Jika hatimu berantakan, maka banyak solusi yang bisa engkau hadirkan. Namun, jika barang-barangmu berantakan, maka Kusem jadi pilihan.
Bidang ekonomi seperti soko guru perekonomian nasional (koperasi), UMKM, dan lain sebagainya, seyogianya mendapat perhatian penting dari pemerintah.
Hal tersebut memberi efek yang luar biasa, apabila pemerintah mampu memberdayakan plus mengembangkan kewirausahaan sebagai upaya menciptakan iklim perekonomian yang mantap dan tidak hanya berkutat pada eksplorasi sumber daya alam yang biasanya tidak mengindahkan etika lingkungan.
Perekonomian juga mempengaruhi dinamika politik suatu negara. Perekonomiannya mantap memberikan impact positif dalam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sedangkan apabila perekonomian plus dunia politik dimiliki oleh segelintir orang (oligarki yang bengis), biasanya korupsi marak terjadi. Dengan pemerintah lebih memberdayakan plus mengembangkan wirausaha, maka hal itu bisa melemahkan pengaruh bahkan membrangus oligarki kapital yang bengis. Hal tersebut sebagai upaya untuk menciptakan iklim demokrasi yang lebih baik.
Apalagi di Bojonegoro, yang konon sebagai lumbung pangan dan energi. Mengingat keberadaan sumber daya alam (minyak) di Bojonegoro bisa habis, seyogianya mulai mengurangi kebergantungan pada sektor itu. Melainkan mencoba untuk lebih fokus pengembangan pada sektor wirausaha (pemuda).
Beberapa waktu yang lalu, saya bertemu dengan salah seorang pemuda yang sedang menekuni dunia wirausaha. Pemuda itu merupakan owner Kusem. Banyak ilmu dan pangetahuan yang saya peroleh setelah bicang-bincang dengan owner gudangnya perabotan kayu murah/Kusem itu.
Bagus Novianto alias Noto merupakan salah satu di antara beberapa mahasiswa perguruan tinggi negeri di Malang yang berasal dari Bojonegoro. Di tengah menjalani rutinitas sebagai mahasiswa tingkat akhir, ia menyempatkan waktu untuk mengelola Kusem.
Sebuah kesenangan ketika beberapa waktu yang lalu saya bisa menemui Noto di rumahnya. Pertemuan kali ini, bukan untuk ngopi di warkop, patroli, kopdar, apalagi pergi ke tempat bimbingan belajar (bimbel), wqwqwq. Namun di masa new normal kali ini, mencoba untuk ngobrol tentang Kusem. Mengingat berada di masa new normal, ketika larut malam jatuh, palang pintu di bagian depan gang rumah Noto juga ikut jatuh. Palang pintu baru bangun ketika kokok ayam terdengar.
Sebagai anggota Jam’iyyah Ahliht Thariqah Al Insomniah wa Jurnabiyah, pertemuan hingga larut malam merupakan suatu kesakralan dan kesenangan tersendiri. Sedangkan menghadiri pertemuan di pagi hari, membutuhkan laku tirakat yang tidak hanya sekedar melangkahkan kaki. Maka dari itu, kita memilih pertemuan yang moderat atau tengah-tengah atau terkesan kurang idealis yakni mengadakan pertemuan di sekitar pertengahan hari.
Pertemuan itu terjadi di siang menjelang sore hingga menjelang azan maghrib berkumandang. Sebelumnya, saya telah memastikan terlebih dahulu. Apakah Noto sedang sibuk atau tidak. Setelah konfirmasi, kemudian saya bergegas ke rumahnya. Mengingat saban orang memiliki kesibukan masing-masing, maka dari itu terjadinya sebuah pertemuan merupakan salah satu nikmat Tuhan yang seyogianya kita syukuri.
Sampai di depan rumah, terlihat Noto sedang menyapu halaman. Disaksikan oleh burung-burung yang berkicau riang, pohon palem, mangga, dan sebagainya. Laki-laki yang mengenakan kaos putih dan celana pendek itu langsung mengajak saya pinarak ke rumahnya.
Obrolan mengalir begitu saja. Bertanya kabar, membahas hal-hal yang receh dan aneh, ngansu kaweruh tentang kewirausahaan, hingga ngobrol tentang masa depan yang absurd, wqwqwq. Seperti orang hebat yang lain, Noto terkesan santuy dan sederhana. Ketika melihat Noto mengingatkanku pada sosok Bob Sadino.
Laki-laki yang lahir di bulan November itu, bercerita dengan bahasa yang bermajas (aneh, unik, dan nyeleneh). Namun saya akui, saya banyak belajar bahasa yang bermajas darinya. Tak jarang apa yang keluar dari mulut Noto, mengundang degup kebahagiaan.
Di tengah kesibukannya menjadi mahasiswa tingkat akhir. Juventini dari Bojonegoro itu mengisi kesibukan juga dengan mengelola Kusem.
Apa yang terbesit dalam fikiranmu ketika mendengar kata “Kusem”, Nabs? Pertama kali yang terbesit dari fikiran saya ialah tentang suatu objek yang mengandung dialek Bojonegoro yang identik dengan akhiran kata “em”. Namun Noto menjelaskan bahwa kusem merupakan akronim dari kayu sembarang.
Untuk menambah kemantapan hatimu bahwa Kusem merupkan akronim dari kayu sembarang yang menjelma sebagai gudangnya perabotan kayu murah, coba lantunkan kalimat “Kusem, gudangnya perabotan kayu murah” tiga kali sambil pejamkan mata. Yuk, “Kusem, gudangnya perabotan kayu murah”, “Kusem, gudangnya perabotan kayu murah”, sekali lagi, “Kusem, gudangnya perabotan kayu murah”. Oke, matur sembah nuwun.
Di Kusem, kalian bisa mencari beragam produk dari sembarang jenis kayu. Salah satu di antaranya rak serbaguna yang terbuat dari hardboard particle. Dan tentunya masih banyak lagi produk dari Kusem.
Noto memberikan gambaran bahwa merek itu tidak hanya sekedar merek. Noto melakukan perenungan terlebih dahulu sebelum mendeklarasikan “Kusem” sebagai jalannya untuk berwirausaha. Sebelumnya ia juga telah mencoba beragam usaha seperti; kaos sablon, barang bekas, dan lain-lain. Kesantaian dan keistiqomahan plus semangat pantang menyerahnya dalam berwirausaha, melahirkan “Kusem”. Hal itu patut diacungi jempol.
Ia mencoba untuk membangun lagi usahanya ketika berada di kota yang terkenal dengan bahasa walikan yakni Ngalam/Malang.
Benih-benih entrepreneur pada diri Noto terlihat sejak duduk di bangku Madrasah Aliyah (MA). Dan pada tahun 2019 ia mencoba untuk lebih fokus dan mengembangkan usahanya. Ia menggunakan sosial media seperti instagram, facebook, dan whatsapp untuk memasarkan produknya. Kemudian ketika pandemi hadir di bumi, Noto untuk sementara waktu pulang ke kampung halaman dan tetap menjalankan usahanya di Bojonegoro.
Noto juga menjelaskan, sebelum memasarkan produknya, tak lupa ia melakukan riset di bidang marketing. Dia juga mencoba untuk memahami konsumen. Bahkan hingga sisi psikologis konsumen pun ia tahu betul. Hal itu selaras dengan apa yang pernah ia pelajari di bangku kuliah tentang manajemen, psikologi, dan pendidikan.
Noto menjelaskannya dengan bahasa yang santuy dan sederhana. Sesekali guyonan menjadi penghidup obrolan.
Produk dari Kusem yang dinahkodai oleh Noto memiliki karakteristik, murah plus berkualitas, terbuat dari kayu pilihan dan tentu barang baru. Hal itu bisa dilihat dari testimoni konsumen.
Dan juga barang bisa diantar sesuai dengan lokasi yang diinginkan konsumen. Jika Nabsky penasaran, sila kunjungi akun istagram Kusem di @kayusembarang.id. Banyak informasi yang akan Nabsky peroleh tentang segala sesutau yang berkaitan dengan Kusem.
Itulah, Nabs. Sekilas tentang Noto yang merupakan sosok di balik Kusem. Walau usahanya baru seumur jagung, namun banyak ibrah yang bisa kita petik darinya, salah satu di antaranya semangat pantang menyerah dalam berwirausaha dan keberaniannya dalam mencoba hal-hal baru. Hal tersebut patut diacungi jempol dan salam tiga jari “metal”.