Abuya Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliky Al Idrisi Al Hasani (1946-2024 M), merupakan ulama besar asal Hijaz, yang dikenal sebagai muhadits Abad 21 M. Ia juga dikenal sebagai guru para ulama, karena banyaknya ulama besar berguru padanya, termasuk Ulama Nusantara.
Sayyid Muhammad bin Alawi berasal dari keluarga Al-Maliki Hijaz. Ayahnya bernama Sayyid Alawi bin Abbas Al Maliki (1909-1971 M), merupakan ulama terkemuka Hijaz. Kakeknya bernama Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al Maliki (1868 -1934 M), mufti dan qadhi Makkah al Mukaramah.
Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki memiliki adik bernama Sayyid Abbas bin Alawi Al Maliki (1948 – 2015), yang merupakan munsyid dan Amir Qasidah terkemuka bergelar Bulbul Makkah.
Nasab lengkap keluarga Sadah Al Maliki, tertera secara sahih dalam kitab karya Syekh Zakaria Billah berjudul Al Jawahirul Hisan fi Tarajim Fudhala, yang secara lengkap dan jelas menyebut nasab dari Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al Maliki (kakek Sayyid Muhammad Al Maliki).
Nasab lengkap Abuya Sayyid Muhammad
Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas bin Abdul Aziz bin Abbas bin Abdul Aziz bin Muhammad bin Qosim bin Ali bin Arobi bin Ibrahim bin Umar bin Abdurrohim bin Abdul Aziz bin Harun bin Alus bin Mundil bin Ali bin Abdurrohman bin Ais bin Ahmad bin Muhammad bin Ais bin Idris Asyghar bin Idris Akbar bin Abdullah bin Hasan Mutsana bin Hasan Sibti bin Sayyidah Fatimah binti Rasulullah Muhammad Saw.
Keluarga Al-Maliki dikenal sebagai keluarga melahirkan banyak Ulama Aswaja dari generasi ke generasi. Keluarga Al Maliki juga masyhur sebagai satu di antara keluarga paling dihormati di Makkah, yang darinya telah melahirkan ulama besar Aswaja dari zaman ke zaman.
Sayyid Muhammad Al Maliki seorang pembelajar sejak kecil. Ia menerima pelajaran pertama dari Sang Ayah. Sejak usia 7 tahun, ia menghafalkan Al Quran kepada ayahnya. Ia juga belajar Aqidah, Tafsir, Hadits, Fiqih, Usul, hingga Nahwu-Sorof kepada ayahnya dan ulama-ulama besar di wilayah Hijaz.
Setelah belajar berbagai ilmu di Hijaz, dan bertabaruk ke sejumlah negara Timur Tengah, Sayyid Muhammad diantar ayahnya belajar ke Al-Azhar Mesir. Sekitar tahun 1970 M, saat beliau berusia 25 tahun, Sayyid Muhammad telah mendapat gelar PhD di Al Azhar.
Sayyid Muhammad Al Maliki menjadi orang Arab termuda yang berhasil menerima ijazah PhD dari Al Azhar. Tesisnya mengenai Ilmu Hadits, dianggap cemerlang dan menerima banyak pujian dari para ulama di Al-Azhar saat itu, seperti Imam Abu Zahrah.
Dalam perjalanan menuntut ilmu, Sayyid Muhammad Al-Maliki tak hanya di Mekkah. Tapi juga berkeliling ke Maroko (Afrika Utara), Mesir, Syria, Turki dan lainnya. Beliau juga bermulazamah pada para WaliAllah, rajin menziarahi masjid, maqom-maqom, mengumpulkan dan mempelajari manuskrip.
Sayyid Muhammad memiliki banyak guru. Di antara yang masyhur adalah; Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki (ayahnya), Sidi Syekh Hasan Al Masyath, Sayyid Amin Kutbi, Syekh Yahya Aman al-Makki, Sayyid Ahmad Al Ghumari, Sidi Syekh Yasin Alfadani, Sayyid Arabi at-Tabbani, dan banyak lagi yang lainnya.
Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki merupakan ulama besar yang juga penulis banyak kitab. Sangat banyak judul kitab dari berbagai fan keilmuan yang telah beliau tulis. Di antaranya; Fi Rihab al-Bayt al-Haram (sejarah), Mafahim Yajib an Tusahhah (aqidah), Hawl Khasa’is al-Quran (tafsir), Al-Manhal al-Latif fi Usul al-Hadith al-Sharif (hadits), dan banyak lainnya.
Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki juga menulis tentang keluarga dan kakeknya (Sayyid Abbas Abdul Aziz), dalam sebuah kitab berjudul Nur An-Nibras fi Asanid Al Jadd as Sayyid Abbas.
Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki juga menulis tentang ayahnya. Baik berupa sanad ilmu ayahnya (Kitab al-‘Uqud al-Lu’luiyyah bi Asanid al-‘Alawiyyah), fatwa ayahnya (Kitab Majmu al-Fatawa wa al-Rasail), dan riwayat hidup dan syair ayahnya (Kitab Asyhaf Dzawi Al-Himam Al-‘Aliyyah biraf’i Asanid Walidi As-Saniyyah).