Momentum tidak bisa kita hadirkan, tetapi kesiapan diri dapat kita perjuangkan untuk menjemput momentum saat hadir.
Pelatih Juventus, Massimiliano Allegri, menjagokan Inter Milan sebagai peraih Scudetto Liga Seri A Italia Musim 2021-2022. Allegri menilai, Inter Milan memiliki laga sisa yang lebih mudah dibandingkan pesaingnya AC Milan.
Lebih dari itu, kemenangan Inter Milan satu gol tanpa balas atas Juventus akan menaikkan mental, percaya diri, dan energi. Inter Milan sedang dalam tren bagus menuju akhir musim.
Kemenangan di Semi Final Coppa Italia yang diraih Inter Milan atas AC Milan tentu menjadi booster semangat dan energi yang berlipat-lipat. Momentum yang bagus sedang menaungi klub dari kota Milan dengan motif jersey biru-hitam ini. Momentum yang bagus untuk bertarung di Final Coppa Italia dan perburuan Scudetto.
Sebaliknya, kekalahan AC Milan dari rival sekota dalam laga Semi Final Coppa Italia dikhawatirkan akan memengaruhi mental para pemainnya. Terlebih menghadapi laga lima laga krusial di akhir musim. Namun, gol Sandro Tonali di menit akhir babak kedua saat meraih kemenangan 1-2 atas Lazio, seolah mengatakan hal lain.
AC Milan berhasil mengembalikan momentumnya. Kekhawatiran akan anjloknya performa tidak terbukti. AC Milan melawan Lazio layaknya singa dan bermain menekan dengan penuh energi dan tenaga sampai akhir laga. Mental, semangat, energi yang tepat setelah kalah di laga sebelumnya.
Keputusan mnajemen mempertahankan Zlatan kayaknya tepat. Zlatan pemain dengan gaji tertinggi di skuat muda AC Milan. Usia yang sudah 40 tahun dan cedera memaksa Zlatan tidak bisa bermain di setiap laga.
Tetapi mentalitas, kepemimpinan Zlatan amat penting di skuat AC Milan. Mental yang tangguh menjadi jalan pembuka momentum meraih gelar juara.
Selama bulan Ramadan ini aku bisa tetap bisa melakukan olahraga jogging. Tentu dengan intensitas dan jarak yang lebih pendek dibandingkan hari-hari ketika tidak sedang berpuasa. Setidaknya selama puasa masih bisa jogging 3-4 km sehari.
Terkesan memaksa? Aku pikir tidak, karena aku hanya meneruskan momentum. Semampunya. Kalau tidak dijaga momentumnya, nanti setelah puasa terus muncul malasnya akan susah lagi memulai dari awal. Maka menjaga momentum harus diupayakan meski dengan hasil lebih minimal.
Tentu saja, momentum tidak hadir begitu saja. Momentum merupakan buah dari konsistensi dan mentalitas diri. Konsisten dan presisten tidak hadir tiba-tiba, melainkan membutuhkan proses dan upaya tahap demi tahap. Proses yang bertahap itu akan mudah patah jika mentalitas dan motivasi awal tidak tepat.
Membangun konsistensi atas apapun, perlu diupayakan dengan benar. Perlahan, bertahap, dan terpenting, sesuai kemampuan. Sehingga grafik konsistensi itu dari sedikit pelan-pelan naik. Dari semula kecil perlahan-lahan besar. Semula lambat kemudian pelan-pelan menjadi cepat. Rumusnya: Pelan, bertahap, dan sesuaikan kemampuan.
Momentum bersaing di jalur juara yang dimiliki AC Milan dan Inter Milan lahir dari upaya membangun konsistensi permainan sejak awal musim. Kombinasi konsistensi permainan dengan mental tangguh hingga peluit akhir melahirkan momentum.
Begitupun dengan aktivitas jogging yang kujalani. Bisa konsisten meskinsedang puasa adalah hasil konsistensi menjalani aktivitas ini berbukan-bulan sejak sebelum puasa. Tidak ujug-ujug.
Apa itu momentum? Ilmu Fisika menjelaskan momentum sebagai ukuran kesulitan untuk memberhentikan benda yang sedang bergerak. Besar kecilnya momentum dipengaruni oleh besarnya massa dan kecepatan. Semakin besar massa dan/atau kecepatan, maka semakin besar momentum.
Semakin besar massa (dan energi) benda yang bergerak akan lebih sulit menghentikannya. Begitu pula, semakin besar kecepatan benda yang sedang bergerak, akan semakin membutuhkan energi untuk menghentikan benda tersebut.
Momentum yang sedang bagus sebagai buah konsistensi harus dijaga untuk tetap bisa kompetitif. Momentum puncak harus diupayakan agar tidak mengecil. Caranya dengan menambah massa (dan energi) serta meningkatkan kecepatan perlahan. Tentu, sesuai dengan krmampuan.
Menjelang akhir Ramadan, sesunghuhnya kita sedang mempertaruhkan momentum. Jika sejak awal puasa hingga hari ini, kita berhasil membangun dan menjaga konsistensi dengan amal-amal kebaikan, selayaknya akhir Ramadan adalah momentum puncak untuk terus kompetitif, tidak kendor, dan persisten.
Konsistensi amal-amal ibadah yang dibiasakan sejak awal Ramadan, seharusnya mencapai puncaknya di ujung Ramadan. Namun, seringkali, di akhir Ramadan ujian konsistensi ini menjadi momok untuk menjaga momentum akhir Ramadan. Energi seolah-olah menipis dan kecepatan mengalami perlambatan.
Jika demikian keadaannya, maka tidak ada cara lain selain memaksa batas diri untuk memulihkan energi dan meningkatakn kecepatan. Fokus untuk mencapai puncak adalah syarat mutlaknya. Ciptakan kondisi seolah-olah there is no point return. Last dance.
Momentum tidak bisa kita hadirkan, tetapi kesiapan diri dapat kita perjuangkan untuk menjemput momentum saat hadir. Niat dan konsistensi adalah prasyarat awalnya.