Menulis saat malam hari, jadi kiat beberapa orang untuk menulis. Terlebih, dalam keadaan bersedih. Benarkah itu berkhasiat?
Menulis merupakan pengganti ketika bosan menceritakan sesuatu yang sama secara berulang-ulang. Karena itu, Siti Femi Listiana lebih sering mengutarakan kalimat ke dalam bentuk tulisan.
Apalagi semenjak masih duduk di Sekolah Dasar. Femi, sapaan akrabnya, suka mencorat-coret bagian belakang buku. Namun, dalam kebiasaanya itu ia juga belajar membuat puisi.
Di tengah kesibuknya sebagai Ketua Kopri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Sunan Giri, Femi menemukan keindahan menulis. Karena menulis merupakan kebebasan menuangkan pemikiran. Hingga kini, ia telah menerbitkan 2 karya seperti buku berjudul Nalika dan Telulikur.
Selain itu, dia juga ikut menerbitkan 6 buku antologi atau karya bersama. Di antaranya Sang Juara, Rhoma, Menembus Cakrawala, Suara Perempuan, Semangat mengalahkan segalanya, Aku, Tuhan dan pendidikan, menulis seakan menjadi rutinitas bagi Femi. Terlihat dari 8 karya yang berhasil ia suguhkan.
‘’Sebelumnya sempat tidak percaya, nama saya akan tertulis di sebuah buku,’’ katanya
Keberaniannya untuk bisa menulis juga bermula dari hobi membaca buku. Ada satu buku yang membuat Femi terinspirasi dan jatuh cinta. Karena buku itu mampu memotivasinya untuk bisa menulis. Yakni penulis novel Khilma Anis bukunya berjudul Hati Suhita.
Mahasiswi IAI Sunan Giri Bojonegoro itu, ketika awal masuk kuliah untuk menambah kemampuannya menulis ia mengikuti berbagai komunitas. Di antaranya Komunitas Sang Jura (KSJ), yang memiliki program untuk menerbitkan antologi buku.
‘’Ya, dari komunitas itulah buku perdana saya terbit,’’ kata perempuan 23 tahun itu.
Selain itu, dia juga mengikuti sekolah menulis online (SMO), dan terbitlah buku antologi kedua yang berjudul Rhoma. Semenjak itu, Femi mulai semangat untuk menulis. Meskipun belum bisa Istiqomah seperti penulis pada umumnya.
Perempuan asal Desa Kenongosari, Kecamatan Soko, Kabupaten Tuban itu, berusaha untuk meningkatkan minat bacanya. Karena dengan membaca, selain mendapat pengetahuan juga bisa memeperbanyak diksi.
‘’Saya lebih suka membaca buku motivasi, novel, dan cerpen,’’ ucapnya.
Dia mengatakatan, lebih sering menulis ketika dalam keadaan sedih. Karena, lebih bisa memperdalam kalimat dan mudah merangkai kata-kata. Sehingga, dalam keadaan sedih lebih lancar dalam menulis.
‘’Kalau mau fokus dalam menulis, harus dalam keadaan hening misalnya malam hari,’’ kata mahasiswi Fakultas Tarbiyah itu.