Di sepanjang Jalan Kartini bukan hanya urusan perut yang bisa terpenuhi. Melainkan juga hal ihwal edukasi (histori).
Sebagian besar kota di Indonesia, terkandung Jalan Kartini di dalamnya. Tak terkecuali, kabupaten yang konon sebagai lumbung pangan dan energi, dimana lagi kalau bukan di Bojonegoro, Jawa Timur.
Nabs, dulu Jalan Kartini yang berada di Kecamatan Bojonegoro atau kota, pernah dihiasi pepohonan besar nan rindang, yang sering kali digunakan tukang becak untuk istirahat ataupun mencari penumpang.
Ada bangunan lembaga pendidikan, perekonomian, dan lain-lain. Jika dibanding dengan beberapa jalan yang ada di Bojonegoro Kota, Jalan Kartini tak sepanjang jalan-jalan yang lainnya. Namun memiliki karakteristik.
Ada Toko Kuning, SMPN 7 Bojonegoro, bangunan pegadaian yang memiliki arsitektur yang khas era kolonial, dan lain-lain.
Jika pada hari-hari biasa, pagi hingga siang, jalanan akan diindahkan dengan lalu-lalang pelajar. Saat matahari terbenam, terbitlah penjual makanan dan minuman yang beraneka ragam, Nabs.
Selain itu, Jalan Kartini juga menjadi penghubung dengan jalan-jalan yang lain. Seperti Jalan Dewi Sartika, Jalan terpendek di Bojonegoro ‘Jalan D.I. Panjaitan’, Jalan Teuku Umar, dan Jalan Imam Bonjol.
Nabs, mengingat sekarang masih bulan April, merupakan bulan dimana Raden Ajeng Kartini terlahir di dunia (21 April). Banyak cara yang bisa dilakukan untuk melanjutkan tongkat estafet perjuangan Kartini.
Bukan hanya parade kebaya, melainkan juga semangat emansipasi perempuan, perjuangan terhadap tanah dan air, dan belajar tiada henti seyogianya mengalir dalam denyut nadi.