“Sabar dan dermawanlah seperti bumi. Dia kauinjak, kauludahi. Namun tak hentinya memberimu makanan dan minuman”
Kutipan itu ada di sebuah cerita berjudul Langit dan Bumi Sahabat Kami karya Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin (N.H. Dini). Novel terbit pertamakali pada 1979 itu merupakan satu dari berderet-deret karya besar N.H. Dini.
N.H. Dini merupakan penulis novel kelahiran Semarang 82 tahun lalu. Dini meninggal dunia pada Selasa sore, 4 Desember 2018 di RS Elizabeth Semarang. Sebelumnya, Dini sempat dikabarkan mengalami kecelakaan.
Pierre Louis Padang ( Pierre Coffin) dan Marie Claire Lintang merupakan anak hasil pernikahan Dini dengan diplomat Prancis Yves Coffin. Pasangan yang menikah pada 1960 ini memutuskan berpisah pada 1984.
Pierre Louis Padang (Pierre Coffin) dikenal sebagai sutradara film Despicable Me 1, Despicable Me 2, dan Minions.
Melalui tulisan dan karya-karyanya, dia dijuluki sebagai pelopor suara perempuan pada 1960-1980 an. Tahun di mana belum banyak perempuan Indonesia memutuskan menjadi penulis.
N.H. Dini disebut sebagai penulis feminis karena dalam karyanya, dia kerap mengangkat tema kemarahan pada kaum laki-laki. Dini mengatakan bahwa dia akan marah bila mendapati ketidakadilan. Khususnya, ketidakadilan gender yang sering kali merugikan kaum perempuan.
Selain identik sebagai penulis feminis, N.H. Dini juga memiliki ketertarikan pada tanaman dan lingkungan hidup. Sejumlah proses kreatif biasa dia lakukan sambil menyiram tanaman. Dini sosok penulis yang lengkap; memiliki kepekaan sosial tinggi, berani menyuarakan suara perempuan, mencintai lingkungan, dan produktif menulis.
Sejumlah karyanya mengangkatnya tema tentang perempuan, perselingkuhan, dan sosial. Beberapa karya N.H. Dini yang terkenal meliputi Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Langit dan Bumi Sahabat Kami (1979), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), dan masih banyak lagi karya lainnya dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan.
Sederet penghargaan pernah diterimanya. Seperti Hadiah Seni untuk Sastra dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1989), Bhakti Upapradana Bidang sastra dari Pemerintah daerah Jawa Tengah (1991), SEA Write Award dari pemerintah Thailand (2003), Hadiah Francophonie (2008), dan Achmad Bakrie Award bidang Sastra (2011)
Bahkan, pada 2017 N.H. Dini menerima penghargaan prestasi seumur hidup (lifetime achivement award) dari penyelenggara Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2017. Dia dianugerahi penghargaan atas kontribusinya sebagai penulis sekaligus aktivis, dalam dunia sastra di Indonesia.
“Sastra adalah dunia saya. Saya telah menekuni bidang ini selama 60 tahun, dan berharap bisa terus berkontribusi bagi sastra Indonesia,” kata N.H. Dini sesaat sebelum menerima penghargaan.
Kepergian N.H Dini untuk selamanya tentu menyisakan sedih mendalam bagi masyarakat Indonesia. Banyak karya dan semangat N.H Dini abadi melalui karya-karyanya. Sastrawan feminis itu kini telah berpulang. Selamat jalan, terimakasih banyak atas ilmu dan semangat yang telah kau berikan.
Comments 3