Membedah makna burung pada laman google di Hari Ayah Nasional. Dan kenapa ia dekat dengan Hari Pahlawan dan Hari Kesehatan Nasional.
Saat membuka laman Google pagi ini (12/11/2019), terlihat ilustrasi seekor burung besar yang sedang asyik memberi makan untuk 6 ekor anak-anaknya. Ilustrasi tersebut, sekaligus memperingati Hari Ayah Nasional.
Hari Ayah Nasional, diperingati masyarakat Indonesia tiap tanggal 12 November. Peringatan tersebut mulai dideklarasikan di Solo pada 2006 silam, saat masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Tentu saja, Hari Ayah Nasional ditujukan untuk mengapresiasi sosok berlabel “ayah” itu dalam kehidupan sehari-hari. Jika di Indonesia diperingati pada November, di level dunia, Hari Ayah diperingati tiap Minggu ketiga pada bulan Juni.
Nabs, entah sengaja atau tidak, Hari Ayah Nasional diperingati secara bebarengan dengan Hari Kesehatan Nasional. Setidaknya, ini sebuah kode bahwa seorang ayah memang harus selalu menjaga kesehatan. Agar mampu menjaga anak-anak dan keluarganya.
Hari Ayah Nasional juga amat dekat dengan Hari Pahlawan Nasional (10 November). Sebab, disadari atau tidak, ayah adalah pahlawan bagi setiap anak-anaknya. Ia jalan bagi anak-anaknya untuk mengenal cinta dan keindahan hidup.
Ayah pula, sosok pertama yang mengajarkan pada anaknya tentang keberanian menghadapi tantangan. Keberanian mengambil keputusan. Dan keberanian menjalani hidup.
Ayah. Kata itu, jika direnungi secara mendalam, memang terkesan dekat sekaligus jauh. Ia dekat karena sering kita sebut. Sekaligus jauh karena kita tak tahu, kapan istilah “ayah” berlabel pada diri kita.
Menjadi seorang ayah bukan urusan biologis belaka. Tapi lebih pada perkara mental. Ayah, seperti ilustrasi di laman Google hari ini, adalah sosok yang sudah tak bisa mementingkan diri sendiri. Sosok yang saat lapar, justru yang diingat anak-anaknya.
Google memang keterlaluan kreatifnya. Udah tahu sekarang Hari Ayah, kok nggak menaruh ilustrasi seorang lelaki tua, tapi justru menaruh gambar burung yang asik membagikan makanan pada anak-anaknya.
Tentu ada dua arti bersayap jika ilustrasi itu dibedah.
Pertama: hubungan ayah dan burung. Ini jelas perkara sunatullah. Hanya lelaki yang memiliki “burung” sedangkan perempuan pemilik “kandang”nya. Karena itu, burung identik dengan kejantanan. Meski banyak pula burung yang menggambarkan feminitas serupa burung dara.
Kedua: Laku suka berbagi. Yang membedakan mental seorang ayah dengan seorang lelaki yang belum ayah, mungkin kemampuan berbagi. Seorang ayah jelas punya kecenderungan suka berbagi, dibanding mereka yang belum tersemat kata “ayah” dipundaknya.
Nabs, saat kau dipanggil “ayah” — terlepas itu anakmu sendiri atau bukan — pasti ada yang istimewa dalam dirimu. Setidaknya kau memiliki kecenderungan suka berbagi. Entah hanya berbagi makanan atau berbagi pengalaman hidup.
Coba ingat-ingat, saat pertamakali kau mengucap kata ayah atau bapak atau abah atau aby, otak masa kecilmu pasti merasakan jika dia yang kau panggil itu adalah sosok yang bisa melindungi, bisa menghibur dan suka berbagi.
Buat kamu yang belum menjadi ayah, belajarlah suka berbagi. Dan buat kamu yang sudah menjadi ayah, pertajam bakatmu dalam hal berbagi. Sebab tak sembarang orang punya kesempatan dipanggil namanya dengan sebutan “ayah”.
Selamat Hari Ayah Nasional bagi para ayah dan calon ayah di seluruh alam semesta.