidak dibuat-buat, agar tidak terjadi subjektivitas yang tendensius. Hehe.
Lantas, di mana kesrimpetnya? Perasaan dari tadi belum ada cerita tentang kesrimpet. Sabar, tenang dulu. Tulisan saya belum selesai. Setelah selesai di rumah Pak Jamal, lanjut ke rumah Pak Yasir, mustahik kedua. Sesuai data yang saya bawa, beliau beralamatkan di Jalan H. Saleh, Sobontoro Balen. Oke, kami meluncur.
Nah, dari sinilah kesrimpet berasal. Bapak dan Ibuk saya sudah mengingatkan saya berkali-kali. Ketika saya naik sepeda motor, sebisa mungkin rok itu jangan dibiarkan kleder-kleder alias terlalu lebar atau apalah, hehe. Sudah hampir tiga kali saya hampir jatuh gara-gara kesrimpet rok. Kelihatannya sepele, tapi memang penting. Bahkan bisa membahayakan.
Tetangga saya misalnya, gara-gara roknya kesrimpet di rantai sepeda motor, lebaran di rumah sakit. Ini penting, apalagi buat para ibu-ibu atau para perempuan.
Saya tadi siang mengalami hal tersebut untuk ketiga kalinya atau keempat, ya. Saya lupa. Untung saja masih bilahi slamet, bahkan sempat
nyasar juga. Mencari rt.01 rw.01 agak lama baru ketemu.
Nyatanya, banyak orang yang kurang hafal dengan tetangganya sendiri. Ya, maklum tempatnya di sekitaran kota. Coba saja di desa. Ujung barat sampai ujung timur namanya hafal, termasuk belokan jalan rumahnya. Hehe. Dahsyatnya orang desa.
Kembali lagi ke topik, akhirnya rok saya wis ndak karu-karuan. Sobek rata dengan diwarnai hitamnya oli. Haha. Ini adalah hari yang menyenangkan. Sedikit tegang tapi ndak apa-apalah, yang penting sudah sampai di rumahnya Pak Yasir, penjual es kelapa muda itu.
Rumahnya masuk gang kecil paling pojok utara. Kami ketuk pintu dan salam. Beliau bersyukur dengan air mata yang sedikit menggenang di kelopak matanya. “Alhamdulillah, aku sido oleh gerobak?”
“Nggih.” jawab kami menganggukkan kepala.
Bubulan, 14 Mei 2020