Lupaeng merupakan kawasan yang punya banyak Sumber Daya Alam, Manusia, dan Ghaib amat bagus. Cerita ini tak bermaksud nyinggung siapapun. Kalau merasa tersinggung, sila baca kembali tentang anekdot.
Di Negara Lupaeng, Sumber Daya Ghaib (SDG) dipakai untuk memecah masalah seng njlimet koyo asmara, jodoh, tombo ati, dan lain-lain. Walau tanaman padi, emas hijau alias tembakau, bawang merah, cabai-cabaian, buah-buahan, emas hitam alias minyak bumi, dan sebaginya terhampar luas serta saban tahun produksi melimpah, tapi tingkat kesejahteraan rakyatnya minim.
Namun, rakyat Lupaeng punya cara tersendiri dalam memaknai kebahagiaan seperti berkumpul dengan pasangan di malam hari untuk membuat anak agar tidur lelap, berkumpul dengan keluarga, menyeduh kopi di warung ketan, dan sebagainya.
Mereka tak ambil pusing terkait kondisi Negara Lupaeng, wabilkhusus dengan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Mereka hanya hahahihi sembari melihat lelucon yang ada di batu bercahaya alias gawai.
Sejak dulu, menurut indikator yang dikeluarkan oleh Negeri Jagat Raya (NJR), Negeri Lupaeng unggul dalam Sumber Daya Alam dan Manusia. Tapi kok yo ngene-ngene wae. Hmm..janjane kenek opo to yo yo. Gumam salah seorang Warga Negara Lupaeng (WNL).
Markonyiz, selaku pemimpin aliran kepercayaan di Negara Lupaeng, saban hari tak pernah alpa memberi suntikan spiritual pada rakyatnya. Ketika kedatangan tamu, mulutnya selalu komat-kamit membacakan mantra. Jika ditanya rakyatnya, Markonyiz biasanya menjawab untuk menjaga keselamatan dan kesejahteraan bersama.
Di Negara Lupaeng, hidup seorang pemuda yang gagah blengah-blengah bernama Jan Belong Said. Termasuk pemuda yang skeptis pada Markonyiz. Bukan benci secara personal, tapi mengkritisi pemikiran yang dilakukan Markonyiz, kemudian disebar pada rakyat lainnya. Sebab pemikiran Markonyiz terkesan pasrah dan minim aksi maupun tindakan.
Suatu hari, terjadi pagebluk yang tidak menye-menye di Negara Lupaeng. Sebuah musibah bersama yang ditanggung secara berjama’ah. Jan Belong Said masih topcer dan moncer dengan semangat muda yang membara. Berani kowar-kowar hingga menggetarkan bumi dan langit di Negara Lopaeng,
“iki masalahe wong nduwuran seneng ngentit duwite negoro, nyekel perkakas laptop lan gawai ora pati godak, dijak debat ora wani, woi..metu.. Aku Jan Beloing Said karo wong cilik koyo tukang cukur jenggot, cukur rambut, bakul pitik, bakul rengkek, sak liyane kenek kabeh. Woi…ndi seng nduwe Negara Lupaeng iki.., metuo!.”
Tak jarang kata-kata indah keluar dari mulut Jan Belong Said seperti pisuhan superlatif, hingga nama-nama hewan yang biasa disebut ketika hati sedang marah, keluar dengan sendirinya dari mulut Jan Belong.
Markonyiz sebagai pemuka kepercayaan agak murka. Namun menjaga imagenya sebagai pemimpin kepercayaan. Menemui Jan yang sedang kowar-kowar dengan membawa masa dari akar rumput.
Markonyiz keluar menemui kerumunan yang diketuai Jan bersama istrinya yang bernama Saporah Celalu Cetia (SCC) atau akrab disapa Ibu SCC. Kebetulan istrinya merupakan ibu Negara Lopaeng. Juga anaknya ikut keluar. Mengingat, anak dari pasangan Markonyiz dan Ibu SCC, bernama Marcos Pistol merupakan aparat keamanan di Negara Lopaeng.
Jan Belong Said juga ingin membela kawannya bernama Pardi Pijer Alexander karena diadili dan disuruh mengakui kesalahan secara paksa oleh Ibu SCC yang ditemani dengan anaknya selaku aparat keamanan. Jan Belong Said membela, sebab di sana terdapat pelanggaran hukum dan hak individu.
“Wong Pardi iku hanya bermain gawai dan ngerekam video sebab minim dana kanggo korban pagebluk plus fasilitas sing kurang memadahi. La wong kok di kongkon meneng ae ki lo, padahal Negara Lopaeng iki kan negara sing jarene menghargai pendapat individu. Lha kok Pardi Pijer gae video plus dolanan paving sing mbronggat dicekel kongkon ngaku salah. La iki yaopo seh….Dek nane aku roh, petinggi Negara Lupaeng ngrujak bareng pas pagebluk, tapi kanggo memperbaiki image Negara seng morat-marit ngomonge rapat. Prinsip equality iki nak ndi? Nggawe-nggawe aturan dewe, dilanggar-langgar dewe…Hmmm.” Jan Belong Said begitu marah, mungkin kalau dilihat dengan fitur kamera sekarang, bisa muncul sungutnya bak setan-setan yang sering menghiasi layar kaca.
Kondisi yang riuh dan ramai di depan rumah keluarga besar Negara Lupaeng agak mereda, bukan karena hujan sudah reda, karena kebetulan belum masuk musim hujan, masih musim kemarau. Reda karena datang seorang yang buta dan gendut, beliau memperkenalkan diri dengan asma Semarun Mesemun.
Semarun Mesemun yang gagah juga blengah-blengah, dari jauh melambaikan tangan. Woi…wes..wes…ojo digae dowo-dowo permasalahane. Wes cukup sampek sak mene ae.
Kemudian Semarun Mesemun yang wajahnya selalu mesem menyelesaikan persoalan itu dengan musyawarah bersama. Dan nuturi Ibu SCC supoyo luweh ati-ati ing babakan laku lan perbuatan, mengingat Ibu SCC kepala Negara Lupaeng. Plus, wenehi wejangan kanggo Markonyiz.
“Nyiz…Nyiz…kowe ki nak kene posisimu pemimpin kepercayaan, mbok yo fokus, ojo gelem dimanfaatne wong-wong seng golek suara pas pemilihan umum, ples akehono olehmu moco buku mben ogak cupet lan cendhek fikirmu. Terus kowe, Castol..eh…Marcos Pistol. Mbok yo ojo ngentit duwite negoro. Nek misale dikongkon tuku senjata anyar, tank anyar, senapan gris, yo tuku seng anyar to.., ojo mbok golekne seng bekas-bekas opomaneh mbok tukokno tembak-tembakane bocah cilik seng dipitek muni ciu..ciu..ciu ples duwite melbu mbok pek dewe luwehane, opo iku ogak korupsi? Uripmu iku loh wes penak, oleh duwit mangan, transport, tunjangan sembarang kalir, lan liyan-liyane. Pesenku, ojo nganti ngentit duwite Negara mbek ojo nganti gagal gagah mbek sragamu seng mengkilat ples akeh bintange iku. Mbok yo.., nyawang..wong..wong..sing during iso mangan, macul nek sawah nganti gegere kileng-kileng, bakul kopi nek pinggir ndalan, lan sekabehane.”
“Oh yo..sak durunge aku mere…., ojo sampek tanah-tanah nek Negara Lopaeng iki mbuk doli kanggo wong asing utowo investor-investor. Bener minyakmu mumbruk, batu baramu akeh, hasil hutan lan laut melimpah, tapi pendudukmu akeh sing kangelen golek mangan.”
“Wes pokoke, mari pagebluk iki…, ndang gage dibenahi tatanan Negara Lupaeng iki. Mben gak dadi Negara Pajero utawi panas njobo njero. Ndang gage diurusi kae tipete galian tambang, arah pembangunan negara dibenerke maneh, supoyo rakyatmu iso makmur lan keadilan bener-bener ngadek ora lembek koyo pensil inul.
Jarene nagaramu harga mati, tapi kok tak sawang-sawang harga investasi yo, wqwqwq…Oh yo, mbek kanggo kabeh, akehono olehmu syukur sebabe kudu bersyukur enek wargamu seng kritis koyo Jan Belong Said, ojo maleh mbok bungkam mbok utus ngakui kesalahan.
Lha wong kondisi Negaramu seng negene iki, ogak iso ucul soko pengaruh politik (kebijakan) seng mbok jupuk. Wes yo…wes dalu je, aku tak pamit ndisek.”
Seketika Semarun Mesemun menghilang begitu saja tanpa jejak, dan orang-orang yang ada di sekitarnya hanya geleng-geleng kepala.