Giras Ranger bukan sekadar peracik kopi jalanan, tapi teman bagi mereka yang kesepian, dan kawan begadang bagi mereka yang tak bisa keluyuran.
Berawal dari suatu tekad dan gumpalan semangat, dan himpitan ekonomi yang hampir sekarat, keberanian itu muncul begitu saja. Dengan bekal skill yang tak terlalu mumpuni, saya hanya bermodal niat dan keinginan kuat.
Setelah lulus SMK, saya mulai terjun di kerasnya dunia kerja. Saya mengawali itu semua dari sebuah PT milik perorangan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang. Lebih tepatnya pengiriman produk jajanan snack.
Di situ saya mulai merasa sedih merasakan keras dan kejamnya dunia kerja. Banyak pengalaman yang saya dapat. Mulai dari merasakan gelisahnya seorang kernek truck hingga cemasnya pengirim barang dari pasar ke pasar.
Kenapa saya bilang kejam dan penuh kegelisahan? Karena bisa dikatakan, gaji tak sebanding dengan keringat yang dikeluarkan. Serupa mengantar nyawa kemana-mana, tapi gaji di bawah UMK.
Tapi itu tak jadi masalah bagi saya. Karena prinsip saya “mergae opo ae nek ditelateni bakalan enak”. Itu kalimat yang jadi prinsip saya. Lha wong cari pekerjaan juga gak gampang kok.
Setelah bertahun bekerja sebagai “The Transporter”, saya putuskan untuk keluar. Karena selain butuh pengalaman lain, suasana bekerja berubah jadi kurang nyaman. Di situ saya merasa sedih memutuskan untuk resign.
Saya beralih pekerjaan sebagai penjaga warung kopi Giras alias Giras Rangers. Teman bagi mereka yang kesepian dan kawan begadang bagi mereka yang sendirian dan tak bisa keluyuran.
Warkop Giras buka 24 jam. Kebetulan saat itu, saya jaga warung yang baru saja dibuka cabang baru. Di sana saya jaga bagian malam hari. Sehingga waktu itu, saya Rangers malam. Saya menjumpai banyak tipe manusia malam. Saya senang sekali.
Selain gaji lumayan, tempat kerja juga di dalam ruangan dan tidak kepanasan dan saya tidak perlu keluyuran. Keberadaan koneksi wifi yang begitu kencang, memudahkan saya berselancar kemana-mana, meski saya hanya diam di tempat. Di situ saya merasa sedih cocok dan sangat enjoy.
Hari demi hari, bulan demi bulan, saya melintasi waktu sebagai seorang Rangers di Warkop Giras. Sebagai Rangers, saya adalah teman bagi mereka yang kesepian, dan kawan begadang bagi mereka yang sendirian.
** **
Keinginan untuk menjadi seorang pengusaha pun muncul dalam pikiran saya. Saya berpikir, kenapa saya tidak buka sendiri? Toh semua hanya butuh niat dan keinginan kuat. Sukses tidak sukses urusan Tuhan, bukan urusan konsumen.
Ahkirnya, saya memutuskan resign. Bermodal pengalaman dua tahun jadi Rangers Warkop Giras, saya putuskan untuk mendirikan warung kopi sendiri yang saya beri nama Giras 77. Terlebih, waktu itu saya punya keinginan menikah.
Dengan bermacam upaya dan perjuangan, pada 2019, saya mendirikan warung kopi dan mulai menjadi pemilik warung kopi sendiri. Akhir 2019, saya sudah punya istri dan sudah punya warung kopi sendiri.
Ya, memang tak ada yang mudah-mudah saja. Seperti kopi yang saya jual, saya juga merasakan pahit manis menjadi pengusaha warung kopi, dan sampai saat ini, saya masih menjadi pengusaha warung kopi.
Itu tadi, Nabs, sedikit cerita hidup seorang Giras Rangers alias penjaga warung kopi Giras. Entah memotivasi atau tidak, yang jelas, tak ada kesuksesan tanpa ada niat semangat dan cucuran keringat.
Ohya, nama saya Pamuji Utomo, biasa dipanggil Grand Donk, seorang Kopi Rangers muda yang sekarang punya usaha warung kopi sendiri. Saya berniat nulis pengalaman-pengalaman hidup. Tunggu tulisan saya berikutnya ya.