Saat naik motor, pasti kaget ketika melihat kucing sedang berada di tengah jalan. Wajar, kucing preman jalanan yang dihindari pengendara motor. Namun kini, ia tergantikan penguasa baru yang lebih menyeramkan.
Ia tak hanya menakutkan. Lebih parah lagi, bisa menyebab memar luka bahkan hingga kecelakaan. Penulis hanya berdoa saja, semoga kengerian itu tidak terjadi.
Mungkin kesetaraan gender sudah tidak berlaku lagi di sini. Meski mayoritas pengguna jalan itu laki-laki, keberanian dan kenekatan perempuan matang itu jauh tinggi di atas laki-laki. Iya, mereka perempuan yang sudah berada dalam kategori emak-emak.
Masih ingat sebuah video CCTV menampilkan seorang emak yang membonceng anaknya melintasi palang pintu kereta api? alih-alih berhenti, palang pintu itu ditabrak hingga hancur berantakan.
Tak hanya memiliki keberanian di atas rata-rata, emak-emak juga punya cara unik saat berkendara motor. Mungkin itu yang membikin ia jadi penguasa yang amat disegani di jalanan.
Geng motor pun akan memilih mengangkat motornya untuk dipinggirkan ke trotoar saat emak-emak sedang melintas. Bukan karena apa-apa, tapi jelas takut dijadikan bumbu sayur lodeh.
Hanya emak-emak yang mampu mengubah singa menjadi seekor kucing manja.
Seorang kawan yang sebut saja namanya Jajang, pernah bercerita pada saya tentang pengalamannya menemui emak-emak di jalanan. Sebuah pengalaman yang setara kru bajak laut melintasi pulau hantu: menyeramkan.
“Terutama saat kita ada di belakangnya, dan beliau yang mulia sedang menyalakan lampu sein,” ucapnya terbata-bata.
Beliau terbiasa menyalakan lampu sein ke kiri tapi beloknya ke kanan. Hebatnya, itu dilakukan di tengah perempatan jalan. Saat itu terjadi, truk raksasa milik Rekind pun bakal ngerem ndadak, tentu saja.
Nabs, emak-emak seakan membuktikan ucapan ahli fisika Cambridge, Stephan Hawking yang mengatakan: wanita adalah makhluk yang sangat misterius. Urusan yang tampak mata seperti lampu sein aja sulit ditebak, apalagi yang tak tampak.
Yang masih jadi misteri penulis adalah, darimana emak-emak memahami kalau mencet lampu sein ke kiri, arahnya justru ke kanan? Dan lebih misterius lagi, fenomena itu tak hanya dilakukan satu emak-emak, tapi yang lain juga.
Penulis sempat berpikir, ada dua kemungkinan yang dapat dikaji; pertama: emak-emak selalu merasa benar. Kedua: emak-emak memang penguasa jalanan.
Beruntung, misteri lampu sein emak-emak ini terjawab setelah beberapa waktu lalu, beredar video percakapan antara seorang pengemudi mobil dengan emak-emak yang menurutnya, membahayakan laju mobil yang dia kendarai.
“Bu, kok pasang sein kanan beloknya ke kiri?”
Sambil mesam-mesem sumeh, emak-emak itu menjawab, “Eh saya kira lampu sein itu otomatis, Mas. Kalau saya pingin belok kanan ya ke kanan. Kalau pingin ke kiri ya otomatis ke kiri, tergantung perasaan.”
Makjegagik. Bravo untuk emak-emak. Lampu sein motor dianggap pusaka yang mengerti isi hati pengemudinya. Mirip-mirip sama keris buatan Empu Gandring yang tahu dendam pembuatnya dan tahu apa yang harus dilakukan.
Jadi jangan heran saat melihat video CCTV emak-emak menerobos palang pintu kereta api di Bojonegoro. Saking bar-barnya, palang kereta api itu sampai patah… dan hebatnya lagi, emak-emak itu sedang membawa buah hati
Pembalap MotoGP dan MotoCross nggak ada apa-apanya dibanding emak-emak, ketika naik motor. Mereka, para pembalap, masih pakai baju pelindung ekstra tebal dengan harga yang fantastis atau paling tidak menggunakan helm full face.
Tapi, emak-emak tak butuh itu semua. Cukup helm standar sudah sangat melindungi. Itu pun kalau mau pakai. Sebab, helm hanya untuk orang-orang lemah. Bagi kaum perkasa seperti emak-emak, helm sekadar asesoris. Kalau pingin gaya, ya pakai. Kalau tidak, ya tidak usah. Emak-emak, gitu lho.
Barangkali, emak-emak menganggap jalan aspal sama empuknya dengan tumpukan cucian yang belum direndam. Jadi, kalau ketemu emak-emak, sudah tahu kan apa yang harus dilakukan?
Ya, mengalah.