Dito dan Marshya terlihat asyik bermain ponsel. Tidak, mereka tidak sedang bermain game maupun nonton video musik. Mereka saling bersapa melalui aplikasi cechatingan. Tentu, mereka tidak saling berdekatan. Marshya di rumah. Sedang Dito di kantor.
Sesaat kemudian, komunikasi mereka terhenti. Marshya agak marah karena sejumlah chat yang dia kirim belum terbaca, alih-alih terbalas. Marshya pun sempat menelpon Dito. Namun, telpon darinya juga tak direspon.
“Maaf Nona, tadi aku sedang berkendara. Ini baru sampai rumah.” Tulis Dito mengkonfirmasi. Setelah membaca pesan dari Dito, hati Marshya lega. Mereka kembali melanjutkan giat berkirim pesan melalui aplikasi cechatingan.
Nabs, apa yang dilakukan Dito tentu layak dicontoh. Seberapa penting urusan cechatingan, sebisa mungkin harus dihentikan saat kita sedang berkendara. Mengingat, main ponsel bisa dilanjutkan sesaat kita turun dari kendaraan.
Kita tahu, saat ini, banyak sekali muda-mudi yang dengan tenangnya main ponsel saat berkendara. Tentu itu berbahaya. Tidak hanya membahayakan diri sendiri. Namun juga menebar bahaya bagi pengendara lain.
Di Indonesia, larangan menggunakan ponsel selama berkendara memang belum ada. Sejauh ini, aturan mengemudi di jalan raya baru diatur melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan.
Pada pasal 106 ayat (1) UU 22/2009 misalnya, menyatakan bahwa setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di jalan, wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.
Iya, mengemudikan kendaraan dengan wajar dan penuh konsentrasi. Nah, masalahnya, saat ini, mengemudi sambil main hape adalah sebuah kewajaran? Oke, jika mengemudi sambil main hape adalah sebuah kewajaran, tapi apa masih bisa berkonsentrasi? Hayo!!
Nabs, selihai apapun kamu dalam berkemudi, mengemudi sambil main ponsel bakal membikin kamu hilang konsentrasi. Apalagi, yang kamu lakukan adalah cechatingan sama si dia. Tentu itu bakal menguras konsentrasi.
Bagaimana tidak? Normalnya, mereka yang sedang jatuh cinta, bakal mudah membayangkan apa yang sedang dilakukan si pasangan nun jauh di sana. Sehingga, konsentrasi pun berkurang.
Karena itu, mau tidak mau, saat kita sedang berkendara, sebisa mungkin harus menjauhi bermain ponsel. Ponselnya sih main-main. Tapi nyawa kita kan nggak bisa dijadikan main-main. Hmm.
Dalam jurnal Traffic Psychology & Behaviour, Gemma F. Briggs menjelaskan bahwa percakapan telepon memiliki komponen visualnya sendiri. Penelepon akan membayangkan di mana, sedang apa, dan apa yang si lawan bicara lakukan.
Kondisi tersebut, Nabsky, membutuhkan persepsi visual yang kuat lho. Akibatnya, seseorang yang sedang menelepon memang bisa melihat. Namun, di sisi lain, ia tidak benar-benar mengamati keadaan di sekitar. Ini tentu sangat bahaya.
Dalam penelitiannya tersebut, Briggs mengungkapkan bahwa percakapan telepon memaksa seseorang berimajinasi. Sehingga, pengendara berkemungkinan lebih besar melakukan kesalahan dan lambat bereaksi, ketika ada bahaya di depan mereka.
“Hal ini menyebabkan pengendara gagal mengendalikan jarak berhenti kendaraan mereka sehingga meningkatkan risiko kecelakaan empat kali lipat,” ucap Briggs seperti dikutip Tirto.id
Ketika berbicara di ponsel, seseorang rentan berimajinasi tentang lawan bicaranya. Nah, apa lagi jika si lawan bicara ini sosok spesial dalam hidup kita. Bukannya berimajinasi, tidur dan bermimpi indah pun bisa langsung terjadi. Gitu nggak sih? Hee
Jadi, Nabsky yang budiman, betapapun kamu mencintai si dia dan enggan berpisah —- meski hanya melalui chat saja —- saat berkendara, kamu harus bisa menaruh ponsel di tas. Biar nggak kehilangan konsentrasi. Dan, tentu saja, nggak kehilangan cinta.