Kita, mungkin suka tergesa-gesa. Suka terlampau percaya pada apa yang dilihat mata. Hingga lupa jika manusia punya suasana hati yang mudah berganti, ghirah yang mudah berubah, dan ingin yang rentan berpindah-pindah.
Desember: gede-gedene sumber (air); Januari: hujan sehari-hari. Selalu ada unsur air dan basah di tiap pergantian tahun. Entah itu air kebahagiaan ataupun air kesedihan.
Mari kita ingat 2019 secara menyeluruh: dari Januari hingga Desember dan menyiapkan 2020 secara utuh: dari Januari hingga Desember. Dengan begitu, yang kita ingat tak hanya perihal sedih atau senang belaka, tapi semuanya.
Tak mungkin dalam setahun mata kita hanya meneteskan air kesedihan saja. Dan tak mungkin dalam setahun mata kita hanya mengalirkan air kebahagiaan belaka. 12 bulan tentu 12 episode berbeda dengan 12 potensi sedih-bahagia yang, tentu saja, tidak sama.
Dalam ketaktentuan potensi itulah, kita menjalani hidup dalam setahun. Bertemu kebahagiaan atau tertabrak kesedihan. Tertabrak kesakitan atau bertemu kelegaan. Baik bahagia maupun sedih, semua niscaya terjadi.
Kita, mungkin pernah amat bahagia serupa narapidana yang baru keluar penjara, hanya karena merasa bertemu dengan apa yang kita pinta-pinta. Meski nyatanya, kita hanya menemui ilusi yang tak benar-benar nyata. Lalu amat bersedih serupa narapidana yang bakal dimasukkan lagi ke penjara.
Kita, mungkin suka tergesa-gesa. Suka terlampau percaya pada apa yang dilihat mata. Hingga lupa jika manusia punya suasana hati yang mudah berganti, ghirah yang mudah berubah, dan ingin yang rentan berpindah-pindah.
Manusia, secara manusiawi punya hati yang takollab — mudah berubah. Punya keinginan yang labil dan kerap tak terarah. Dan kita, secara personal, memaknai perubahan itu sebagai pemicu rasa sedih.
Sesungguhnya, kita hanya kaget dan tak siap dengan perubahan orang lain terhadap diri kita, sehingga kita pun bersedih. Padahal, sudah sejak zaman dulu kala manusia punya kecenderungan suka berubah-ubah. Suka berpindah-pindah.
Bukankah nenek moyang kita, manusia prasejarah, punya cara hidup secara nomaden? Cara hidup yang bertahan dengan berburu dan mengumpulkan makanan, lalu berpindah ke tempat lain kala makanan itu habis dimakan?
Kita harus ingat bahwa darah manusia prasejarah dan manusia digital sama-sama berwarna merah. Itu bukti bahwa sesungguhnya, ada karakter manusia prasejarah yang terus menempel dalam tiap tubuh manusia digital.
Saat kita menyadari dan selalu bersiap diri bahwa apa yang saat ini terjadi bisa dengan mudah berubah, niscaya kita bisa meminimalisir kesedihan. Sebab yang tampak di mata, selalu menyimpan rahasia di kemudian hari.
Dari kosmos paling besar hingga kosmos paling kecil, segalanya bergerak dan berpotensi berubah. Dari planet yang selalu bergerak dan memicu pergantian waktu, hingga hati yang selalu berdetak memicu pergantian kehendak.
Apa yang saat ini kita benci, bisa jadi kelak bakal amat kita cintai. Apa yang saat ini kita takuti, barangkali kelak bakal kita cari-cari dan apa yang kini benar-benar kita sukai, bisa jadi kelak akan sangat kita hindari.
Di dunia yang penuh pergantian, perubahan dan perpindahan ini, semua memang mudah berubah. Dan semua rentan berpindah-pindah. Kita
hanya butuh kamampuan untuk tak kaget menerima kenyataan dan sigap mencari hikmah di tiap keterkejutan.
Semoga di 2020 nanti, hati kita kian lapang menerima bermacam perubahan. Kian lebar menerima pergantian dan perpindahan, sekaligus kian lihai mencari hikmah di tiap keterkejutan.