Sangat menyenangkan bisa menghamburkan uang. Belanja di toko, beli ini dan itu. Layaknya seorang raja, mau apa langsung bayar dan bungkus.
Tapi, pola hidup konsumtif itu tidak baik. Tanpa sadar, aktivitas konsumtif juga berdampak pada lingkungan. Kok bisa? Lha iya to. Bungkusnya itu lho kantong plastik, Nabs.
Tahu kan kalo plastik nggak baik untuk lingkungan? Butuh waktu ribuan tahun untuk mengurai plastik ke dalam tanah. Bagaimana kalau plastik menumpuk di sungai dan laut? Pastinya makin parah.
Dampak penumpukan sampah plastik cukup besar. Awal tahun 2020 menyisakan kenangan pilu. Kala itu, banjir besar terjadi di beberapa daerah. Bahkan, yang paling parah terjadi di ibu kota, Jakarta.
Ini menjadi bahan evaluasi besar. Khususnya bagi pemerintah.
Apa yang salah dengan lingkungan ini?
Sampah plastik menjadi sorotan para pegiat lingkungan. Tak cuma tingkat lokal, bahkan internasional. Gundukan narasi dikampanyekan untuk menjaga alam. Termasuk pengurangan penggunaan plastik. Kalau bisa, tidak menggunakannya.
Ancaman laten sampah plastik bukanlah main-main. Nyata adanya. Hanya saja, penggunaannya yang cukup praktis menjadi pilihan. Namun, kesadaran perlahan bangkit. Ancaman tersebut mulai diantisipasi.
Pemerintah DKI Jakarta, baru-baru ini mulai mengeluarkan aturan baru. Aturan terkait penggunaan kantong plastik sekali guna. Mulai dari pasar tradisional hingga pusat perbelanjaan seperti swalayan dan mall.
Aturan ini akan berlaku mulai 1 Juli 2020. Sosialisasi sudah dimulai dan dilakukan selama satu semester ini. Masyarakat umum dan pelaku usaha adalah targetnya. Diharapkan, seluruh pihak dapat teredukasi. Baik terkait aturan tersebut maupun kesadaran terhadap kelestarian alam.
“Per 1 Juli 2020. Dalam aturannya sudah disampaikan apa yang bisa dan wajib dilakukan. Harapannya aturan ini bisa mengurangi jumlah sampah plastik,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Andono Warih dikutip dari Tempo (7/1/2020).
Sebelumnya, sejumlah daerah di Indonesia sudah menerapkan aturan ini. Misalnya Denpasar, Bogor, Banjarmasin dan Balikpapan. Kesadaran ini harus ditularkan kepada daerah lain. Khususnya yang mengalami kerusakan alam dan rawan bencana.
Pengerusakan alam tentunya harus dihentikan. Jangan menunggu parah dan terjadi bencana. Alam yang indah harus tetap dijaga. Seperti keindahan sepasang kekasih yang perlu saling menjaga. Jangan nunggu putus baru menyesal. Haish!
Lalu, bagaimana dengan daerah lainnya? Kalau sudah sadar bahaya ini, masyarakat harus segera bergerak. Mulai kurangi penggunaan kantong plastik. Tidak perlu menunggu pemerintah. Cukup hati nurani yang memerintahkan.
Ada alternatif pengganti kantong plastik sekali pakai. Kamu bisa menggunakan tas kain. Ada banyak jenis dan ukuran. Tas atau kantong kain cukup praktis dan mudah dilipat. Sehingga membawanya akan sangat gampang.
Selain itu, tas kain bisa dicuci. Kamu bisa menggunakannya berkali-kali. Dengan motif keren juga bisa meningkatkan gayamu. Misalnya goodie bag ala anak indie.
Pergi ke pasar atau ke konser akan tetap cocok. Kantong kain mengesankan kamu sebagai pemerhati lingkungan. Tentu saja lawan jenis juga akan perhatian ke kamu. Jadi, tunggu apa lagi? Siap mengurangi penggunaan kantong plastik? Harus siap dong, Nabs.