Apa itu pivot? Secara sederhana pivot adalah sebuah aktivitas pengembangan bisnis dengan mengubah model bisnis itu sendiri. Namun tetap berpijak pada visi yang dimiliki.
Salah satu sektor yang terkena dampak besar dari pandemi corona adalah bisnis. Banyak pelaku bisnis, besar maupun kecil yang harus gulung tikar akibat pandemi corona.
Berbisnis di tengah pandemi corona seperti sekarang ini memang sulit. Daya beli masyarakat yang menurun jadi salah satu penyebabnya.
Dampak ini tak hanya dirasakan pebisnis besar. Pengusaha kecil atau mikro (UMKM) juga ikut terpukul. Lalu, bagaimana cara untuk bertahan di tengah lemahnya ekonomi akibat pandemi?
Baca juga: 5 Inovasi Buah Salak dari UMKM Desa Wedi Bojonegoro
Pelaku dan praktisi bisnis, Silvia Ratna punya saran bagi para pengusaha kecil untuk bisa bertahan. CEO marketplace refeed.id tersebut berbagi tips mengenai apa yang harus dilakukan oleh pegiat UMKM untuk Kembali “berbisnis” di tengah pandemi dan kehidupan new normal.
Dalam Webinar bertajuk Strategi UMKM Bertahan di Masa Pandemi yang diselenggarakan oleh Yayasan Satu Nama dan ExxonMobil Cepu Ltd pada Rabu (24/6/2020), Silvia Ratna mengatakan jika salah satu kunci untuk bertahan bagi pelaku usaha adalah dengan menerapkan strategi Pivot.
“Salah satu kunci untuk bertahan adalah menggunakan sistem pivot atau perubahan besar. Strategi ini sudah biasa diterapkan dalam dunia bisnis,” ungkap Silvia.
Apa itu pivot? Secara sederhana pivot adalah sebuah aktivitas pengembangan bisnis dengan mengubah model bisnis itu sendiri. Namun tetap berpijak pada visi yang dimiliki.
Istilah pivot ini sendiri diambil dari sebuah gerakan basket yang merubah arah dengan tetap berbijak pada salah satu kaki. Meski mengubah arah atau strategi, namun tujuan utamanya tetap sama, Yakni memasukkan bola ke dalam keranjang.
Strategi pivot ini juga identik dengan dunia startup lho, Nabs. Para pengusaha yang baru merintis bisnisnya kerap mengubah model bisnisnya untuk bisa terus bertahan di tengah persaingan ketat.
Sylvia mencontohkan penerapan strategi pivot yang dilakukan Starbucks. Dulunya, Starbucks hanya fokus berjualan biji kopi dan mesin pembuat kopi. Namun karena melihat peluang yang besar, Starbucks kemudian merubah bisnisnya jadi kedai kopi.
“Awalnya Starbucks adalah penjual coffee bean dan penjual mesin kopi. Kemudian mereka merubahnya jadi café atau rumah kedua bagi para pekerja kantoran,” ungkap Sylvia.
Pivot sendiri bagi Silvia, tak harus mengganti produk atau core bisnis. Tapi dengan mengarahkan visi ke depan yang jelas.
Baca juga: Mengenal Latah Kolektif dan Herding Behavior di Dunia Bisnis
Jika dikaitkan dengan masa pandemi, strategi pivot yang musti dilakukan oleh pengusaha UMKM adalah mengubah model bisnisnya.
Ambil contoh pedagang mie ayam bernama Sutrisno yang biasa berjualan di warung kaki lima Bojonegoro. Akibat pandemi, Sutrisno mengalami penurunan omset karena masyarakat menerapkan physichal distancing. Masyarakat atau pelanggannya enggan keluar rumah karena takut tertular corona.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Sutrisno bisa mengubah model bisnisnya. Ia tetap berjualan mie ayam. Namun di masa pandemi, penjualan bisa dilakukan secara online. Jadi, masyarakat atau pelanggannya yang ingin menikmati mie ayam tinggal bertransaksi secara online.
Sutrisno bisa menggunakan layanan aplikasi layanan pesan antar makanan yang sudah menjamur. Atau bisa juga membangun sendiri sistem pemesanan makanan secara online. Cara ini bisa jadi jalan keluar bagi pengusaha makanan yang biasa berjualan secara offline.
Bagi pelaku usaha, baik besar maupun kecil, pandemi corona memang jadi masalah besar. Karena itu, untuk tetap bertahan dibutuhkan strategi-strategi khusus.
Sistem pivot bisa jadi salah satu jawaban dari permasalahan pelaku usaha di masa pandemi. Strategi yang mungkin bisa dicoba oleh para pelaku usaha yang terkena dampak pandemi corona. Terutama para pelaku UMKM.