Dalam acara Bojonegoro Readers and Writers Festival 24 Juni 2023, Intan Setyani terpilih jadi narasumber undangan. Sementara saya, moderator.
Di acara Bojonegoro Readers and Writers Festival 2023 pada tanggal 24 Juni, kawan-kawan panitia menunjuk diriku menjadi moderator sesi talk show literasi kuliner. Saya menerima dengan senang hati, kemudian saya bertanya, “siapa narasumbernya?”
Seorang kawan menjawab, “adik kelasmu”. Mengingat saya suka merenung dan berfikir, saya tidak langsung tanya siapa namanya.
Melainkan terus berfikir, sanubariku bergumam, “Hmm..sopo..yo, adik kelasku akeh kok, mosok adik kelasku kabeh dadi narasumber, yo jepluk panggunge, wkwkwk”.
Bojonegoro Readers and Writers Festival kali ini tidak diadakan di dalam gedung. Mengingat kami selaku pantia orangnya santun dan santuy, sepakat kalau acara di gelar di tanah lapang dekat bantaran Sungai Bengawan Solo.
Semribit angin menyebabkan kedinginan yang syahdu. Tidak lupa mencecap kopi hitam dengan wadah gelas plastik untuk menghangatkan suasana. Acara menghadirkan beberapa pembicara seperti Muhammad Andrea ngobrol ngalur-ngidul tentang aktivisme dan media, Widodo Romadhoni berbicara tentang puisi romansa, dan lain-lain.
Imam Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Insomniah Wa Jurnabiyah kali ini menjadi moderator dan pembicaranya Muhammad Sidkin Ali. Berbicara tentang novel Ali dan Aisyah.
Setelah sesi Imam Besar bersama Sidkin Ali usai, giliran saya naik panggung memoderatori acara yang bisa dikatakan rakaprah ini.
Masyarakat berduyun-duyun datang ke lapangan, ada yang menggendong anaknya, menyusui anaknya, menemani anaknya jalan-jalan di sekitar lokasi, dan sebagaianya.
Suara mainan perahu otok-otok, bau gorengan bercampur petis, dan keringat hamster yang sedang berolahraga dengan berlari-lari, bulan purnama, dan aliran sungai bengawan menjadi saksi bisu acara tersebut.
Kemudian panitia lain datang kepada saya, “Mas, gilirane sampeyan” sambil menengok kertas terdapat aksara bertuliskan Intan Setyani. “Oalah, Intan toh…pembicarane, oke siap”. Sebelumnya saya telah menebak dan filling saya 99% tepat. Yang 1% untuk memastikan apakah ia benar Intan Setyani yang saya kenal. Jangan-jangan Intan Setyani versi lain, wqwqwq.
Mengingat kita berada dalam Jam’iyyah yang sama. Jam molor menjadi karakteristik dan kita mengamininya. Dengan kemoloran, bisa mengetes pendengar apakah ia benar-benar dalam maqom setia yang kaffah atau setia yang setengah-setengah.
Kata panitia, Intan masih otw. Saya setia menunggu. Apabila ia hadir, kalkulasi yang sebelumnya telah saya fikirkan akan menjadi 100%. Selang beberapa menit kemudian ia datang.
Tercatat dalam sejarah, kali ini merupakan duet saya bersama Intan yang ke-dua dalam forum resmi. Kalau dalam forum non formal telah beberapa kali bersua dalam dua dunia yaitu dunia maya dan nyata.
Kaping pisan, saya ingat dia menjadi moderator dan saya menjadi pembicara. Saya ingat betul, sebelum bertemu dengannya di malam itu, saya harus melewati jalanan yang becek plus dihiasi gronjalan. Melewati rumah masa depan yakni kuburan, dan bertemu dengan seorang kakek anonim di sebuah gubug yang diselimuti gelap malam.
Safar malam itu, saya nikmati dengan membayangkangkan karya sastra Johan Wolfgang Von Goethe bertajuk Der Erlkoning. Saya membayangkan sedang naik kuda dan berkelana di gelapnya malam. Bedanya, kalau sana pakai kuda yang bernyawa, sedangkan saya menunggangi kuda besi alias motor, wqwqwq.
Lantas, bagaimana yang kaping pindo? Cekidot.
Intan Setyani datang. “Nduh, Mas Yogi. Bosen aku mas, petukan karo sampeyan ndek kene, nok kono ambek Bapak Wahyu Rizkiawan, wong loro iki ae.”
“Hehehe…, ora popo ngomong ngunu iku, ogak enek seng nglarang. Namun alangkah baiknya bilang matur suksma kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sebab saban pertemuan iku ono ibrah, ora ibrah kadabrah loh ya, wqwqwq. Pasti sampeyan sudah tahu biasanya kata “ibrah” sering muncul di bab terakhir dalam buku mata pelajaran seperti Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Aqidah Akhlak, dan lain-lain”.
“Haduh Mas, kok maleh mbahas pelajaran ki lo. Malah kilengan karo guru Bahasa Arab aku, wqwq.”
“Karena saya tahu, mungkin di luar sana sudah banyak kaum Adam yang menghujamkan kalimat-kalimat manis nan puitis ke dirimu. Maka dari itu, tak ngajak ngobrol mata pelajaran saja. Ngko nek tak wenehi kalimat puitis, ada dua kemungkinan. Mengingat awakem dek biyen nek IPA, kemungkinane dua; kemungkinan mutlak (absolut) dan nisbi (relatif). Kemungkinan mutlak, bisa jadi kamu muntah sebab banyak kaum Adam yang telah membuatmu menjadi puisi. Menyebabkan kamu bosan dengan kalimat puitis karena yang dibutuhkan kaum Hawa ialah hal-hal yang sifatnya qat’i/pasti terkhusus dalam relasi.
Kemudian kemungkinan relatif, kamu bisa sekarang juga jatuh di pelukanku, eeeaaa. Namun bukan jatuh cinta loh ya, jatuhnya disebabkan juga karena tadi, kalimatku tak seindah anak Adam yang pernah meminjamimu buku dan engkau ulas dalam tulisanmu, eeeaaaa lagi.”
“Wes..wes..ayo munggah panggung. Ojo mbahas bahasa Arab, tak kandaro wonge ngko.”
“Ayo, Mas.”
Tibalah acara Bojonegoro Readers and Writers Festival 2023 dengan diskusi literasi kuliner. Dengan saya, Yogi Abdul Gofur sebagai moderator dan narasumber kita yang kece tanpa badai yaitu Intan Setyani.
Bismlillahirrahmanirrahim….Assalamualaiakum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera untuk kita semua. Sugeng rawuh, bapak dan ibu, kawan-kawan, di acara Bojonegoro Readers and Writers Fetival 2023. Tak usah panjang lebar, kita akan langsung guneman bersama Intan Setyani ngobrol tentang kuliner.
Perlu diketahui bahwa narasumber ini sering mengulas kuliner di Jurnaba.co. Tidak hanya kuliner, tapi juga tokoh, pemikiran, dan lain-lain. Nah kita akan langsung ngobrol dengan perempuan yang menjelma sebagai maestro kuliner ini.
Halo Intan, apa kabar?
Alhamdulillah baik
Oke, tentu banyak perspektif ketika mendengar nama Intan Setyani. Selain sebagai orang yang sedang ngangsu kaweruh di perguran tinggi, kesibukan apa yang kamu senangi?
Sebenarnya gak sibuk sih Mas, wqwqwq. Saya memakanainya sebagai kegemaran. Banyak sebenarnya, salah satu di antaranya cooking atau memasak. Kemudian kalau ada niat dan usaha, masakan itu akan menjadi sebuah tulisan.
Wah..wah..wah…ini calon menantu idaman mertua ini. Tidak hanya memasak namun masakannya bisa jadi tulisan. Aneh bin ajaib bukan? Bagaimana Intan Setyani bisa mengubah masakan menjadi leka/tulisan?
Mas Yogi ini selalu melebih-lebihkan, wqwqwq. Padahal masakan itu berawal dari tulisan. Kalau tidak ada aksara mungkin kita tidak tahu yang mana namanya jangan menir, satai, sayur sop, soto, seblak, blegudeg, dan sebagainya, hehehe.
Oh ya…benar juga ya. Ngomong-ngomong nih, kamu kan pintar masak. Bagaimana pandanganmu kalau ada perempuan yang belum bisa masak bahkan tidak mau masak?
Emm..pandangan saya, sebenarnya yang masak itu tidak harus perempuan Mas. Kaum Adam seperti sampeyan seyogianya juga bisa masak. Mengingat Tuhan menciptakan manusia dengan beragam, saya memandangnya biasa saja. Nanti kalau semua perempuan bisa masak, kasihan dong dengan bapak-bapak maupun ibu-ibu yang berjualan di pinggir jalan, siapa nanti yang beli?
Wah..ini jawaban super nih. Berarti kamu secara tidak langsung telah memikirkan nasib rakyat kecil yang berjualan makanan. Berarti dunia kuliner itu terdapat sisi humanismenya, benarkah begitu?
Ya, benar banget itu
Ngomong-ngomong tentang kemanusiaan, kira-kira siapa orang yang telah memberi inspirasi dalam hidupmu?
Sebenarnya, setiap orang itu mampu menginspirasi dengan caranya masing-masing. Misalnya pemimpin sekte Jurnaba, memberikan inspirasi melalui tulisannya. Penjual kopi malah maqomnya lebih tinggi loh, karena tidak hanya memberikan inspirasi melainkan menghidupkan inspirasi dan merawatnya. Bicara tentang orang tentu ibu dan bapak menjadi inspirasiku selalu. Selain itu ada Mbak Nana atau Najwa Shihab dan Mbak Kalis Mardiasih plus Mas Agus Magelangan juga Mbak Ariena Syifa.
Rakaprah pokokman. Mantap dah. Oke, tadi kamu nyinggung soal penjual kopi. Perkopian duniawi itu penuh dengan maskulinitas. Nah, tipe kaum Adam idola kamu seperti apa sih, kalau boleh tahu. Apakah laki-laki yang sering ngopi dan berpuisi plus mengaji atau laki-laki yang berotot?
Wqwqwq..Mas Yogi ini aneh-aneh pertanyaannya. Sebenarnya belum bisa jawab sih Mas, berhubung Mas Yogi yang melontarkan pitakon, saya jawab lah. Hmm….saya yakin semua orang itu baik kok. Namun kalau membahas laki-laki yang kiranya kelak menjadi pendamping hidup ya laki-laki yang siap menerima segala kekurangan maupun kelebihanku.
Subhanallah…Mak njleb plus mak nyus neng ati iki, wqwqwq.
Isoae Mas Yogi, hehehe….
Jawaban dari Intan Setyani mampu membuat riuh penonton dan mengidupkan suasana. Tepuk tangan menggema di udara.
Baik, hadirin ingkang kawulo mulyaaken. Skuy..kita lanjut lagi ngobrol bareng Intan Setyani. Jangan lupa mengabadikan momen di acara Bojonegoro Readers and Writers Festival (BRWF) 2023 ini. Kemudian diunggah di instagram, jangan lupa diberi hastag #BWF2023, #NgobrolGayengBarengIntanSetyani, dan berhubung kita berada di malam tanggal 24 Juni 2023 sebagai bentuk apresiasi bersama terhadap sumbangsih pemikiran Intan Setyani terhadap dunia kuliner Indonesia wabilkhusus Bojonegoro, mari ramaikan dunia maya dengan hastag #UlangTahuneIntanSetyani.
Jadi, hari ini salah satu srikandi Jurnaba yakni Intan Setyani lahir di bumi. Nanti setelah acara yang minta tanda tangan sila antre di belakang panggung.
Hari lahirnya Intan ini juga sama dengan Lionel Messi tanggal 24 Juni. Bagaimana perasaan dan harapan ke depannya Tan?
Wah..aku baru tahu kalau hari lahirku sama dengan pemain sepak bola asal Argentina itu. Kalau perasaanku alhamdulillah senang dan harapan kedepannya semoga tetap istiqomah mengabarkan degup kebahagiaan dengan jalan kuliner, hehehe.
Kalau tidak salah, Intan juga jurnalis kampus bersama Cak Wahyu, Bung Sudarmanto, Siska Dwi, komentator sosmed terkemuka yaitu Bung Ari Kun tanpa Aguero, dan kawan-kawan. Kira-kira bagaimana spesialisasinya? Apakah juga sering nulis tentang kuliner juga?
Hehehe…Tidak selalu kuliner Mas. Mungkin lebih ke tema-tema umum seperti kehidupan sosial dan budaya kampus, anropologi kampus, dan sebagainya. Teman-teman juga memiliki bagian masing-masing karena sudah dibagi dalam divisi-divisi.
Nah..ngomong-ngomong tentang kampus. Bagaimana reaksimu setelah tahu peringkat perguruan tinggi Bojonegoro berdasar Webometrics?
Oalah…kudu tak sambel mas sampeyan, wqwqwq. Ya saya menerima dengan baik, itu sebagai kritik konstruktif dan kami terima dengan separuh hati meningat manusia ada sisi baik dan buruk, jadi tidak bisa menerima sepenuh hati, hehe.
Benarkah pertama kali kamu tahu tulisan itu dari Imam Besar Jurnaba dan kamu baca sambil rebahan?
Ya..Mas Rizki yang ngirim tulisan itu, kemudian saya baca juga ketika pas lagi lomah-lameh alias rebahan, wqwqwq.
Kok pas yo. Tulisan dari mahasiswa yang gemar rebahan dibaca juga pas lagi rebahan, wkwkwk. Baik, mengingat waktu sudah memasuki injury time dan menjelang time out. Sembari nostalgia masa-masa aliyah, kami juga ingin mengajak hadirin yang muslim untuk baca ad Du’a Qobla Ta’allum. Monggo yang mau ikut baca, yang gak baca juga tidak berdosa.
Baik, mator sakalangkong, matur suksma, matur sembah nuwun, syukron katsiron, dan Bedank voor je aanwezigheid. Sekali lagi, terima kasih kehadirannya sebagai pembicara di Bojonegoro Readers and Writers Festival 2023 semoga senantiasa mengispirasi kaum Adam, Hawa, maupun perpaduan antar keduanya.
Semoga istiqomah menulis wabilkhusus dalam bidang kuliner, karena kami selalu rindu ulasan tentang seperangkat sambel pindang yang katanya bisa mengobat-abit pikiran, lontong (olo’e dadi kotong), kekuatan oseng lumbu karo temfe yang katamu himit syikili, urap godong kates, dan kisah lain dibalik sebuah makanan.
Terimakasih, saya selaku moderator mohon maaf apabila terdapat salah kata,
Ohya..apakah ada pesan terkahir di forum ini dari Intan Setyani?
Hmm..ada, ini pesan untuk semua, sebagai manusia seyogianya mencintai kebebasan, keragaman sejak dalam kedipan pertama.
Mantap sekali pemirsa. Bisa dibuat quote kemudian dikasih gambarnya Intan, hehe. Gulo santen gulo kelopo, cekap semanten atur kulo. Sekian dan Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
*Tulisan ini sebagai ganti THR dan sudah mendapat wasilah dari Imam Besar Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al Insomniah wa Jurnabiyah. Sebelumnya mohon maaf apabila terlambat, namun kami yakin dan percaya ini hadiah yang paling uwu sepanjang masa sebab tulisan ini merupakan bentuk keabadian. Dibuat dengan penuh kebahagiaan plus keisengan. Menghabiskan satu cangkir kopi untuk menyelesaikan artikel yang melintasi hari. Dibuat malam hari 24 Juni dan selesai dini hari pada tanggal 25 Juni 2020. Akhir kata, bukan akhir segalanya, sugeng ambal warsa untuk Intan Setyani.