Semoga kebaikan yang kamu lakukan serta apapun itu bukan semata karena calonmu. Tapi memang atas kesadaran sendiri dan kamu butuh itu.
Membicarakan soal pantas tidaknya kita untuk calon jodoh kita tidak akan selesai tentunya, apalagi berusaha memantas-mantaskan diri dengan standar orang lain.
Agak berisik rasanya, ketika tiap kali scroll medsos, update konten yang muncul dan bisa disebut banyak, selalu dengan gaungan narasi memantaskan diri agar jodohnya juga baik.
Rasanya narasi semacam itu memang kurang tapat kalo bagi saya. Bagaimana tidak, memantaskan diri untuk pasangan kan ya terdengar aneh. Apalagi motifnya supaya dilamar.
Parahnya untuk mendapatkan pasangan yang shuoolehh/ah, baik, tampan dan rajin sholat. Awww. Pangeran, bidadari surga apa yak.
Memantaskan diri paling dekat dan tepat ya untuk diri-sendiri, bukan untuk siapa-siapa, apalagi untuk menarik pasangan agar dapat umpan pasangan baik pula.
Kadang seringnya cemas, takut pasangan pergi dan meninggalkan sebab ada satu titik keburukan dalam diri seseorang, kita sering mengklaim bahwa memang ia tidak pantas untuk bersanding dengan kita.
Bukan kita yang tidak pantas tetapi dia yang belum mampu menerima dengan baik, bahwa manusia adalah serangkaian kebaikan dan keburukan. Dimana setiap orang pasti memilikinya, musthil tidak.
Sedari awal memantaskan diri untuk pasangan itu sudah keliru. Seakan-akan memang dia adalah pasangan yang baik dan kita wajib memantaskan diri untuknya.
Enggak begitu, berusaha baik dan melakukan kebaikan itu ya normalnya karena memang kita sadar dan itu adalah kebutuhan kita untuk diri sendiri.
Kita sekolah dari TK sampai Kuliah, menempuh pendidikan kalo niat dari awal memantaskan diri untuk pasangan, secara tidak langsung kita terberdaya untuk dia. Kan lucu sekali.
Pasangan pergi sebab satu keburukan kita, itu juga ga lucu. Kalau memang niat sedari awal begitu, udah nga usah susah-susah untuk langsung menolaknya.
Bukan kita kok yang tidak pantas. Tapi memang dia belum mampu menerima. Semangat yaa korban putusers tanpa kejelasan. Hehe
Yang pergi biarkan pergi, gausah digandoli. Kasihan kamu ngoyo dan kemeringet, sudah keringetan letoy. Wahh energi terkuras banget untuk orang semacam itu. Ada saatnya menggunakan hati, ada saatnya mengunakan logika.
KH. Husein Muhammad mengatakan, bangsa yang tidak berpikir atau menolak menggunakan akal akan menjadi bangsa konsumen, tersubordinasi dan terbelakang.
Disinilah kita harus menggunakan akal bukan perasaan. Biar tidak tersakiti dan merasa sendiri. Pasangan pergi karena masalah seperti “Kamu kalau bales chat lama dan makin hari makin malesin” itu juga bukan komedi banget.
Loskann saja, Nabs. Napassss…
Legakan hatimu ya biar kamu tetap waras dan tidak terpuruk.
Tidak selamanya wanita itu menggunakan hati, tidak selamanya juga laki-laki menggunakan logika. Mereka adalah manusia, sama-sama sebagai mahluk. Memiliki akal dan intelektualitas. Keduanya sama-sama dan berpotensi menggunakan keduanya, baik hati maupun logika.
Siapapun kamu, termasuk calon jodohku, semoga kebaikan yang kamu lakukan serta apapun itu bukan semata karena aku atau calonmu yang lain, tetapi memang atas kesadaranmu sendiri dan kamu butuh itu.
Sebab saya sadar, apa yang dilakukan karena orang lain tidak selamanya bertahan lama dan tak selamanya selalu akan baik-baik saja.
Untuk itu memilih melakukan sesuatu atas kesadaran diri sendiri adalah hal yang baik dan pas. Tidak mengikuti dan menggunakan kehendak orang lain, apalagi sebab diintervensi.