Satu lagi pemuda Bojonegoro torehkan prestasi. Namanya Zaky Maulana Fikri. Tidak hanya berprestasi di level nasional saja. Zaky juga mampu wakili Asia di kancah event internasional.
Tidak main-main lho, Nabs, Zaky berprestasi di bidang otomotif. Bagi dia dan keluarga, tentu ini prestasi. Sedang bagi kita semua, apa yang didapat Zaky merupakan sebuah inspirasi.
Zaky merantau melanjutkan pendidikan di Yogyakarta. Itu dia lakukan pasca lulus SMA pada 2016 lalu. Saat ini, dia menyandang status mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) angkatan 2016. Tepatnya, di Fakultas Teknik, jurusan Teknik Mesin.
Menginjak 1 tahun masa kuliah, Zaky bergabung di tim Semar UGM pada 2017. Tim Semar UGM merupakan tim kreatifitas mahasiswa yang disiapkan untuk mengikuti berbagai macam kompetisi.
Di tahun pertamanya, Zaky berperan dalam divisi Design and Manufacture Semar UGM. Sebagai anggota tim, dia selalu dilibatkan dalam kompetisi di bidang mesin.
“Di situ tugas saya membuat desain mobil yang bisa sehemat mungkin, memproduksi mobil dan perawatan mobil sampai dipakai untuk kompetisi.” kata pemuda kelahiran 1998 itu.
Debut awal Zaky bersama tim Semar UGM terjadi pada November 2017. Kompetisi yang diikuti adalah Kontes Mobil Hemat Energi (KMHE) 2017 yang berlangsung di Surabaya. Kala itu, hasil yang didapatkan masih belum memuaskan. Bahkan, menurut Zaky, ini debut awal yang bisa dinobatkan sebagai pengalaman paling menyedihkan.
“Pas KMHE 2017 itu pengalaman paling sedih. Kita kirim 3 mobil dan ga ada yang dapat juara.” ungkap Zaky.
Setelah belajar dari pengalaman itu, Zaky bersama tim mengikuti ajang kompetisi Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2018. Di kompetisi tersebut, tim Semar UGM mendapatkan dua nomor dari 2 mobil yang dibawa.
Tim ini mendapat Juara 4 kategori Prototype Electric dan Juara 2 kategori Urban Gasoline. Hasil ini sudah cukup memuaskan para anggota tim, termasuk Zaky.
Tak berselang lama, tim Semar UGM mengikuti ajang Driver’s World Championship (DWC) region Asia pada Maret 2018 di Singapura. Hasilnya pun sangat membanggakan. Zaky bersama timnya memperoleh Juara 1 pada ajang tersebut.
Tim Semar UGM pun berhak mewakili Asia untuk mengikuti DWC tingkat dunia di London, Inggris. Kompetisi tersebut berlangsung pada Juli 2018 lalu. Meski saat mengikutnya hasil belum maksimal, Zaky sudah cukup senang dan merasa bangga. Sebab, kompetitor yang dihadapi dari DWC Eropa dan DWC Amerika.
Meski begitu, tim Semar UGM mendapatkan posisi sebagai peringkat ke 6 dunia. Namun, hasil kompetisi tersebut telah diperbaiki pada kompetisi selanjutnya. sebab, pada Desember lalu, dia bersama tim mengikuti KMHE di Padang dan dapat juara 4.
“Yang baru banget itu, Desember kemarin kita ikut KMHE 2018 di Padang dan dapat prestasi terbaik ke-4.” imbuh pemuda yang tergabung di ormada Imago ini.
Saat ini, pria asal Desa Wedi Kecamatan Kapas ini dipercaya sebagai Ketua Tim Teknis Semar UGM. Tanggung jawab yang dia emban lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.
Dia tidak hanya bertugas dalam perencanaan desain dan produksi mobil lagi. Dia juga mengemban tanggung jawab merencanakan berbagai proyek ke depan.
“Mulai dari menyusun timeline pembuatan mobil sampai siap untuk kompetisi, semua hal mengenai teknis mobil itu tanggung jawab saya.” ungkapnya.
Zaky menambahkan, biasanya tahap membuat desain mobil membutuhkan waktu 1,5 bulan. Pada tahap pembuatan mobil, dibutuhkan waktu sekitar 4 bulan. Setelahnya, perlu waktu 2 bulan untuk melalukan latihan dan uji coba mobil tersebut.
Selain kesibukan kuliah, Zaky juga sibuk di bengkel. Hampir setiap hari dia ke bengkel untuk persiapan lomba. Pada April mendatang, Zaky bersama tim Semar UGM akan mengikuti SEM ASIA 2019 di Malaysia.
Zaky berpesan kepada para generasi muda di Bojonegoro. Sebagai putra daerah, tidak boleh minder dengan latar belakang. Anak muda harus percaya diri untuk menunjukkan bahwa Bojonegoro penuh dengan pemuda potensial.
“Meskipun kita dari daerah, bukan berarti kita tidak mampu. Kita harus percaya diri.” pungkas Zaky.
Zaky mampu membuktikan bahwa wong Bojonegoro bisa mengukir prestasi hingga tingkat internasional. Jadi Nabs, jangan pernah minder dengan status anak daerah. Karena, potensi yang dimiliki pemuda-pemudi daerah tak kalah dengan anak metropolitan.