Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Cecurhatan

Seandainya Corona Tak berakhir, Kita Tetap Bisa Berbahagia

Ahmad Wahyu Rizkiawan by Ahmad Wahyu Rizkiawan
May 18, 2020
in Cecurhatan
Seandainya Corona Tak berakhir, Kita Tetap Bisa Berbahagia
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Ketidakpastian sudah kita kenal sejak lahir di dunia. Bukan sejak ada virus Corona, bukan baru-baru ini saja. Karena itu, konsep mengakrabi ketidakpastian dengan ketidakpastian adalah fase pertama memulihkan semuanya. 

Covid 19 memang menyerang manusia dengan ketidakpastian, yang justru sangat memicu kepanikan kolektif. Tapi, sadarkah kita bahwa sesungguhnya, sejak lahir di dunia, manusia sudah kerap dibenturkan dengan ketidakpastian?

Ketidakpastian, dalam hal ini ada dalam sudut pandang seorang makhluk, bukan pencipta. Sehingga dari sana, ada wasilah doa, harap dan cita-cita. Seandainya semua sudah pasti, dan kepastian itu digelar di depan mata, mungkin kita tak mengenal doa, harap dan cita-cita.

Jodoh, rezeki dan mati merupakan sebuah kepastian dari Tuhan. Tapi, bagaimana kita mendapatkannya, bagaimana kita didekatinya, bagaimana kita dipeluk olehnya; tentu sebuah ketidakpastian. Itu menunjukan bahwa ketidakpastian, sesungguhnya, niscaya.

Tapi, sejak fenomena Covid 19 menyerang, ketidakpastian menjadi alien menakutkan yang membuat kita semua merasa takut, hanya karena orang-orang di sekitar kita merasa takut. Padahal, bukankah ketidakpastian nasib sudah akrab dengan kita sejak kecil?

Uraian memukau soal ketidakpastian akan Covid-19, saya baca dari tulisan guru besar dan maestro esai Indonesia, Goenawan Mohamad yang amat menggetarkan mata, telinga dan hati, saat saya membacanya.

Ketika ilmu pengetahuan belum punya kesimpulan tentang sang virus, waktu yang “lama” itu akan bisa mengubah rasa ketakpastian menjadi gugatan: bagaimana para ilmuwan secara moral mempertanggungjawabkan apa yang mereka katakan dan sarankan, jika yang mereka kemukakan belum sebuah kesimpulan? Bahwa mereka sebenarnya “sedang belajar”?

Sempalan paragraf di atas saya kutip dari tulisan Mbah Goen. Dalam tulisan itu, Mbah Goen mengkritisi–secara samar– ilmuwan atau siapapun yang hari ini, saran dan ucapannya didengar, sementara ia sendiri belum memahami virus hingga muncul kesimpulan: virus ini akan bertahan lama — yang sesungguhnya bukan kesimpulan, tapi proses “belajar mengenali” virus.

Sebagai orang awam yang tak terlalu paham dunia pervirusan, kita mungkin tak terlalu ambil pusing soal betapa ilmuwan, sesungguhnya baru proses PDKT dengan virus Corona. Tapi, asal ada ikhtiar baik, kita tetap akan ikut protokol dari pihak berwenang. Sebab, niatnya memang baik.

Namun, dari sempalan paragraf itu pula, satu hal amat penting yang harus dipahami bersama adalah: saat ini kita harus berupaya mengakrabi ketidakpastian. Tentu saja, mengakrabi ketidakpastian dengan cara yang sopan dan alusan.

“Virus ini kemungkinan hanya menjadi endemi virus pada komunitas kita, dan virus ini kemungkinan tidak akan pernah hilang,” kata Direktur Kedaruratan WHO, Michael Ryan, dalam jumpa pers virtual di Jenewa, Swiss, “Saya pikir menjadi penting agar kita realistis dan saya tidak berpikir siapa pun dapat memprediksi kapan penyakit ini akan hilang,” ucapnya, dikutip dari BBC.

Saat mayoritas warga dunia mengharap agar virus Corona segera menghilang, direktur WHO justru bilang bahwa dunia perlu mempersiapkan diri dalam pertempuran jangka panjang. Bahkan, apabila vaksin telah ditemukan, misalnya, penerapan vaksin secara global akan membutuhkan upaya yang tidak sebentar.

Tak hanya Michael Ryan, ahli epidemiologi WHO, Maria van Kerkhove juga mewanti-wanti agar kita semua perlu memiliki pola pikir bahwa perlu waktu untuk keluar dari pandemi ini. Tidak instan. Tidak sebentar. Yang artinya, banyak perkara sulit tak berakhir dalam waktu dekat.

Peringatan dari orang-orang WHO mengemuka, ketika sejumlah negara mulai melonggarkan aturan karantina wilayah atau lockdown — saat berbagai pemimpin negara mulai mempertimbangkan cara tepat membuka kembali perekonomian mereka.

Memang segalanya serba dilema. Memperketat aturan karantina wilayah, sama saja mempersempit gerak ekonomi. Melonggarkan karantina, juga memperburuk potensi persebaran virus. Selain kondisi yang tak mudah, juga penuh dengan ketidakpastian.

Ekonomi menjadi bidang amat terdampak pengetatan karantina wilayah. Kita mungkin sudah sering mendengar betapa banyak orang sambat akan buruknya kondisi ekonomi di tengah pandemi — sebuah dampak ketatnya karantina wilayah.

Pengetatan wilayah, disadari atau tidak, bakal menjadi “pasir hidup” yang pelan-pelan mengisap nasib manusia. Membunuh proses jual beli. Dan menghanguskan potensi ekonomi.  Terlebih, tak ada kepastian kapan semua ini bakal berakhir.

Mendekati Ketidakpastian dengan Ketidakpastian

Dengan kondisi ketidakpastian kapan pandemi ini berakhir, bukankah kita juga bisa mendekati kondisi itu dengan ketidakpastian nasib. Kalimat ini, harus dipahami secara mendalam — maksudnya, kita tetap menjalankan protokol aturan dari pemerintah, tapi upaya ekonomi tetap dijalankan.

Jika memang pandemi ini akan berlangsung lama dan tak ada kepastian jelas kapan berakhirnya, konsep mendekati ketidakpastian dengan ketidakpastian mungkin patut ditempuh. Sebab, secara hakikat, hanya Tuhan yang tahu kepastian hidup manusia.

Konsep di atas, bisa diperjelas dengan cara seperti ini: kita tetap patuh protokol; menggunakan masker, tetap rajin cuci tangan pakai sabun, selalu menjaga jarak aman, dan berupaya menghindari kerumunan. Tapi, kita juga tetap menjalani rutinitas seperti biasanya.

Sehingga, upaya mencegah penularan Covid tetap terjaga, tapi upaya bertahan secara ekonomi juga lebih realistis. Dan pemerintah harus punya peran di sini. Sebagai penjamin, bahwa apa yang dilakukan masyarakat bukan sebuah langkah subversif.

Di Indonesia, negara kita, kesiapan dunia usaha mulai terlihat. Salah satunya disampaikan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Hariyadi Sukamdani. Dia mengatakan, pengusaha mengapresiasi langkah pemerintah yang hendak melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), untuk kepentingan ekonomi.

“Kami menyambut baik karena Covid-19 ini akan lama. Kita enggak mungkin ekonominya berhenti gara-gara itu. PSBB ini efeknya cukup besar. Mau stimulus sebesar apapun enggak akan sanggup,” kata Hariyadi kepada Lokadata.id (15/5)

Rencana pemerintah melonggarkan
PSBB dan memulai fase ‘new normal’ terlihat dari rancangan pelonggaran pembatasan disiapkan Kementerian Koordinator Perekonomian. Dalam rancangan tersebut, pemerintah membagi 5 fase pemulihan ekonomi yang akan dimulai per 1 Juni.

Pada awal Juni nanti, jika kondisi sudah memungkinkan, pemerintah hendak mengizinkan kembali industri dan jasa bisnis ke bisnis untuk beroperasi normal. Akan tetapi, pelaku industri harus mematuhi protokol physical distancing dan kesehatan demi meminimalisir penularan Covid-19

Selain itu, pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 sudah menyampaikan rencana pemberian izin kerja bagi warga berusia 45 tahun ke bawah.

Menurut Hariyadi, protokol kesehatan dibuat Kementerian Kesehatan, akan jadi pedoman pengusaha untuk berkegiatan, jika pelonggaran sudah dilakukan pemerintah. Dia menyebut, sejumlah sektor usaha disinyalir akan memulai aktivitas lebih cepat jika PSBB telah dilonggarkan. Sektor-sektor yang dimaksud berkaitan dengan kebutuhan pokok, sektor riil, dan manufaktur.

Dengan begitu, rutinitas tetap dilalui seperti biasa, tanpa sedikitpun mengabaikan bahaya virus Corona. Dengan begitu, ketidakpastian bukan sesuatu yang buas, tapi sesuatu yang sudah dikenal sejak kita lahir di dunia.
Apapun itu. Apapun itu. Langkah dan upaya-upaya manusia untuk hidup bahagia, tetap harus bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Bahkan jika cara itu adalah ketidakpastian.

Tags: Goenawan MohamadKetidakpastianPemulihan EkonomiVirus Corona

BERITA MENARIK LAINNYA

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan
Cecurhatan

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

February 26, 2021
Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory
Cecurhatan

Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

February 25, 2021
Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga
Cecurhatan

Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga

February 23, 2021

REKOMENDASI

Panggil Saja Aku, Jum

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021
Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

Menghelat Diskusi Santai Perihal Perempuan

February 27, 2021
Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

Datangnya Kilang Minyak dan Fatamorgana Masa Depan

February 26, 2021
Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

Saatnya Membantah Teori Sejarah The Great Man Theory

February 25, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved