Dunia sudah di genggaman manusia. Dunia itu disimpan di dalam saku, kantong atau tas. Dunia itu bernama smartphone. Kemajuan teknologi membawa manusia mampu mengakses dunia. Baik dalam ukuran meter maupun detik.
Yang paling umum, gadget sering digunakan untuk mengabadikan suatu moment. Adanya fitur tersebut memudahkan manusia untuk memotret. Apa pun, kapan pun, di mana pun. Alhasil, moment tersebut berkemungkinan untuk diabadikan.
Namun, taukah bahwa dokumentasi hasil jepretan cukup penting? Setiap moment jepretan tidak bisa diulangi. Inilah keunikan sebuah foto. Setiap hasil gambar dapat diabadikan menjadi bukti kenangan. Kenangan ada di setiap kepala manusia, tetapi foto adalah bukti fisiknya.
Menurut seorang pegiat fotografi senior asal Surabaya, Poenk Celana Sobex mengatakan bahwa foto merupakan dokumentasi kenangan. Hal ini cukup penting bagi sebagian orang. Pasalnya, foto dapat dijadikan sebagai alat reminder kenangan.
“Pentingnya foto sebagai dokumentasi kenangan,” kata Poenk.
Tidak berhenti sampai di situ. Hasil jepretan kamera bisa dijadikan sebagai data. Misalnya pengarsipan. Satu kejadian di masa kini bisa menjadi penting di masa mendatang. Untuk itu perlu adanya dokumentasi melalui gambar. Selain tulisan, dokumen visual cukup penting untuk menggambarkan keadaan.
“Penting sekali arsip lokal untuk melihat perubahan yang terjadi,” kata sosok yang sering disapa Hasan Ali tersebut.
Arsip-arsip sejarah bangsa sulit sekali diakses. Susah sekali ditemukan bagi yang ingin melihatnya. Untuk beberapa kasus, foto arsip sejarah bangsa ini dimiliki pihak asing. Misalnya Universitas Leiden. Kampus tersebut merupakan jendela Indonesia di Belanda. Bagaimana bisa kampus tersebut memiliki arsip bangsa ini?
Untuk itu, perlu adanya kesadaran bangsa ini untuk mengabadikan moment penting. Khususnya yang terjadi pada tingkat lokal. Misalnya event tradisi atau kebudayaan. Biarkan masyarakat daerah yang berperan. Hasil dokumentasi lebih mudah dikolektif.
Dokumentasi tersebut akan menjadi aset lokal setiap daerah. Pada masa depan, arsip sejarah akan mudah diakses. Tidak berhenti sebagai data. Bukti sejarah tersebut mampu menjadikan cerita menarik. Khususnya untuk dibagikan kepada anak-cucu penerus bangsa.
Seperti pepatah Jawa yang berbunyi “Dadi wong Jowo ojo sampek ilang jawane”. Dalam bahasa Indonesia berbunyi “Menjadi orang Jawa jangan sampai hilang Jawanya (Tradisi dan Budaya)”.
Memang, ada banyak cara untuk mengenang berbagai hal. Misalnya menyimpan barang atau melakukan napak tilas. Jelas sekali perasaan akan masa lalu terasa begitu lekat. Namun, jika terdapat sebuah foto, gambaran visual akan semakin menarik.
“Masa lalu dan perubahan dapat diabadikan dengan foto,” pungkas pria gondrong dengan uban mewarnai rambutnya tersebut.
Perubahan yang terjadi bisa saja tak bisa dirasakan. Namun, adanya foto masa lalu akan menciptakan kosmos nostalgia bagi yang melihatnya. Tidak ada hal yang abadi di dunia ini. Semua pasti akan berubah. Yang abadi ialah perubahan itu sendiri.