Kita berada di September yang tak terlalu ceria. Berbagai peristiwa sejarah terjadi di bulan ini. Dan buat kamu yang saat ini belum lulus SNMPTN, tenang dan bacalah. Masih ada cahaya terang di dekatmu.
Sirnalah gelap terbitlah terang, mentari timur sudah bercahya. Sebuah lirik lagu mars Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) itu maknannya amat sangat mendalam, apabila kita berupaya nggrayangi lebih dalam. Sebuah lirik, yang bukan hanya sekadar lirik.
September yang merupakan bulan kesembilan dalam penanggalan masehi, di Indonesia begitupun di kabupaten yang konon sebagai lumbung pangan dan energi ini, menyimpan misteri.
Khususnya pada tragedi kemanusiaan yang terjadi pada tahun 1965. Dimana The Smilling General lebih suka menyebutnya Gestapu, dan Bung Besar lebih suka istilah Gestok.
Namun, untuk pengawal tulisan bulan September, saya ingin memberi as-syifa, semacam obat yang ditebar melalui kanal yang selalu mengabarkan degup kebahagiaan ini.
Saya tahu, mungkin rakyat calon mahasiswa ada yang senang dan sedih, bukankah rasa itu lahir atas kehendak Tuhan? Begitupun ketika diterima di perguruan tinggi, bagi yang keterima selamat dan yang belum tetaplah semangat, karena banyak jalan menuju Masjid Darussalam.
Tulisan ini terilhami dari gundah-gulana beberapa kawan SMA yang belum keterima di perguruan tinggi yang diinginkan. Keberanian kalian dalam mengikuti berbagai macam seleksi, patut diacungi jempol.
Dulu ada yang namanya SIPENMARU dan segerombolanya. Sekarang ada SNMPTN, SBMPTN, PMDK-PN, SPAN-PTKIN, UMPTKIN, SPCP, SIMAK, UTUL, dan lain-lain.
Karena tak semua orang bisa mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi, apabila jempol saja masih dirasa kurang, ya sudah, salam tiga jari metal untuk kalian yang telah berani mengikuti seleksi itu.
Bagi yang belum keterima, tetaplah tenang dan santuy. Ingat, banyak jalan menuju Masjid Darussalam. Kalian bisa lewat depan, samping kanan maupun kiri ketika memasuki masjid yang berada di sekitar taman kota itu. Asalkan jangan masuk dengan hal-hal yang dilarang, salah satu diantaranya memanjat pagar.
Ketika kamu belum keterima di PTN/S yang kamu inginkan. Bisa jadi, Sang Pemilik Alam ingin memberi hadiah yang mungkin lebih istimewa dari apa yang kamu harapkan dan inginkan. Ingat, yang terbaik (menurut pilihanmu) belum tentu baik untukmu.
Misal, ketika kamu bersepeda siang hari. Sang Surya sedang menampakkan sinarnya, terasa terik. Sementara di dekatmu hanya ada pedagang es degan. Dan tempat kesukaanmu, Mekdi dan Starbucks masih amat sangat jauh untuk jaraknya.
Tentu yang ada di dekatmu jauh lebih bisa menyelamatkan. Sebab jika kau memaksa untuk nggowes hingga sampai Mekdi atau Starbucks, bisa jadi kamu akan pingsan di bawah terik matahari.
Minuman yang dijual di pinggir jalan itulah yang baik untukmu, pada waktu itu. Walaupun itu menurutmu merupakan ihwal yang kurang berkelas dan kurang edgy. Namun, itu yang sebenarnya kamu butuhkan dan terbaik untukmu.
Itu merupakan sepercik gambaran. Bahwa kadang, yang terbaik justru yang tak sempat kamu pikirkan. Selain itu juga, kesuksesan tidak melulu diraih dari bangku kuliah plus tidak harus menyelesaikan studi untuk meraih kesuksesan.
Apakah kamu tahu, siapa yang ada di balik gawaimu? Sekarang kamu lagi pegang gawai, atau sedang asyik bermain di depan komputer (Microsoft). Nah, orang yang memiliki peranan besar di era kiwari itu, menurut majalah Forbes, terkaya di dunia, apakah ia menamatkan studi?
Dengan jalan ninjanya, ia bisa memberi mauidhoh hasanah bagi mahasiswa di berbagai penjuru bumi. Dan tak lupa, Bill Gates juga memberi mauidhoh hasanah di kampus yang pernah ia gunakan untuk ngangsu kaweruh. Bukankah itu suatu hal yang hora umum dan rakaprah?
Di Indonesia ada Ajip Rosidi, Ahmad Tohiri dan Emha Ainun Nadjib, apakah mereka sukses dengan ijazah? Bukan, mereka menempuh jalan lain untuk menjadi diri mereka sendiri.
Maka dari itu, tak usah terlalu bersedih bagi kawan-kawan yang belum keterima di perguruan tinggi. Sila pantengin terus kanal yang selalu mengabarkan degup kebahagiaan ini, maka kamu akan kecipratan percik bahagia, wqwqwq.
Oh, ya.., sebelum mengakhiri tulisan ini. Seyogianya sebelum masuk perguruan tinggi pahami dulu genrenya. Apakah itu perguruan tinggi berbentuk universitas, sekolah tinggi, institut, akademi, atau politeknik? Agar tidak salah menuju Masjid Darussalam.
Namun kesalahan-kesalahan, dalam rangka menuju Masjid Darussalam, siapa tahu hal itu memberi impact positif bagimu. Siapa tahu juga, di tengah perjalanan, ndilalah bertemu gurumu, kemudian gurumu memberi masukan berupa saran plus do’a agar kedepannya sirnalah gelap terbitlah terang.
Itulah, Nabs. Sepercik pendar cahaya di awal september hitam ini, wabilkhusus bagi rakyat (pelajar) yang gundah gulana belum keterima atau mungkin belum bisa melanjutkan studi di tahun ini.
Ingat, banyak jalan menuju Masjid Darussalam, asalkan jangan masuk dengan memanjat pagar. Dan juga yang terbaik menurutmu, belum tentu baik untukmu. Akhir kata, bukan akhir segalanya: “Ijazah itu tanda anda pernah bersekolah, bukan tanda anda pernah berpikir” Rocky Gerung.