Desa Sumengko Kecamatan Kalitidu menjadi sentra penghasil semangka. Kawasan berdekatan dengan Jalan Raya Nasional tersebut, bisa jadi jujugan alternatif saat libur Lebaran.
Puluhan mobil ber-plat luar kota terlihat berjejer memadati pinggir Jalan Raya Surabaya – Cepu, tepatnya di persawahan Desa Sumengko Kecamatan Kalitidu. Para pelancong dari berbagai daerah, tampak riang memilih ratusan hingga ribuan biji semangka yang terkelepar di pinggir jalan.
Ada yang sengaja cuma membeli semangka. Namun, tak sedikit pula yang tidak sengaja melihat banyak semangka di pinggir jalan, lalu berhenti dan menepikan mobilnya untuk memilih dan membeli semangka.
Lebaran ini, jadi Hari Raya bagi para petani semangka di Desa Sumengko Kecamatan Kalitidu. Sebab, hasil panen terasa maksimal. Bahkan, para petani dan penjual semangka bisa mendapat uang sebesar Rp 10 juta hingga Rp 15 juta per hari.
Salah seorang pembeli, David, mengatakan, dia bersama keluarga perjalanan dari Semarang ke Surabaya. Saat melihat banyak semangka di persawahan pinggir jalan, dia pun memutuskan untuk berhenti untuk melihat, sekaligus membeli, jika harganya cocok. Sebab, bisa dijadikan oleh-oleh ke tempat tujuan.
“Sebenarnya, ini pemandangan yang biasa. Namun, karena lokasinya di sawah dan semangkanya masih segar. Tentu bikin tertarik,” kata David.
Nabs, semangka yang berada di pinggir jalan tersebut, memang masih segar. Sebab, diambil langsung dari pesawahan yang juga dekat dari Jalan Raya. Bahkan, semangka yang belum dipanen dan masih berada di pohonnya pun masih bisa dilihat.
Putra, salah seorang petani sekaligus penjual semangka menjelaskan, saat ini memang sedang masa panen. Sehingga, banyak semangka yang dijual di pinggir jalan. Meski begitu, dia beserta petani semangka yang lain juga mengirim semangka-semangka hasil pertanian itu ke sejumlah daerah di luar kota.
“Ada yang dijual di sini (di tempat), ada pula yang dikirim menggunakan truk,” kata pemuda asli Desa Sumengko itu pada Jurnaba.co (8/6/2019)
Putra, salah seorang petani dan penjual semangka menunjukkan hasil panenannya.
Putra menceritakan, ada sekitar 10 bahu sawah — setara 8 hektar tanah pesawahan — di kawasan tersebut yang ditanami semangka. Menanamnya, sejak sebelum puasa. Dia mengaku, panen besar mulai H-2 lebaran kemarin.
Menurut Putra, sebagian besar masyarakat setempat memang menanam padi. Namun, pada saat seperti ini, banyak yang nanam semangka. Para petani, kata dia, tidak hanya dari warga setempat. Namun juga petani semangka dari Purwodadi Jawa Tengah yang menyewa tanah di kawasan tersebut.
“Para petani ada yang dari sini dan ada pula yang dari luar kota, yakni Purwodadi Jawa Tengah,” imbuhnya.
Dia mengisahkan, warga mulai menanam semangka sekitar tahun 2017 silam. Sebelumnya, masyarakat sekitar hanya menanam padi saja. Awalnya, ada sejumlah petani dan penjual semangka dari Purwodadi yang menyewa lahan di tempat tersebut.
Petani dari Purwodadi tersebut, kata dia, menyewa lahan sekitar 2 bulan dengan harga sewa sebesar Rp 4,5 juta per hektar sekaligus airnya. Ternyata, saat panen tiba, modal bisa kembali hingga 2 sampai 3 kali lipat dalam waktu 2 bulan.
Karena hasilnya bagus, warga pun minta diajari menanam semangka. Dan para penyewa lahan tersebut juga mau mengajari warga sekitar untuk menanam dan merawat buah semangka. Hingga saat ini, menanam semangka pun terus dilakukan masyarakat Desa Sumengko.
“Warga senang karena sedikit banyak bisa menanam dan merasakan hasil panen semangka,” ungkapnya.
Menanam semangka, menjadi pelajaran berharga bagi warga sekitar. Mengingat, menanam semangka bukan sesuatu yang mudah, terlebih bagi warga sekitar yang sudah terbiasa menanam padi.
Sehingga, saat ini, mindset “hanya menanam padi” sudah mulai bergeser. Sebab, saat tak menanam padi, warga bisa menanam semangka. Hasil didapat dari panen semangka juga besar.
“Warga ada yang bekerja (sebagai penunggu maupun perawat), namun sebagian besar belajar bagaimana menanam semangka,” tuturnya.
Lebih jauh Putra menjelaskan, untuk menanam semangka, dari pengalaman yang dia lakukan tahun ini, dari waktu tanam hingga panen, hanya butuh waktu sekitar 55 hari. Setelah itu, semangka sudah bisa langsung dipanen.
Saat ramai seperti ini, buah semangka hasil tanamannya bisa menghasilkan uang sebesar Rp 10 hingga Rp 15 juta perhari. Selain dijual di pinggir jalan — dan para pembeli bisa menyaksikan proses bagaimana semangka itu dipanen — para petani di desa tersebut juga menjual semangka itu keluar kota.
“Kalau ramai, karena banyak yang mudik juga, sehari bisa sampai sepuluh hingga lima belas (juta)” katanya.
Tidak hanya dijual di pinggir jalan, para petani juga mengirim semangka ke Mojokerto, Semarang hingga Jakarta. Itu alasan banyak truk-truk besar yang terparkir di pinggir jalan untuk mengangkut hasil panenan.