Hewan melata seperti ular kadang menjadi momok menakutkan bagi banyak orang. Tapi tidak bagi Yaya. Pemuda 18 tahun asal Bojonegoro ini mengakrabi reptil buas layaknya sahabat karib.
Alam berkomunikasi kepada manusia dengan cara-cara yang misterius. Kadang, ia mendesis sebagai angin yang menyisir pepohonan. Kadang ia menggeliat sebagai ombak yang memecah batu karang di lautan.
Kode-kode tersebut akan dapat kita pahami jika kita sungguh-sungguh mendengar dan memperhatikan secara seksama. Seperti kode dari si dia, butuh upaya khusus untuk membacanya. Halah.
Seperti halnya seorang pemuda yang bernama lengkap Achmad Habib Ihya Ulul Albab ini. Pemuda yang akrab dipanggil Yaya ini mampu berdekatan dengan alam melalui kedekatannya dengan reptil liar.
Ia berkomunikasi dengan alam melalui rasa welas pada hewan-hewan (mayoritas reptil) buas yang hidup di alam liar. Dia memang tidak berkomunikasi secara verbal, namun ia mampu membaca gerak-gerik beberapa satwa yang dijumpainya.
Pemuda 18 tahun asal Desa Sukorejo Kecamatan Bojonegoro ini, mempunyai hobi unik. Yakni, memelihara hewan-hewan eksotis. Beberapa spesies hewan yang jarang ditemui di sangkar-kandang rumah manusia, ia memeliharanya.
Hewan-hewan tersebut meliputi ular, biawak, elang, kalajengking hingga trenggiling. Namun, belakangan ini ia lebih tertarik dengan hewan-hewan jenis reptil. Terlebih reptil buas.
Hobi memelihara reptil mulai digeluti Yaya sejak 2014. Ya, waktu itu Yaya masih berumur 14 tahun, Nabs. Bermula dari niatnya mencari kura-kura di rawa Makam Kembar Sukorejo, ia mengembangkan niat tersebut menjadi sebuah hobi.
Rasa keingintahuan yang besar dan keberanian yang mumpuni mendorong siswa kelas 2 SMA ini mencari dan mempelajari reptil lebih dalam dan lebih serius.
Sebelum memulai hobi ini, Yaya banyak mempelajari jenis reptil di internet. Di usia yang sangat muda itu, Yaya banyak mengenal nama-nama ilmiah reptil. Selain itu, ia juga mempelajari perilaku reptil tersebut.
Namun untuk perilaku reptil, menurut Yaya, tak cukup dipelajari secara teori: perlu pengalaman berinteraksi secara intens juga. Intens dulu, baru jadian~
Menekuni dunia reptil tak semudah yang kamu kira lho, Nabs. Tak jarang Yaya menemui kendala saat memelihara reptil-reptilnya. Pengalaman paling berkesan adalah digigit ular king cobra di bagian kaki.
Karena gigitan ular tersebut, ia harus dioperasi dan menginap di rumah sakit selama 3 minggu. Namun musibah tersebut tak menyurutkan minatnya terhadap dunia reptil.
Di tahun 2016, Yaya dan teman-temannya membentuk Scout Animal Lovers Community (SALC). Komunitas ini kerap mengadakan show dan edukasi tentang reptil.
“Tujuan saya mengadakan adalah memperkenalkan jenis-jenis reptil ke orang lain. Ular dan reptil lain kan bagian dari alam juga, mereka layak mendapatkan kehidupan juga.” ungkap Yaya.
Selain memberikan edukasi, Yaya juga kerap melakukan rescue terhadap reptil yang nyasar ke rumah warga. Menurut pemuda yang bermimpi membangun kebun binatang di Bojonegoro ini, ketika memasuki fase menetas, ular cenderung mencari tempat yang hangat. Saat itulah ular acap kali bermukim ke rumah warga.
Beberapa orang yang mendapati seekor ular di rumahnya sering menghubungi Yaya untuk segera melakukan rescue. Dan reptil yang telah berhasil ditangkap, selanjutnya dipelihara kemudian dilepaskan kembali ke alam bebas. Tentu saja yang jauh dari pemukiman warga, Nabs.
Nabsky, manusia adalah bagian dari alam. Sama halnya dengan ular dan reptil lain. Untuk itu kita harus saling mengenal dan berkomunikasi dengan baik. Agar tercipta suatu hubungan yang harmonis.
Juga demi berlangsungnya ekosistem dunia yang lestari. Yaya, pemuda belia ini, telah memberi kita semua contoh tersebut.