Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili alias Imam Syadzili (1197-1258 M) merupakan sufi besar dari Maroko yang masyhur Wali Quthub pada zamannya. Kemasyhuran Imam Syadzili ini, bukan sekadar klaim golongan, tapi konsensus ilmiah para pemuka sufi dari zaman ke zaman.
Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili memiliki nama lengkap Abul Hasan Ali bin Abdullah Asy-Syadzili Al-Idrisi Al-Hasani. Beliau ulama besar dzuriyah (keturunan) Nabi Muhammad SAW dari jalur sadah Al Hasani. Karena itu, beliau juga dikenal dengan nama Sayyid Asy-Syadzili.
Nasab lengkap Imam Asy-Syadzili
Abul Hasan Ali bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Tamim bin Hurmuz bin Hatim bin Qushay bin Yusuf bin Yusya’ bin Ward bin Baththal bin Ahmad bin Muhammad bin Isa bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah az-Zahra binti Rasulillah SAW.
Penulisan Seri Wali Quthub Dunia ini bertujuan memperkenalkan generasi muda pada figur Wali Quthub yang diakui secara ilmiah dan konsensus dari zaman ke zaman. Sehingga tak mudah terbuai pada kisah-kisah hiperbolis yang sering meng-Quthub-quthubkan tokoh tertentu, hanya karena kebanggaan pribadi.
Baca juga: Biografi Sayyid Abdissalam Masyisy, Seri Wali Quthub (5)
Sayyid Asy-Syadzili tidak terlalu membatasi diri dalam makan dan minum. Beliau selalu mengenakan pakaian yang indah setiap kali memasuki masjid. Dan tidak pernah terlihat memakai baju-baju tambalan sebagaimana umumnya para sufi di era sebelumnya, bahkan selalu mengenakan pakaian bagus.
Sayyid Asy-Syadzili merupakan pendiri thoriqoh mu’tabaroh yang dikenal dengan Thoriqoh Syadziliyah. Dalam dunia tasawuf, thoriqoh merupakan jalan yang ditempuh seorang hamba menuju ridha Allah. Mu’tabaroh adalah thoriqoh yang masyhur dan diakui secara konsensus ilmiah, memiliki sambungan sanad (mata rantai) sampai Rasulullah SAW.
Sayyid Asy-Syadzili figur Waliyullah yang masyhur memiliki banyak karomah. Saking banyaknya, kisah karomah beliau sangat mudah dicari di sejumlah sumber referensi. Namun, satu hal yang harus dipahami, beliau ulama intelektual yang mengalami tarbiyah (pembelajaran), memiliki peninggalan ilmiah, dan memiliki banyak santri-santri ilahiyah.
Masa belajar Sayyid Asy-Syadzili
Sayyid Asy-Syadzili pertamakali mengambil sanad ilmu tasawuf pada Syekh Muhammad bin Harazim (w. 1236 M) di negara Maroko. Dari guru pertamanya inilah, Imam Abu Hasan asy-Syadzili mendapatkan pengesahan sebagai pengikut ajaran tasawuf.
Kemudian, Imam Abu Hasan asy-Syadzili berkelana ke negara Tunisia. Di negara Tunisia inilah, ia melanjutkan berguru kepada Syekh Abu Sa’id Khalaf bin Yahya at-Tamimi al-Baji (w. 1231 M). Kedua guru agung Sayyid Asy-Syadzili ini adalah dua murid kesayangan dari Syekh Abu Madyan al-Maghrobi.
Sayyid Asy-Syadzili juga berguru pada Syekh Najmuddin al-Wasithi (w. 1235 M) di Negara Iraq. Untuk diketahui, Syekh Najmuddin al-Wasithi adalah santri kesayangan dari Sayyid Ahmad ar-Rifa’i (pendiri tariqoh Rifaiyyah). Sayyid Asy-Syadzili berguru dengan sungguh-sungguh pada Syekh Najmuddin al-Wasithi.
Di akhir pertemuan antara Sayyid Asy-Syadzili dan Syekh Najmuddin al-Wasithi, sang guru berpesan pada Sayyid Asy-Syadzili: “Engkau mencari Wali Quthb di Iraq, padahal Wali Quthb itu menetap di negaramu sendiri di Maroko, kembalilah ke negara asalmu, niscaya kau akan bertemu dengan Wali Quthb di sana!” Ucap Syekh Najmuddin al-Wasithi padanya.
Atas pesan dari gurunya itu, Sayyid Asy-Syadzili pun bertandang ke negara asalnya untuk mencari sang Wali Quthub. Kelak, ia benar-benar menemui sang Wali Quthub itu di puncak Jabal Alam, sebuah gunung yang berada di Maroko. Sosok yang ia temui adalah Syekh Abdissalam al-Masyisy, Wali Quthub yang kelak menjadi guru utama dari Sayyid Asy-Syadzili.
Sayyid Asy-Syadzili tidak meninggalkan karya tasawuf. Tapi meninggalkan ajaran lisan, doa, dan hizb. Peninggalan itu disampaikan pada muridnya yang bernama Syekh Abul Abbas al-Mursi. Sementara Syekh Abul Abbas al-Mursi memiliki seorang murid bernama Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari.
Dan Ibnu Athaillah Sakandari lah, figur pertama yang menghimpun ajaran, pesan, doa, hizb, dan biografi kedua gurunya itu, yang kelak dikenal dengan Tarekat Syadziliah. Ibnu Athaillah juga figur pertama yang menyusun karya paripurna berupa aturan-aturan, pokok-pokok, hingga prinsip-prinsip Tarekat Syadziliah.
Warisan Sayyid Asy-Syadzili
Sayyid Asy-Syadzili memang tidak meninggalkan kitab dan karya tulis. Tapi beliau meninggalkan tarekat dan hizb. Di antara warisan ampuh yang hingga kini diamalkan umat Islam adalah Hizb Nashr dan Hizb Bahr. Sementara ajaran-ajaran tarekat ditulis oleh para santrinya.
Murid-murid Sayyid Asy-Syadzili
Sayyid Asy-Syadzili memiliki seorang santri kinasih bernama Syihabuddin Abul Abbas Ahmad bin Umar bin Muhammad Al-Ansari Al-Mursi yang lebih dikenal dengan Syekh Abul Abbas Al-Mursi (1219-1287 M). Syekh Abbas Al-Mursi inikah, yang kelak dikenal sebagai khalifah kedua dalam jajaran pembesar Tarekat Syadziliah.
Syekh Abul Abbas Al-Mursi memiliki banyak santri dan penerus. Di antaranya Syekh Ibnu Athaillah Sakandari, Syekh Yaqut Al-Arsyi, Syekh Abu Fath Al-Maidumi, hingga Imam Al-Bushiri. Mereka inilah para khalifah dan penrerus Tarekat Syadziliah sepasca wafat Syekh Abul Abbas Al-Mursi.
Tarekat Syadziliyah yang dibawa Ibnu Athaillah, lebih banyak berkembang ke wilayah barat Mesir, mulai dari kota Iskandaria, Libya, Aljazair, Tunisia, dan Maroko. Selain itu juga ke sebagian besar Afrika Barat hingga ke Spanyol dan negara lainnya di Eropa dan Amerika.
Sedangkan Tarekat Syadziliyah yang dibawa Syekh Yaqut al-‘Arsyi lebih mendominasi wilayah Mesir sendiri dan negara-negara di selatannya, seperti Sudan, Ethiopia, Kenya, Somalia, dan Tanzania. Kemudian ke daerah timur Mesir seperti Yordania, Syiria, Turki, Irak, Iran, hingga ke semenanjung Balkan.
Sementara Tarekat Syadziliah yang dibawa Syekh Abu Fath Al-Maidumi mendominasi wilayah jazirah Arab, terutama Mekah dan Madinah. Dari kedua kota inilah pada akhirnya Tarekat Syadziliyah menyebar dengan pesat ke negara-negara timur, seperti India, Pakistan, Afganistan, hingga ke Indonesia. Dari jalur Syekh Abu Fath Al-Maidumi inilah, silsilah Tarekat Syadziliyah sampai ke Indonesia.