Mengaji di masa kecil, meskipun hanya sebentar, lebih baik daripada mengaji di masa dewasa, meski dengan waktu yang lebih lama.
Masa kecil, di mana pada masa itu pengawasan orang tua terhadap anaknya secara intens. Setiap gerak anak diawasi, jika tidak diperhatikan orang tau akan khawatir. Keberlangsungan anak ketika dia dewasa.
Oleh karena itu, pendidikan adalah bekal pertama bagi anak. Tidak lepas dari orang tua. Apalagi ibu, ibu termasuk madrasah pertama pada anak. Sejak dalam kandungan anak sudah diberi pendidikan. Ditimang-timang dengan kebaikan.
Tentunya, orang tua akan memikirkan pendidikan anaknya. Terkhusus mengaji, pastinya orang tua, dia tidak ingin anaknya keblinger dan tidak bisa mengaji. Sepertinya yang dididik untuk ngaji alif bak ta.
Mengaji, tidak bisa dilepas dari seorang guru yang mengajar. Walaupun hanya mengajar ngaji, tapi jasa yang diberikan sangatlah besar. Kamu tidak ada yang bisa membalas jasanya. Jika kamu tidak bisa membalas jasanya. Kamu hendaklah menulisnya.
Kiai Bari, beliau sering disapa begitu. Ramah, tanpa pamrih. Sabar, itu adalah sifat beliau. Beliau tidak pernah marah kepada santri-santrinya. Saya juga pernah merasakan kesabaran beliau.
Mendidikan dengan lemah lembut, memang ciri khas beliau. Lantunan ayat-ayat suci dari rongga mulut beliau sungguh merdu. Setiap santrinya yang datang mengaji pasti disuruh tartil. Dengan alasan agar bisa membaca Al-Qur’an dengan mudah.
Yang mengenang dalam setiap proses mengaji ialah bisa membaca Al-Qur’an dengan tartil. Metode itulah yang tidak dimiliki di desa-desa sekitar tempat tinggalku.
Apalagi setiap budal puasa. Saya mengaji di masjid. Nah, setiap mengaji sore sangatlah seru. Teman-teman sangatlah suka, jika ada takjil dan bersemangat berangkat mengaji. Yah namanya masih anak-anak.
Sosok seperti Kiai Bari sangat diperlukan di masyarakat. Beliau tidak pernah mengharap upah sepeserpun. Beliau membuka ngaji sore di masjid, santri tidak membayar sepeserpun. Beliau sangatlah ikhlas dalam hal mengaji.
Kenangan-kenangan mengaji begitu mengana. Para santri yang bandel saat mau sholat. Beliau sangat tidak suka. Ya, ada yang dipukul sajadah, dan yang lebih lucunya lagi. Saya dilempari kotak yang ada rodanya. Dan itu mengena sampai sekarang.
Benar kata orang-orang: mengaji di masa kecil, meskipun hanya sebentar, lebih baik daripada mengaji di masa dewasa, meski dengan waktu yang lebih lama.
Nah, itulah keseruan mengaji dan saya mendapat pendidikan yang sesungguhnya. Terdidik akhlak dan budi pekertinya.