Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Fiksi Akhir Pekan

Mata Tomo dan Beragam Makna Keadilan

Pamuji Utomo by Pamuji Utomo
January 31, 2021
in Fiksi Akhir Pekan
Mata Tomo dan Beragam Makna Keadilan
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Keadilan bergerak secara unik. Semua dilihat dari sudut pandang Mata Tomo. Mata seorang Utomo. 

Di tempat ini, televisi tertempel pada dinding tembok. Sengaja ditaruh di sana agar bisa adil dan semua bisa menontonya. Mungkin Tuhan mentakdirkan diciptakannya tv agar semua bisa menonton lalu terhibur dan tak bersedih.

Saya duduk di pojok warung Giras 21, ditemani secangkir kopi hitam yang rasanya seperti malam purnama hari ke-30, pekat. Tapi tetap terasa setengah nikmat.

Jika manusia diturunkan ke dunia untuk menjadi pemimpin di bumi, karakter seperti apa yang mengkorelasikan hubungan mereka dengan sila kedua?

Ya, keadilan.

Tiga cangkir kopi hitam yang seperti purnama ketiga puluh, dan 3 jam waktu istirahat yang terkuras habis terpakai untuk pertanyaan yang saya buat sendiri, adalah gambaran keadilan saat ini.

Begitulah, manusia selalu memikirkan masalah yang dibuatnya sendiri dan bersusah payah mencari jawaban dari pertanyaannya sendiri. Seperti saya.

Sorot mataku nanar ketika ada segerombol musisi jalanan lengkap dengan alat musik khas dia sendiri, menyayikan lagu berjudul ” Wakil Rakyat” serasa menembus dada.

Mataku tertutup badanku melemas dan telinga mendengar  “keadilan kita berbeda rasa.”  Mata yang tertutup sontak melek dan badan terasa kaget.

Sementara si vokalis masih mengulanginya lagi dan lagi dan sambil membaca sebuah tulisan di kertas yang kelihatanya sebelumnya sudah dipersiapkan.

keadilan kita berbeda rasa
adil bagi kami adalah kebersamaan memutar cangkir kopi

keadilan kita berbeda makna
adil menurut kami adalah bersama melawan sepi

adil menurut kami adalah bersama merasakan pahitnya kopi.

seandainya kami menjadi kalian
kami tetap merasakan kopi pahit
tanpa memutar cangkir
tapi kami minum bersama

seandainya kalian menjadi kami
kalian tetap meminum kopi pahit
tanpa memutar cangkir
dengan rasa sendiri dan sepi

Lagipula sejak awal sudah kubilang, “keadilan kita berbeda rasa”. Jadi tenanglah di atas sana. Sampai kami selesai membuat tangga, guna membagikan kopi untuk kalian.

Sang gitaris nampak memetik senar gitar terakhir, itu tandanya lagu “wakil rakyat” sudah selesai.

Saya pun memberi senyum pada musisi jalanan yang ada di sebrang warkop Giras 21, dan saya pun kembali menoleh pada tv yang menempel pada dinding. Sembari merenungi makna keadilan.

 

Tags: Fiksi Akhir Pekan

BERITA MENARIK LAINNYA

Panggil Saja Aku, Jum
Fiksi Akhir Pekan

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 
Fiksi Akhir Pekan

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021
Perempuan 23 Januari dan Ingatan yang Terus Menghantui 
Fiksi Akhir Pekan

Perempuan 23 Januari dan Ingatan yang Terus Menghantui 

January 23, 2021

REKOMENDASI

Irsyadusy Syubban, Sekolah Tahfiz yang Fokus pada Sifat-sifat Huruf dan Kefasihan

Irsyadusy Syubban, Sekolah Tahfiz yang Fokus pada Sifat-sifat Huruf dan Kefasihan

March 5, 2021
Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958

Melihat Kondisi Pertanian Bojonegoro pada 1958

March 4, 2021
Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati

Menggarami Lautan Pakai Air Mata, Sebuah Nostalgia Patah Hati

March 3, 2021
Panggil Saja Aku, Jum

Panggil Saja Aku, Jum

March 2, 2021
Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

Menerawang Khasiat Bunga Telang: Si Serbaguna dari Bumi Anglingdharma

March 1, 2021
Sarapan penuh Kehangatan 

Sarapan penuh Kehangatan 

February 28, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved