Al-Haffdiz Al-Allamah Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Siddiq Al Ghumari Al Idrisi Al Hasani (1901 – 1962), merupakan ulama besar, penulis, sekaligus muhadits abad 20 M dari Maroko. Banyak ulama dunia mengambil sanad ilmu dari Sayyid Ahmad Siddiq Al Ghumari, termasuk Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki yang merupakan muhadits abad 21 dari Hijaz.
Sayyid Ahmad al Ghumari merupakan anak sulung dari 7 bersaudara. Ayahnya bernama Sayyid Muhammad bin Siddiq Al Ghumari Al Hasani (1878 – 1935 M), ulama besar yang menjadi rujukan seluruh ulama Maroko. Sementara ibunya bernama Zahra binti Sayyid Ibnu Ajibah al Hasani (putri ulama penulis kitab Jawahirul Ajibah).
Keluarga Al Ghumari dikenal sebagai keluarga besar Ulama Aswaja Maroko. Satu di antara keluarga paling dihormati di Maroko. Keluarga Al Ghumari juga dikenal para pakar yang menjadi rujukan bidang Tafsir, Fiqh, Usul Fiqh, Bahasa Arab, dan Tasawuf. Al Ghumari juga dikenal sebagai keluarga yang melahirkan tokoh-tokoh ulama bermaqom Mujtahid.
Mayoritas anggota Keluarga Al Ghumari, dikenal sebagai Quthub di bidang keilmuan Islam. Sayyid Ahmad Al Ghumari, Sayyid Abdullah Al Ghumari, Sayyid Muhhammad Zamzami Al Ghumari, Sayyid Abdul Aziz Al Ghumari, dan lainnya. Mereka semua adalah putra dari Sayyid Muhammad bin Siddiq Al Ghumari.
Nasab Sayyid Ahmad Al Ghumari
Nasab keluarga Al Ghumari disebut dalam kitab berjudul al Tasawwur wat Tasdiq bi Akhbar Syeikh Sayyid Muhammad al Siddiq, karya Sayyid Ahmad Al Ghumari, dengan keterangan konsensus dan diketahui secara sahih oleh para ulama dari berbagai zaman. Dalam kitab itu, nasab keluarga Al Ghumari tercatat sebagai berikut:
Ahmad bin Muhammad bin Siddiq
bin Ahmad bin Muhammad bin Qasim bin Muhammad bin Muhammad bin Abdul Mukmin bin Ali bin Hasan bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdullah bin Isa bin Sa’id bin Mas’ud bin Fudhoil bin Ali bin Umar bin Arabi bin Allal bin Musa bin Ahmad bin Daud bin Maulana Idris Asghor bin Maulana Idris Akbar bin Abdullah Kamil bin Hasan Muthanna bin Hasan Mujtaba bin Sayyidah Fatimah binti Sayyiduna Muhammad Rasulullah s.a.w.
Sejak usia 5 tahun, Sayyid Ahmad al Ghumari sudah menghafal Al Quran dalam bimbingan ayahnya. Di saat yang sama, Ia juga menghafal Matan Jurumiyyah dan mempelajari secara serius Nahwu, Sorof, Fiqih Maliki, Tauhid, dan Hadits.
Ketika berusia 20 tahun, ayahnya memintanya untuk merantau dalam rangka belajar lebih jauh. Ia memiliki banyak guru, dan menulis nama-nama gurunya dalam kitab berjudul al Bahsul ‘Amiiq fi Marwiyyat Ibni al Siddiq yang merangkum sanad keilmuan beliau.
Sedikit di antaranya adalah: Sayyid Muhammad bin Siddiq al Ghumari (ayahnya sendiri), Syeikh Arabi bin Ahmad Durrah, Sayyid Muhammad Ja’far al Kittani, Syeikh Muhammad Ibrahim al Saqa, Syeikh Muhammad Bakhit al Muti’e (mufti Kerajaan Mesir), Syeikh Umar Hamdan al Mahrasi dan banyak lainnya.
Setelah mengalami proses pembelajaran pada para ulama di Maroko, pada sekitar 1922 M, beliau merantau ke Mesir untuk belajar di Al Azhar Mesir. Meski berusia masih muda, di Mesir, ia menjadi tempat rujukan para ulama. Ia belajar sambil tetap menulis berbagai fan keilmuan.
Sayyid Ahmad Al Ghumari menulis sekitar 169 kitab meliputi Aqidah, Fiqh, Tafsir, Hadith, Tasawwuf, Sejarah, Biografi dan sebagainya. Di antaranya; Ibraz al Wahm al Maknun min Kalam Ibni Khaldun, Al Ajwibah al Sorifah ‘an Isykal Hadith al Toifah, Al Asrar al ‘Ajibah fi Syarh Azkar Ibn ‘Ajibah, dan banyak yang lainnya.
Pada 1936 M, beliau pulang ke Maroko karena sang ayah wafat. Ia melanjutkan perjuangan ayahnya dalam mengajar dan membina madrasah yang dibangun sang ayah. Sayyid Ahmad al Ghumari tak hanya dikenal sebagai ulama ahli hadits dan ilmuwan, tapi juga mujahid (pejuang) yang menentang penjajahan.
Karena perjuangannya itu, Sayyid Ahmad Al Ghumari sempat dipenjara selama beberapa tahun. Bahkan setelah bebas dari penjara, beliau masih merasakan tekanan dari para penjajah. Karena itu, Sayyid Ahmad Al Ghumari memutuskan untuk meninggalkan Maroko dan menetap di Mesir hingga akhir hayat.
Beliau wafat pada 1962 di usia 60 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Kaherah, Mesir. Semoga Allah merahmati Sayyid Ahmad al Ghumari serta membalas jasa-jasa beliau dalam mempertahankan Ahlusunnah wal Jamaah (Aswaja) dengan sebaik-baik pembalasan. Amin.