Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Kultura

Menikmati ‘Bali’ di Teluk Jakarta

Ahmad Syalabi by Ahmad Syalabi
November 8, 2019
in Kultura
Menikmati ‘Bali’ di Teluk Jakarta
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Imbas pariwisata jangan sampai membikin ‘Orang Pulo’ hanya menjadi penonton. 

Desir angin menerpa pelan di Pulau Tidung. Sore itu, pantai di sekitar Jembatan Cinta amat tenang. Derai tawa belasan bocah yang tengah berenang mewarnai pulau yang menjadi salah satu gugusan Kepulauan Seribu.

Beberapa turis terlihat bercengkerama di bibir jembatan. Mereka menyaksikan indahnya laut lepas di Teluk Jakarta. Kami sekeluarga menikmati liburan yang menyenangkan di pulau itu.

Berangkat sejak Subuh ke Dermaga Kaliadem di Jakarta Utara, kami langsung mencari Kapal Kerapu. Selain lebih nyaman, Kerapu lebih cepat sampai ke Tidung. Waktunya hanya berkisar 1,5 jam.

Kapal-kapal tujuan Kepulauan Seribu tidak hanya bersandar di dermaga yang ada di Muara Angke. Wisatawan bisa mencari kapal di Dermaga Marina yang terletak di Kawasan Taman Impian Jaya Ancol dan Muara Kamal di Penjaringan, Jakarta.

Sejauh ini, kapal-kapal di Dermaga Marina memang paling representatif. Bagi pengunjung yang menginginkan kenyamanan dan kecepatan, maka menyeberang melalui Marina menjadi pilihan — meski terbilang mahal.

Dermaga-dermaga ini akan padat pada waktu akhir pekan, terutama musim liburan. Kepulauan Seribu — termasuk Tidung — menjadi daya tarik baru tidak hanya bagi warga Jabodetabek, tetapi juga turis mancanegara.

Melonjaknya harga tiket pesawat pada pertengahan tahun ini, membuat satu-satunya kabupaten administratif di ibu kota tersebut dilirik wisatawan. Terlebih, pemerintah setempat pandai mengemasnya dengan ragam festival musik dan budaya.

Jurus ini pun jitu. Ribuan orang berbondong-bondong menyaksikan pesta musik di tempat tersebut pada tahun ini.

Berdasar data Suku Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Seribu, rata-rata jumlah wisatawan ke Kepulauan Seribu mencapai 800-850 ribu orang per tahun.

Nabs, jumlah ini masih kecil mengingat, berdasar survei dari lembaga yang sama, dari 30 juta warga Jabodetabek, hanya 30 persen yang mengenal Kepulauan Seribu.

Bagaimana dengan minat turis mancanegara terhadap Kepulauan Seribu? Rata-rata tingkat kunjungan turis per tahun mencapai hampir 30 ribu jiwa. Artinya, baru ada 3,75 persen wisatawan asing dari total jumlah pelancong.

Membaca Potensi Pulau Seribu

Potensi wisata di Kepulauan Seribu memang masih amat besar. Berada masih di ibu kota, akses ke Kepulauan Seribu terbilang mudah. Terlebih, letak dermaga penyedia kapal ke Kepulauan Seribu juga terbilang dekat dengan Bandara Soekarno-Hatta.

Setidaknya, ada 110 pulau yang berada di dua kecamatan yakni Kepulauan Seribu Utara dan Kepulauan Seribu Selatan. Pulau-pulau itu dibagi menjadi empat kategori; pulau wisata umum, cagar alam, pulau bersejarah dan resort.

Masing-masing kategori memiliki karakter keunikan yang berbeda. Pulau Tidung dan Pramuka misalnya, berkategori wisata umum yang amat cocok bagi keluarga. Sementara, Pulau Rambut dan Pulau Kotok yang menjadi tempat konservasi burung dan elang berstatus cagar alam.

Bagi yang tertarik menggali sejarah, bisa plesir ke Taman Arkeologi Pulau Onrust. Bagi mereka yang ingin fasilitas mewah ala hotel bintang lima, bisa berkunjung ke resort-resort di Pulau Bidadari atau Pulau Macan.

Untuk mempercantik pantai-pantai di Kepulauan Seribu, pemerintah pusat melalui program 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) mengembangkan dua pulau yakni Tidung dan Untung Jawa.

Anggaran senilai Rp 36,16 miliar digelontorkan pada 2017-2018 untuk membangun Jalan Gertak Mangrove/ Jembatan Pengantin, Taman Arsa, dan Taman Sakura di Pulau Untung Jawa.

Pembangunan di Pulau Tidung juga tidak kalah. Gazebo, Pusat Suvenir hingga fasilitas foodcourt dibangun di Pulau yang sudah terkenal dengan Jembatan Cinta ini. Sanitasi juga masuk dalam anggaran.

Pembangunan infrastruktur ini, dibarengi pagelaran seni dan budaya lewat beragam festival. Di Pulau Tidung, pagelaran berupa Eco Music Camp & Oceanik Folk Festival dan Indie Music Festival digelar tahun ini.

Nabs, kau tahu, Festival ini merupakan even bahari bertaraf internasional lho. Tidak mau kalah, Pulau Pari juga menyelenggarakan Reggae Festival. Ragam festival musik yang dekat dengan kaum urban ini menjadi magnet bagi warga Jakarta dan sekitarnya.

Ribuan orang berduyun-duyun menyeberang ke Kepulauan Seribu. Keberadaan mereka pun menghidupi industri wisata di sana — setelah anjlok akibat tsunami di Selat Sunda.

Pariwisata memang menjadi ‘gula-gula’ baru bagi warga sekitar. Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Kepulauan Seribu, Ada 2.287 warga yang bekerja di sektor hotel dan restoran.

Sementara itu, sebanyak 2.823 yang bekerja di bidang jasa-jasa. Keberadaan mereka memang dibutuhkan mengingat ada 661 unit homestay, 56 rumah makan, dan 7 hotel resort yang ada di Kepulauan Seribu.

Data ini pun — khususnya homestay — diketahui bisa membengkak karena kebijakan baru pemerintah yang tidak mewajibkan pengelola homestay untuk memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Pemerintah setempat bahkan mengungkap, ada potensi lebih dari 1.500 homestay di Kepulauan Seribu.

Kemiskinan hingga Limbah

Sayangnya, besarnya potensi wisata di Kepulauan Seribu masih belum bisa menarik ‘Orang Pulo’, sebutan warga Kepulauan Seribu, dari jurang kemiskinan.

Tingkat kemiskinan di kepulauan yang dihuni oleh 27 ribu penduduk itu mencapai 12 persen, tertinggi di Jakarta. Masih tingginya tingkat angka putus sekolah membuat banyak pengangguran yang mendongkrak angka kemiskinan.

Ironisnya, tingginya angka kemiskinan dibarengi tingginya tingkat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari enam daerah administratif di DKI Jakarta, Kepulauan Seribu menempati peringkat kedua dengan nilai Rp 338,8 juta per tahun.

Tidak hanya itu, limbah, air bersih, pengelolaan air, konektivitas antar pulau menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan. Untuk limbah saja misalnya, Kabupaten yang dipimpin Bupati Husein Murad ini belum memiliki pengelolaan limbah sampah yang memadai.

Sampah di pulau masih diangkut ke Bantar Gebang. Sampah-sampah yang tercecer pun masih bisa disaksikan dengan kasat mata. Di Tidung saja misalnya, masih banyak limbah plastik yang terdampar di pinggir jalan.

Jika musim barat atau penghujan tiba, total volume sampah di Kepulauan Seribu akan naik hingga 40 ton per hari. Mirisnya, sebanyak 21 ton diantaranya merupakan sampah yang terdampar dari sungai-sungai di Jakarta. Tentu saja, sampah kiriman ini ikut mengotori keindahan pulau.

Bagaimana dengan air bersih? Kecilnya ukuran pulau-pulau ini — terbesar Pulau Tidung dengan luas 1,07 km2 — membuat warga Kepulauan Seribu tak bisa leluasa menggunakan air tanah.

Selain rasanya payau, secara teknis, warga tidak bisa mengebor terus menerus untuk membuat sumur. Jika hal itu dilakukan, pulau akan amblas. Karena itu, pemerintah membangun instalasi pengolahan air laut untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga.

Konektivitas antar pulau juga menjadi masalah amat penting yang harus diselesaikan. Tidak ada kapal reguler yang menjadi penghubung antarpulau yang berpenduduk. Padahal, banyak pulau yang jaraknya berdekatan.

Mau tidak mau, wisatawan harus menyewa kapal jika ingin berkeliling pulau. Jumlah kapal dari Jakarta pun masih terbatas. Hingga saat ini, ada 43 kapal yang hilir mudik dari Jakarta-Kepulauan Seribu. Sebanyak 33 diantaranya aktif.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sedang melakukan pembaharuan transportasi lewat Trans 1000 — anak perusahaan PT Trans Jakarta. Trans 1000 akan merevitalisasi dermaga-dermaga yang ada di pulau dan menyebar kapal-kapal untuk penumpang dan barang.

Modernisasi juga akan dilakukan lewat one gate way system dengan pembayaran non tunai. Sistem ini dinilai bisa mendeteksi jumlah populasi manusia di pulau.

Investasi jadi solusi

Kepulauan Seribu bersama Kota Tua masuk ke dalam 10 destinasi pariwisata prioritas atau yang lebih akrab dikenal sebagai 10 Bali Baru.

Penetapan tersebut diperkuat lewat surat Sekretariat Kabinet Nomor B-652/Seskab/Maritim/11/2015 perihal Arahan Presiden RI mengenai Pariwisata dan Arahan Presiden pada Awal Tahun 4 Januari 2016.

Selain Kepulauan Seribu dan Kota Tua, ada Mandalika (Nusa Tenggara Barat), Morotai (Maluku Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Lesung (Banten), Tanjung Kelayang (Belitung), Kawasan Candi Borobudur (Jawa Tengah), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur) dan Danau Toba (Sumatra Utara).

Sepuluh Bali Baru diharap mampu mengejar target 25 juta wisatawan mancanegara lima tahun dari sekarang.

Untuk mempermak wajah sepuluh objek wisata itu, butuh investasi yang tidak sedikit. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengalkulasi angka investasi senilai Rp 500 triliun untuk membangun 10 Bali Baru.

Angka tersebut terbagi untuk investasi pariwisata (Rp 205 triliun) dan pembiayaan pariwisata (Rp 295 triliun). Dana untuk investasi pariwisata ditanggung oleh pemerintah (Rp 170 triliun) dan sektor swasta (Rp 35 triliun).

Sedang untuk dana pembiayaan pariwisata, nilai yang ditanggung pemerintah yakni Rp 10 triliun, sementara swasta diharapkan mampu berkontribusi Rp 285 triliun.

Sebenarnya, realisasi investasi untuk sektor pariwisata di DKI Jakarta terbilang tinggi. Pada 2018, ibu kota bahkan bertengger di posisi kedua — setelah Bali — dengan realisasi senilai 200,26 juta dolar AS atau setara Rp 2,8 triiun (kurs Rp 14.000). Kita harapkan tingginya angka tersebut ikut mampir ke Kepulauan Seribu.

Investasi ini diharap juga bisa menjawab tiga masalah utama yang disampaikan Bupati Husein Murad mengenai limbah, pengolahan air hingga konektivitas.

Meski dua masalah pertama tidak berkaitan langsung dengan pariwisata, namun limbah apalagi ketersediaan air bersih menjadi faktor penting untuk membuat wisatawan betah dan kembali lagi berkunjung ke pulau.

Tidak kalah penting, ketersediaan armada kapal yang beroperasi reguler akan sangat membantu pengunjung untuk mengeksplorasi ragam keindahan di pulau-pulau tersebut.

Tags: DKI JakartaKepulauan SeribuPotensi Wisata

BERITA MENARIK LAINNYA

Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup
Kultura

Memaknai Anime Attack on Titan sebagai Pegangan Hidup

February 10, 2021
Review Film The Call: Berdamai dengan Masa Lalu
Headline

Review Film The Call: Berdamai dengan Masa Lalu

February 7, 2021
Pentingnya Vaksin Meningitis untuk Jamaah Haji dan Umroh
Kultura

Pentingnya Vaksin Meningitis untuk Jamaah Haji dan Umroh

January 30, 2021

REKOMENDASI

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

Maklumat Kelas Literasi Jurnaba

February 24, 2021
Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga

Propaganda Bahagia ala Sekolah Guratjaga

February 23, 2021
Jalur Evakuasi dan Kemampuan Memaksa Diri Sendiri

Jalur Evakuasi dan Kemampuan Memaksa Diri Sendiri

February 23, 2021
Over Optimistis Itu Buruk

Over Optimistis Itu Buruk

February 22, 2021
Usai Sebelum Dimulai

Usai Sebelum Dimulai

February 21, 2021
Kemdikbud bersama BEM PTNU Nasional Helat Sosialisai Kampus Mengajar

Kemdikbud bersama BEM PTNU Nasional Helat Sosialisai Kampus Mengajar

February 20, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved