Orang dalam (Ordal) merupakan penyampai wasilah yang ada plus dan minusnya. Jangan terlalu hiraukan Ordal dunia, berlombalah memperbanyak Ordal di kehidupan yang abadi.
Pekerjaan merupakan sesuatu hal yang dianggap wajib bagi setiap orang yang berkebutuhan. Khususnya bagi kaum yang suka menyibukkan diri dan orang yang berkebutuhan lebih, pekerjaan adalah hal yang sangat dibutuhkan.
Itulah mengapa, setiap orang mendambakan pekerjaan yang layak dan tidak terlalu membebani, Nabs.
Lowongan pekerjaan adalah suatu hal yang sangat dinanti-nanti oleh kaum pengangguran, terlebih kaum pemuda yang baru saja lulus sekolah maupun kuliah.
Dalam perekrutan pegawai, perusahaan-perusahaan besar, PNS ataupun instansi tertentu yang melowongkan pekerjaan mapan atau layak dan menawarkan gaji yang lumayan besar, tentunya menarik perhatian yang lebih bagi para pencari kerja.
Nabs, dalam hal ini, kekuatan orang dalam sangatlah dibutuhkan, karena orang yang memiliki sanak famili ataupun kerabat terdekat biasanya lebih memiliki peluang besar untuk lolos seleksi dari sekian banyak pemburu pekerjaan.
Cukup dengan bersantai di rumah menunggu panggilan dari orang kantor dan tidak perlu susah payah seperti pelamar lain, yang tidak memiliki orang dalam.
Kuatnya kebiasaan nepotisme juga masih sangat melelekat di negara kita ini. Hal ini tentunya akan membuat keresahan tersendiri bagi para kaum bawahan yang belum memiliki sanak famili atau kerabat terdekat di kursi jabatan.
Seolah-olah, hanya kerabat saja yang boleh menduduki kursi jabatan. Keresahan ini akan sirna jika kebiasaan nepotisme bisa dihapuskan dari negara ini.
Adanya lowongan pegawai biasanya dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk dijadikan ladang pencarian uang, terlebih lowongan yang di tawarkan memiliki gaji besar.
Tentunya memiliki daya tarik begitu besar, terkadang mereka meminta imbalan yang begitu signifikan hingga jutaan rupiah untuk menghargai sebuah pekerjaan dengan iming-iming gaji besar, Nabs.
Entah mengapa, masih juga ada yang orang minat dengan tawaran tersebut. Mungkin karena sudah terhipnotis gaji besar dan pekerjaan yang nyaman hingga menghindari kesusah payahan yang lebih.
Nabs, dengan menggunakan kekuatan orang dalam ada enak dan juga enggaknya juga, sih. Sisi enaknya, kita tidak perlu menunggu dalam tempo yang lama pengumuman penerimaan dengan deg- degan, cukup tunggu waktu panggilan dengan santai.
Tetapi, dengan cara ini kita seakan-akan tidak menghargai perjuangan dan jerih payah pelamar kerja lainnya. Dan sisi nggak enaknya adalah tidak semua orang memliki kesempatan ini, hanya orang-orang yang memiliki kedekatan khusus dengan atasan ataupun manager.
Kadang juga pelamar perlu mengeluarkan sogokan (uang yang diminta oleh atasan) agar dengan mudah diterima di pekerjaan tersebut.
Kasihan juga mereka yang telah berusaha deng jerih payah, tetapi kursinya sudah dibeli atau dipesan oleh pihak tertentu.
Nabs, tidak hanya sebatas pekerjaan, dalam dunia akademik, juga jamak ditemui Ordal wa bil khusus pada seleksi penerimaan beasiswapun sering menggunakan kekuatan orang dalam.
Jadi, tidak heran jika telah mengikuti tes tulis dan dinyatakan lulus, tes wawancara lancar, tetapi tidak menerima beasiswa.
Jika jurus ini sudah menjadi tradisi, maka untuk mengatasi tradisi ini kita harus banyak- banyak relasi orang dalam.
Kekuatan orang dalam tentunya dapat mengundang banyak sisi negatif, diantaranya pekerjaan yang seharusnya ditangani oleh tenaga professional dipegang oleh tenaga yang bukan ahlinya, akhirnya tidak memiliki hasil yang memuaskan.
Dan dapat mengakibatkan kurang efektifnya pada kemajuan perusahaan ataupun jabatan dalam hal pemerintahan. Dalam hal penerimaan beasiswa ysng tidak tepat sasaran mengakibatkan mundurnya budaya akademik.
Karena beasiswa yang seharusnya diterima oleh mahasiswa berprestasi yang sesungguhnya ataupun siswa kurang mampu (secara politik dan ekonomi) tetapi, mekanisme seleksi jatuh pada pihak-pihak yang menggunakan jurus kekuatan orang dalam. Melahirkan fenomena yang jauh dari kata objektif.
_________
Penulis adalah mahasiswa program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah (FT) Universitas Nahdlatul Ulama Sunan Giri (UNUGIRI) Bojonegoro.