Beberapa hari terakhir, Bojonegoro terasa sejuk. Sepanjang hari serasa pagi hari. Kesejukan suasana kota, semoga juga memicu kesejukan batin para penghuninya.
Indonesia punya ribuan pulau yang disatukan luasnya samudera. Memiliki gunung aktif yang membentuk cincin api. Hingga lokasinya dibelah secara imajiner oleh garis khatulistiwa.
Meski begitu, Indonesia hanya ditemani dua musim yang saling berganti. Sehingga, perihal parade musim, di Indonesia tidak banyak pembahasan terjadi.
Tapi, justru banyak fenomena alam yang terjadi di akhir 2018 dan menjelang 2019. Tentu terkait perubahan musim. Bahkan, berdampak sejumlah fenomena bencana.
Dampak fenomena alam juga menyertai Bojonegoro lho, Nabs. Kota yang biasa jadi bahan sambatan panas, ujug-ujug berubah jadi dingin di bulan Desember hingga Januari ini. Kayak kamu yang tiba-tiba jadi dingin banget sama akuu. Hmm
Tidak hanya udara. Intensitas waktu awan mendung menutupi matahari juga kian meningkat. Lebih lama dari biasanya. Sejak 25 hingga 28 Januari, pagi di Bojonegoro selalu dirundung mendung, kemudian hujan. Suasana yang asyik buat para penghayat kerinduan.
Bahkan, menurut berita yang dihimpun oleh media-media di Bojonegoro. Hujan dan angin kencang yang melanda Bojonegoro telah menyebabkan pohon tumbang di beberapa tempat.
Salah satunya, kejadian yang terjadi pada Senin, 21 Januari 2019 lalu, beberapa pohon dan tower tumbang. Akibatnya, fasilitas umum serta rumah warga rusak. Yang penting kamu jangan tumbang. Harus kuat menghadapi kesendirian.
Atas peristiwa alam yang terjadi, BMKG telah menjelaskan tentang kecepatan angin yang cukup tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
Berdasarkan keterangan di akun Instagram resmi BMKG, terdapat setidaknya dua penyebab fenomena angin kencang ini.
Pertama adalah peningkatan tekanan udara di wilayah Asia. Dan kedua, posisi matahari terhadap khatulistiwa. Dua hal itu yang membikin berbagai geliat fenomena alam di Indonesia.
Seperti teori kepakan sayap kupu-kupu, fenomena alam yang terjadi di wilayah Asia turut andil dalam kondisi di Indonesia saat ini.
“Penyebab yang paling dominan dari peningkatan kecepatan angin di wilayah Indonesia adalah akibat peningkatan tekanan udara di wilayah Asia yang saat ini sedang terjadi musim dingin,” tulis akun Instagram resmi @infoBMKG.
Akibatnya, terjadi kondisi ketika perbedaan tekanan antara dataran Asia dan Indonesia cukup besar. Hal ini menyebabkan pergerakan massa udara dari Asia menuju Indonesia cukup kuat hingga awal tahun 2019.
Kondisi ini kemudian berpotensi menyebabkan bencana hidrometeorologi. Seperti yang dinyatakan oleh Kepala Subbidang dan Analisis Iklim BMKG, Adi Ripaldi pada Tempo (24/2/2018).
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana alam yang terjadi sebagai dampak dari fenomena meteorologi. Laiknya hujan lebat, angin kencang dan gelombang tinggi. Dampaknya adalah bencana alam seperti terjadi banjir, longsor dan lain-lain.
Penyebab kedua adalah posisi matahari terhadap khatulistiwa. Perubahan posisi matahari berdampak pada pembentukan daerah bertekanan rendah. Sehingga berdampak pada kondisi iklim.
“Posisi matahari yang berada di selatan khatulistiwa karena gerak semu tahunan matahari menyebabkan di wilayah Indonesia dan Samudera Hindia akan banyak terbentuk daerah tekanan rendah, (seperti daerah tekanan rendah yang saat ini terbentuk di selatan Papua dan Jawa Timur),” tulis akun @infoBMKG.
Fenomena semacam ini, biasa disebut masyarakat sebagai musim pancaroba. Yakni peralihan dari musim kemarau ke penghujan. Wong Jonegoro sering menandai musim ini dengan kemunculan rayap dewasa dari tanah. Kemudian terbang mencari sumber cahaya sebagai laron.
Fenomena alam terkadang kita anggap sebagai cuaca pengisi hari saja. Padahal, lebih dari itu, fenomena alam adalah kode yang sepatutnya kita pahami untuk bersiap-siaga. Kayak kamu, aku udah siap nerima kode, malah nggak dikodein. Halah!
Kode alam ini, Nabs, kemudian diimplementasikan sebagai aksi preventif. Salah satunya oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dengan memangkas dahan pohon yang rawan patah dan tumbang. Semoga kamu nggak rawan patah dan tumbang yaa. Iya, kamu.
“Apabila ada yang menemukan atau melihat dahan pohon yang sekiranya membahayakan dan rawan tumbang, harap segera menghubungi DLH.” Ujar Kepala DLH Bojonegoro, Nurul Azizah.
Dalam hal ini, tidak hanya pihak pemerintah yang bertanggung jawab melakukan aksi preventif. Kita sebagai insan yang sepatutnya peka terhadap kode alam juga harus turut andil. Baik untuk membagi informasi, maupun menghindari kondisi rawan.
Sementara itu, kita bisa menikmati suasana Bojonegoro yang dingin, syahdu, dan sendu. Segelas kopi panas jadi makin nikmat. Tetap produktif saat kondisi syahdu pun menjadi tantangan tersendiri. Bukan begitu, Nabsky?