Saat hati ambyar, pecahan-pecahan kecil hatinya tak mati begitu saja. Tapi berpencar mencari ruang baru, kekuatan baru dan motivasi baru.
Sedih karena putus cinta: ambyar. Sedih karena tak punya pacar: ambyar. Sedih karena banyak hutang: ambyar. Sedih karena apapun, pokoe njoget ambyar korat-karit.
Kesedihan menjadi menu makan yang harus disantap tiap saat oleh manusia. Kesedihan, pada umumnya, sering dihindari banyak orang. Padahal ia datang tiba-tiba dan tak terprediksi.
Beberapa orang menutup-nutupi kesedihannya. Padahal kalau ditahan, bisa mengakibatkan melankolia depresif yang berbahaya. Karena itu harus dikeluarkan, atau kalau tidak, diabaikan saja.
Akhir-akhir ini, kesedihan menjadi semacam tempe penyet di kala lapar, bagi para pengidapnya.
Kesedihan sudah memiliki label dan jamaah berideologi Ambyarisme.
Apapun kesedihannya, misuhnya tetap ambyar. Sedih karena putus cinta: ambyar. Sedih karena tak punya pacar: ambyar. Sedih karena banyak hutang: ambyar. Sedih karena apapun, pokoe njoget ambyar.
Ambyarisme mulai dikenal pemuda saat nama bapak patah hati, Didi Kempot, kembali melambung. Lagu-lagu Didi Kempot yang mudah didengar dan kerap bertemakan kesedihan, membuat para penyintas sedih serasa punya teman.
Dari lagu-lagunya tersebut, Lord Didi membuat anak muda patah hati seperti punya teman dan never walk alone. Sehingga sedih tak perlu ditangisi terus-terusan, tapi harus dijogeti.
Teman saya, sebut saja namanya Kobra. Seorang penyintas patah hati. Cintanya terhalang tembok kapitalisme. Lha piye, besar cinta daripada modal je. Valuasi cintanya terkendala modal.
Sesungguhnya teman saya tak terlalu miskin. Tapi, saat itu kondisi ekonominya bisa dianalogikan seperti era kolonial: pemasukan 0% pengeluararan 100%. Dia pun ditinggal pacarnya.
Dia ditinggal pacarnya hanya karena saat itu, dia sedang miskin. Padahal, dia punya aset kekayaan masa depan yang amat besar. Sejak itu dia membenci perasaan cinta. Karena baginya semua cinta berlandaskan sikap oportunis-kapitalistis.
Namun, keyakinan itu perlahan luntur setelah dia mendengar adiknya bermain gitar dan menyanyikan sebuah lagu berjudul Cidro karya Didi Kempot.
Embuh apa yang Kobra dengar saat itu, hingga dia punya keyakinan bahwa di tengah banyaknya cinta berlandaskan uang beserta pernak-pernik asetnya, pasti ada cinta yang berlandaskan keinginan hidup bersama.
Kobra sadar. Dia lebih termotivasi untuk melangkah ke depan. Maju ke depan. Bahkan saat mancing di kali pun dia akan tetap maju ke depan.
Lagu Cidro seperti ini:
Dek opo salah awakku iki
kowe nganti tego mblenjani janji
opo mergo kahanan uripku iki
mlarat bondo seje karo uripmu
aku nelongso mergo ke bacut tresno
ora ngiro saikine cidro_
Dari lagu itu, Kobra sadar bahwa ambyarisme memang benar-benar ada. Saat hati seseorang ambyar, pecahan-pecahan kecil hatinya tak mati begitu saja. Tapi berpencar untuk mencari kekuatan baru, ruang baru dan motivasi baru.