Pandemi Virus Corona memaksa untuk tetap di rumah. Tongkrongan sepi. Obrolan di warung kopi sejenak berhenti. Arus informasi bergeser ke media sosial. Termasuk portal berita.
Media pemberitaan menjadi sumber informasi perkembangan wabah Corona. Baik media cetak, elektronik dan daring. Termasuk juga media sosial yang selalu berisik. Konten berita terkait pandemi terus berjejal.
Parahnya lagi, ada berita yang mengabarkan ndableg-nya sebagian warga. Himbaun pemerintah dan kesadaran kolektif masyarakat tak digubris. Ini tentu mengkhawatirkan. Penularan dan penyebaran akan susah diprediksi dan dikendalikan.
Terang saja itu membuat panik masyarakat yang sadar akan kesehatan. Betapa bahaya virus Corona, tapi masih saja santai dan leha-leha. Ini akan menambah kepanikan dan ketakutan.
Ketakutan menjadi masalah baru. Tentu bagi psikologis masyarakat. Ini tidak boleh terjadi. Ketenangan dan kewarasan harus terjaga. Sehingga, perasaan khawatir tidak mengganggu aktivitas selama karantina diri.
Bagi kamu yang turut mengalami kepanikan dan ketakutan, itu harus segera disembuhkan. Caranya dengan menjaga jarak. Selain physical distancing, butuh pula sosial distancing jika mulai menjadi toxic.
Melansir tulisan pakar meditasi dalam Gede Prama Compassion, interaksi dengan pemberitaan juga perlu dibatasi. Itu jika kamu mulai merasa panik akan wabah global ini.
“Miliki keberanian untuk mengurangi secara drastis interaksi dengan berita. Tidak saja berita di media, tapi juga berita menakutkan yang diperbincangkan lingkungan sekitar,” tulis Gede Prama (26/3).
Mulai kurangi membaca berita terkait, bila mulai terganggu. Mengurangi bukan berarti berhenti. Informasi tetaplah penting. Gantilah dengan konten lain, misalnya hiburan. Buatlah pikiran menjadi tenang dan positif.
“Setelah relatif terisolasi dari berita, kemudian hadirkan energi positif dari dalam diri,” lanjutnya.
Menurut Gede Prama, menulis adalah jalan kesembuhan. Kamu bisa sekadar menulis keresahan di kertas. Bisa juga kamu tulis dengan gaya lucu dan menghibur. Hitung-hitung konten hiburan bagi jamaah media sosial.
Menghibur orang lain akan membuatmu senang. Setidaknya, kamu bisa berbagi energi positif. Kondisi tersebut layak disyukuri. Bersyukur termasuk obat dari ketakutan yang kamu rasakan.
“Obati kepanikan dan ketakutan dengan rasa syukur yang dalam. Sering-seringlah membuat daftar panjang hal-hal yang layak disyukuri,” terang Gede Prama melalui tulisannya.
Tubuh manusia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri. Terutama melalui sistem kekebalan tubuh. Sayangnya, sistem kekebalan tubuh itulah yang dirusak kepanikan dan ketakutan. Apalagi secara berlebihan.
Ibarat seperti menyapu lantai kamar. Kamu yang membersihkan, padahal kamu juga yang membawa kotoran. Sama halnya dengan mengobati penyakit dari dalam pikiran, seperti kepanikan dan ketakutan.
Sembuhkanlah rasa takut yang kamu rasakan. Hanya kamu sendiri yang bisa mengatasinya. Lakukan dengan cara menjaga jarak dari sumber ketakutan.
Ketenangan akan membuat kondisi psikologis tetap terjaga. Khususnya selama karantina yang memicu kebosanan. Selama perlawanan terhadap Corona terus diperjuangkan, selama itu pikiran harus tetap waras.