Menurut seorang emotional healer bernama Adjie Santosoputro, alasan patah hati susah pulih ialah diri sendiri. Pikiran yang amburadul sebab dari malasnya berpikir. Terutama untuk menyeimbangkan logika dan perasaan.
Pikiran seseorang mulai berantakan saat sedang patah hati. Sedangkan hati harus segera dipulihkan. Padahal, terdapat konsep “Aku berpikir maka aku ada”. Konsep seorang filsuf Prancis bernama Descartes.
Lalu, bagaimana jika sedang merasakan patah hati? Susah berpikir dan isi kepala hampa. Apakah seketika seseorang itu tidak ada?
Patah hati membuat pikiran semburat tak jelas. Semua di dominasi perasaan yang menyakitkan, menyesakkan. Apalagi patah hati akibat ditinggal pas lagi sarang hae-sarang hae yo. Ditambah ada indikasi orang ketiga. Penderitaan batin yang begitu purna.
Memulihkan patah hati itu susah-susah-gampang. Iya, banyak susahnya daripada gampangnya. Bukan gampang-gampang-susah. Gampang menemukan caranya, tapi susah untuk melakukannya.
Untuk berpikir saja, susahnya minta ampun. Padahal, berpikir adalah hal paling mendasar bagi diri sendiri. Dengan berpikir, jawaban akan ditemukan. Berpikir adalah proses untuk menemukan diri sendiri.
Menurut seorang emotional healer bernama Adjie Santosoputro, alasan patah hati susah pulih ialah diri sendiri. Pikiran yang amburadul sebab dari malasnya berpikir. Terutama untuk menyeimbangkan logika dan perasaan.
“Yang bikin patah hati tak kunjung pulih adalah diri sendiri. Salah satunya karena kita enggan menyeimbangkan keinginan-kemampuan, harapan-kenyataan,” tulis Adjie melalui akun twitternya @AdjieSanPutro (18/3).
Keduanya harus dipikirkan secara seimbang. Namun, susah untuk fokus. Namanya juga pikiran sedang kacau. Perasaan sesak dan njarem terus mendominasi. Padahal, itu harus dilawan dengan pikiran yang jernih.
Dengan berpikir jernih, banyak hal yang mampu disadari. Itulah intinya. Memulihkan hati harus berpikir dengan penuh kesadaran. Bukan terombang-ambing perasaan dan penyesalan.
“Semua yang diperlukan untuk memulihkan hati udah ada di dalam diri. Kita hanya perlu menyadari,” lanjutnya.
Memulihkan hati yang patah harus dilakukan sendiri. Obatnya ada di dalam diri. Kamu tinggal mencari dan berpikir jernih untuk menemukan. Bukannya malah menenggak minuman memabukkan. Ingat, kamu harus sadar!
Memang itu susah untuk berjalan mulus. Kendalanya adalah kesadaran diri yang didominasi perasaan. Malah sering sekali setiap langkah diambil tanpa sadar. Termasuk menikmati suasana di kegelapan dunia saat patah hati.
“Kendala terbesar buat memulihkan patah hati bisa jadi adalah tanpa sadar merasa nyaman dengan situasi patah hati itu sendiri,” tambahnya.
Padahal, patah hati harus disembuhkan. Hati harus pulih agar fungsinya kembali normal. Misalnya merasakan kebahagiaan, juga terhindar dari derita sakitnya ditinggalkan. Setiap orang berhak untuk merasa bahagia.
Sayangnya, ada oknum yang salah menempatkan diri. Kehidupan yang nampak seperti drama melankolis malah dinikmatinya. Jelas ini bukan kisah romantis. Orang seperti ini lebih terkesan masokis.
“Patah hati bikin hidup jadi lebih makin drama. Dan karena patah hati itulah dirinya dianggap ada,” pungkasnya di akhir cuitan terkait patah hati.
Kamu tidak boleh masuk ke dalam golongan orang semacam itu. Jelas sekali, secara filosofi saja sudah salah. “Aku patah hati, maka aku ada”. Filsuf mana lagi yang pernah mengajak bepikir demikian? Jangan menunggu patah hati untuk merasa ada.
Nabs, saat kamu mengalami patah hati, kamu harus segera memulihkannya. Caranya dengan berpikir jernih, berusaha menyadari apa yang kamu butuhkan. Tentu saja kamu butuh rasa nyaman menjalani hidup. Kamu harus bahagia.
Jangan lama terlarut dalam kesedihan dan rasa sakit. Kamu harus melanjutkan hidup dengan bahagia. Ada banyak orang yang menunggu untuk bahagia bersama kamu. Saat ini atau di masa yang akan datang.