Selamat sore, Bu Bupati. Semoga ibuk selalu diberi rahmat kesehatan dan selalu dilindungi oleh Allah SWT. dalam menjalani hari-hari yang mungkin cukup melelahkan ini.
Begini, Ibu. Tadi pagi, saya membaca sebuah berita bahwa Pemerintah Kabupaten Bojonegoro bakal menyalurkan bantuan pada pedagang kantin, pedagang yang berjualan di area sekolah, dan warga kurang mampu yang tak menerima program BPNT maupun BPNT Daerah.
Jumlah anggaran yang telah disiapkan oleh pemerintah pun cukup besar. Yakni, Rp 38,648 M. Jumlah anggaran yang bisa digunakan untuk menaikkan haji lewat ONH Plus sebanyak 190 orang lebih. Itu anggaran yang cukup banyak.
Mungkin informasi itu sudah sejak kemarin sampai di telinga masyarakat, khususnya Bojonegoro. Saya sudah tahu informasi itu dari laman laman facebook, tapi baru tadi pagi saya yakin itu adalah sebuah kebenaran. Sebab ditulis oleh media online terpercaya.
Kebijakan ekonomi tersebut, sebagai langkah pemkab untuk mengurangi dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid 19. Melihat, mendengar, serta menimbang informasi tersebut, membuat hati para pelaku UMKM senang.
Selain membantu beban, kebijakan itu juga merupakan langkah Pemkab mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat. Wabilkhusus keluarga miskin, serta pedagang kantin sekolah yang sudah berminggu-minggu tak berjualan akibat Covid-19.
Kabar baik ini ditanggapi salah satu pemilik warung kenalan saya di kantin sekolah yang ada di Bojonegoro. Namanya Mbak Puji Astutik. Dia merasa senang dengan kebijakan pemerintah terkait hal ini.
“Alhamdulillah ya, Mbak Intan,” begitu ucapnya mendengar kabar tersebut, saat saya mengomentari status WhatsApp nya.
Yang mana, di status WhatsApp itu, dia menyebutkan, sebelum sekolah diliburkan, dia sudah kulakan begitu banyak jajan. Dan belum sempat menjual, karena sekolah sudah keburu diliburkan.
Saya yakin, tak hanya Mbak Puji Astutik saja yang bahagia. Tapi ratusan pedagang kantin dan warga miskin lain yang ada di Bojonegoro. Asal, tentu saja, instruksi dari Ibu Bupati benar-benar dilaksanakan secara tepat.
Bu Bupati yang baik, kita tahu, kadang, instruksi yang bagus dari pucuk pimpinan, menjadi tidak jelas di tengah-tengah, lalu menghilang begitu saja saat sudah berada di kalangan bawah.
Saya berharap, Ibuk mengawalnya secara langsung. Sehingga, instruksi yang baik itu, bisa menjadi kebaikan dan keberkahan dan kelegaan bagi orang-orang di kalangan akar rumput.
Sesungguhnya, saya sendiri juga merasakan dampak dari Covid-19 ini. Sebagai mahasiswa yang rajin kuliah, saya menyimpan beberapa gerundelan dalam hati. Tapi kali ini, saya sedang berbaik hati menuangkan gerundelan itu ke dalam tulisan ini supaya saya lega. Atau paling tidak, dibaca oleh para pembuat kebijakan.
Selain para pedagang, para pelaku usaha kecil, menengah dan masyarakat miskin kota, para mahasiswa juga mengalami kesulitan keuangan akibat covid-19 ini.
Sebab, jika biasanya kuliah tatap muka, mahasiswa biasa diberi uang saku oleh orang tua, bagi mereka yang masih meminta orang tua. Tentu kali ini akan berbeda. Tak ada uang saku bagi mahasiswa. Lha wong gak kemana-mana, Je.
Tapi, mahasiswa masih diharuskan beli kuota internet. Lha gimana tidak, wong pelajaran lewat kuliah daring. Gak punya uang saku tapi harus beli kuota internet. Sementara, kuota internet itu sejenis makhluk yang tidak dipahami oleh orang tua.
“Kuota internet iku opo sih, Ntan. Wong santuy di rumah kok njuk sangu ae.”
Terlebih, perkuliahan ke depan bukan tatap muka lagi, tapi kuliah daring. Sudah pasti hal ini membutuhkan kuota internet. Apalagi kemacetan ekonomi sudah pasti ada, terutama bagi para kepala keluarga (bapak, ibu kami).
Melalui tulisan ini, saya sampaikan rasa cinta saya kepada Ibu Bupati, barangkali bersedia memberi solusi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Bojonegoro untuk menganggarkan dana kuota internet bagi para mahasiswa.
Tentu itu sangat menggembirakan sekali bagi kami, Ibu. Selain meringankan, juga kami tidak lagi meminta ke orang tua kami. Kalau memang bisa (dianggarkan), kami sangat bersyukur. Tapi misal tidak, ya tidak apa-apa kok, Bu.
Sebab, saya tahu, permintaan semacam ini punya efek domino yang besar. Maksudnya begini. Awalnya sih cuma mahasiswa yang minta. Takutnya nanti, ada pihak lain yang juga minta, dengan alasan yang beda-beda.
Misal, kan nggak lucu ada jomblo yang minta dianggarkan dana kesepian dan kesendirian. Alasannya, gara-gara Covid 19, potensi dapat jodoh jadi berkurang karena hanya berdiam diri di rumah.
Jadi, misal keluhan saya soal dana kuota internet bagi mahasiswa tadi nggak terkabul tidak apa-apa kok, Bu. Iya, tidak apa-apa.
Asal, dana bantuan buat para pedagang dan masyarakat miskin tetap dikasihkan nggih, Bu. Mereka lebih membutuhkan daripada kami.
Salam cinta dari saya, Intan Setyani untuk Ibu. Saya mewakili suara teman-teman mahasiswa Bojonegoro. Semoga ibu membacanya ya, Bu. Hehe