Meski receh dan sederhana, pasti punya makna filosofis, asal mau mencarinya.
Acara Jurnalisme Sastrawi dihelat di Cafe Sematta pada Sabtu (19/20) senja menjelang temaram itu cukup meriah. Sebab, selain dihadiri banyak peserta, juga membahas artikel populer secara asik dan sederhana.
Para peserta yang hadir tak hanya dari universitas dalam kota. Tapi beberapa universitas dari luar daerah seperti Uinsa Surabaya dan Uniro Tuban. Mereka hadir membawa semangat belajar dengan rasa bahagia.
“Pokoknya belajar harus bahagia. Harus dalam kondisi hati yang senang”. Kata Ahmad Wahyu Rizkiawan, pemateri dari Jurnaba Institute.
Mas Rizki, sapaan akrabnya bercerita,
Jurnal berasal dari kata Acta Diurna yang sudah ada pada zaman Romawi Kuno, khususnya masa pemerintahan Julius Caesar (100-44 SM).
Acta Diurna adalah papan pengumuman atau papan informasi yang diletakkan di forum agar diketahui publik. Secara harfiyah, Acta Diurna diartikan sebagai Catatan Harian atau Catatan Publik Harian.
Acta Diurna awalnya berisi catatan proses dan keputusan hukum, lalu berkembang menjadi pengumuman kelahiran, perkawinan, hingga keputusan kerajaan atau senator dan acara pengadilan.
Acta Diurna diyakini sebagai produk jurnalistik pertama sekaligus pers, media massa, atau suratkabar/koran pertama di dunia. Istilah jurnalistik pun berasal dari Acta Diurna atau Diurna itu. Sebab, orang yang menghimpun dan menulis informasi untuk dipublikasikan di Acta Diurna disebut Diurnalis.
Dari kata diurna muncul kata du jour (Prancis) yang berarti “hari ” dan journal (Inggris) yang artinya laporan, lalu berkembang menjadi journalism atau journalistic.
Dalam bahasa Inggris, journalist artinya orang yang membuat atau menyampaikan laporan harian.
Selain menyampaikan sejarah jurnalisme dunia, Mas Rizki juga mengajak peserta untuk praktik membuat judul artikel populer. Sebab, pembuatan artikel populer harus dikuasai sebagai bentuk memahami jurnalisme masa depan (Natrativ Jurnalism).
Dalam kelas ini, kami belajar menarasikan artikel populer secara sederhana. Mengambil tema dari yang receh sekali. Tujuannya, agar mudah dipahami.
Terbukti. Judul buatan para peserta sangat menarik sekali. Meski terkesan receh dan biasa-biasa saja, namun punya makna falsafi yang mendalam, asal mau mencarinya.
Beberapa judul misalnya; 5 Cara Mendekati Calon Mertua, 4 Cara Mendekati Si Dia yang Dingin, 3 Cara Minum Kopi Pahit tapi Tak Terasa Pahit, hingga 3 Cara Saat Diputus Kekasih tapi Tetap Baik-baik Saja.
Tentu saja itu judul-judul iseng yang amat receh. Namun begitu, setidaknya sudah mampu membuat para peserta semangat dalam belajar. Bahakan, seperti diucap Mas Rizki, belajar harus diawali dari sesuatu yang sederhana dulu.
” Sesuatu yang receh dan sederhana, pasti punya makna filosofis, asal mau mencarinya”. Pesan Mas Rizki.