Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba

Menghimpun Pengetahuan dan Peradaban melalui Perpustakaan

Chusnul Chotimmah by Chusnul Chotimmah
29/07/2019
in Cecurhatan
Menghimpun Pengetahuan dan Peradaban melalui Perpustakaan

Interior photos of the book stacks at Toronto Reference Library, shot in 2011.

Perpustakaan tidak hanya tempat di mana buku-buku bersemayam, tapi juga gudang di mana ilmu pengetahuan dihimpun. Kalau kata undang-undang nih, Nabs, perpustakaan itu berfungsi sebagai wahana belajar sepanjang hayat dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Itu dibunyikan dalam Undang-undang nomor 43 tahun 2007 lho, Nabs.
Siapa yang masih ingat perpustakaan termegah di dunia pada masanya yang terletak di mesir? Tepatnya di kota Aleksandria.

Benar, Nabs, perpustakaan Royal Alexandria namanya. Dibangun pada 295 SM di masa kepemimpinan Platomy 1 Soter, yakni penerus dari Alexander The Great. Ada kontroversi mengenai status Perpustakaan Royal Alexandria sebagai perpustakaan pertama di dunia, tapi di sini kita tidak akan membahas soal itu.

Perpustakaan Royal Alexandria merupakan gagasan dari penasehat kerajaan Platomy 1 Soter, Nabs. Royal Alexandria dibangun karena Platomy 1 Soter ini berkeyakinan bahwa untuk memastikan kekuasaan adalah dengan menguasai budaya dan pengetahuan.

Pada jaman ketika tulisan sudah banyak dikenal, maka banyak juga teks-teks yang berisi surat dan juga gagasan-gagasan penting yang menjadi koleksi hampir di setiap kerjaan. Nah, untuk menampung itu semua, maka dibangunlah perpustakaan.

Pada masanya, Royal Alexandria merupakan perpustakaan termegah di dunia. Ia menyimpan lebih dari 700.000 gulungan naskah klasik, yang membuatnya kemudian menjadi pusat peradaban. Wah, visioner sekali ya Platomy 1 Soter ini.

Tapi, Nabs, Royal Alexandria mengalami kemunduran demi kemunduran akibat perpolitikan di Alexandria. Sampai pada akhirnya, akibat kecerobohan dari Julius Caesar, hanguslah Royal Alexandria bersama dengan naskah-naskah klasik di dalamnya.

Terlepas dari hancurnya Royal Alexandria, kita bisa menarik garis simpul bahwa kondisi perpustakaan merupakan cerminan dari kondisi suatu daerah. Artinya, perpustakaan menjadi tolok ukur majunya sebuah daerah atau negara.

Kita bisa lihat Amerika Serikat, salah satu negara digdaya di dunia, yang memiliki perpustakaan terbesar di dunia, yakni Library of Congress. Library of Congress terletak di Washington D.C, yang merupakan salah satu kota terpenting dan ibukota dari Amerika Serikat.

Inggris, negara digdaya lainnya, yang merupakan negara di mana filsuf-filsuf besar lahir dan menyumbangkan gagasan penting bagi ilmu pengetahuan, punya Bodleian Library. Perpustakaan ini tentu tidak asing karena berlokasi di salah satu perguruan tinggi terbaik di dunia, yakni Oxford University. Perpustakaan Oxford ini juga menyimpan jurnal-jurnal yang menjadi salah satu rujukan penting di dunia penelitian.

Tidak hanya Perpustakaan Bodleian di Oxford saja, Nabs, Inggris masih punya The British Museum yang di dalamnya terdapat ruang baca khusus bagi ilmuwan atau peneliti saja. Ruang baca ini juga pernah dikunjungi oleh tokoh-tokoh penting dunia seperti Karl Marx, Lenin, H.G. Wells, Mahatma Gandhi, dan bahkan penulis-penulis ternama seperti George Orwell, Mark Twain dan Oscar Wilde. Wadaw, keren bingittt!

Italy yang begitu digdaya pada masa Romawi punya perpustakaan keren juga, yakni Vatican Library. Terletak di Roma, yakni di dalam Gereja Katolik terbesar di Roma, perpustakaan ini merupakan salah satu perpustakaan termegah sekaligus tertua di dunia. Nah, kalau urusan sejarah dan kebudayaan pada jaman dahulu, maka cocok jika berkunjung ke sini.

Di Indonesia, perpustakaan terbesar tentu terletak di Jakarta, yakni Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional kita ini merupakan salah satu perpustakaan dengan koleksi terbanyak, Nabs.

Yakni menyimpan sekitar 1,1 juta koleksi. Wah, sebanyak itu kira-kira apa saja ya, Nabs, yang dikoleksi? Hihi. Tentu saja buku, jurnal, dan artikel dong, Nabs. Wah, banyak sekali ya.

Kalau di Bojonegoro sendiri bagaimana, Nabs? Bojonegoro punya perpustakaan daerah yang terletak di Jalan Patimura, tepatnya di pertigaan yang berbatasan dengan Jl. Panglima polim. Perpustakaan memang tidak harus megah, Nabs.

Kembali pada fungsinya, yakni sebagai wahana belajar sepanjang hayat dan pelestarian kekayaan budaya bangsa, maka yang dibutuhkan perpustakaan adalah kelengkapan koleksi dan juga arsiparis yang memadai.

Nah, Nabs, di era di mana kita dituntut untuk bisa mandiri dan berkontribusi bagi bangsa dan negara ini, maka muncullah perpustakaan jalanan. Perpustakaan jalanan adalah lapak baca swadaya yang digelar di jalan-jalan oleh pribadi maupun sekumpulan orang.

Tujuannya supaya buku-buku tetap bisa dinikmati di tempat-tempat umum. Karena seperti yang kita ketahui bahwa banyak orang beranggapan jika perpustakaan merupakan tempat yang begitu serius dan formal, yang kemudian menjadikan banyak orang sedikit ragu untuk berkunjung dan membaca.

Di Bojonegoro, ada beberapa komunitas yang pernah melapakkan buku-bukunya ketika Car Free Day di hari minggu. Komunitas-komunitas tersebut adalah Atas Angin, yang bahkan memiliki rumah baca sendiri.

Rumah baca komunitas Atas Angin dulunya bisa dijumpai di Dander, tepat di sebrang toko bangunan Ubin Anda dan di belakang Philokopi. Namun karena rumah baca adalah tempat yang disewa, maka lokasinya pun telah berpindah-pindah.

Ada lagi Angkringan Buku Emperan. Komunitas yang digagas Ririn, seorang mahasiswi Universitas Airlangga tersebut dulu rajin melapakkan buku-bukunya di hari minggu sore, namun saat ini sudah jarang ditemui.

Ada lagi komunitas literasi Bojaksara. Bojaksara juga pernah melapakkan buku-bukunya saat CFD, namun kini juga sudah jarang ditemui lapaknya. Kemudian ada Perpustakaan Jalanan Bojonegoro, Perpus Gatda, B-Sunsa, dan masih banyak lainnya.

Fenomena lapak baca ini tidak hanya ada di Bojonegoro, tapi juga di kota-kota lain. Sebuah upaya untuk mengakrabkan buku pada masyarakat dan menumbuhkan budaya baca.

Jika begitu, boleh dong kita menyebut Bojonegoro sebagai salah satu daerah maju di Indonesia? Dengan banyaknya perpustakaan formal maupun non formal, perpustakaan milik negara maupun swadaya yang ada.

Sekali lagi, yang terpenting bukan bangunannya ya, Nabs, tapi kelengkapan koleksi dan informasi yang bisa dengan mudah diakses. Jadi, jangan khawatir jika bangunan perpustakaan tengah kota yang sudah dibangun di alun-alun itu akan dipindahkan.

Hanya dipindahkan, tidak dihancurkan. Artinya ada tempat lain yang lebih membutuhkan hadirnya perpustakaan tersebut. Lebih-lebih sudah banyak sekali perpustakaan di pusat Bojonegoro ya, Nabs. Selamat menyambut hari senin, Nabsky!

Tags: PeradabanPerpustakaan
Previous Post

Sensualitas dan Parodi Moralitas

Next Post

Pentingnya Dokumentasi sebagai Arsip Lokal

BERITA MENARIK LAINNYA

Dua Kiai yang Menyejukan Hati
Cecurhatan

Dua Kiai yang Menyejukan Hati

25/05/2025
Pemkab Bojonegoro Inisiasi Eco Living Lewat Surat Edaran Bupati
Cecurhatan

Pemkab Bojonegoro Inisiasi Eco Living Lewat Surat Edaran Bupati

24/05/2025
Membudayakan Menghadiahi Buku
Cecurhatan

Membudayakan Menghadiahi Buku

24/05/2025

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Anyar Nabs

Dua Kiai yang Menyejukan Hati

Dua Kiai yang Menyejukan Hati

25/05/2025
UKM Teater Lintang Giri Sukses Persembahkan Gandari

UKM Teater Lintang Giri Sukses Persembahkan Gandari

25/05/2025
Pemkab Bojonegoro Inisiasi Eco Living Lewat Surat Edaran Bupati

Pemkab Bojonegoro Inisiasi Eco Living Lewat Surat Edaran Bupati

24/05/2025
Membudayakan Menghadiahi Buku

Membudayakan Menghadiahi Buku

24/05/2025
  • Home
  • Tentang
  • Aturan Privasi
  • Kirim Konten
  • Penerbit Jurnaba
  • Kontak
No Result
View All Result
  • PERISTIWA
  • JURNAKULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • MANUSKRIP
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • PUBLIKASI
  • JURNAKOLOGI

© Jurnaba.co All Rights Reserved

error: