Asal dipahami dengan baik dan seimbang, musik berpengaruh positif terhadap kecerdasan pelajar dalam memahami pelajaran.
Musik dipandang secara universal sebagai bahasa pemersatu. Musik tidak bisa dipisahkan dari berbagai elemen. Apapun itu, unsur musik selalu hadir menjadi bagian. Bahkan hembusan angin pun merupakan musik.
Dalam ranah pendidikan. Musik masih belum menjadi prioritas. Hanya beberapa negara saja. Yang memasukan musik dalam sebuah kurikulum. Seperti Finlandia dan Swedia. Pemerintahan mensubsidi tinggi atas pendidikan musik.
Di Swedia. Belajar musik bukan untuk menjadi musisi. Tapi sesuai cita-cita demokrasi Swedia. Memastikan tiap siswanya. Mendapat kesempatan untuk berbagi dalam budaya dan penciptaan budaya.
Di Finlandia. Guru musik pasti berkualitas. Karena diwajibkan memiliki gelar master. Melewati rangkaian kualifikasi yang berat. Kurikulumnya sangat fleksibel. Sesuai kebutuhan masing-masing murid.
Silabus musik milik Finlandia bervariasi. Dua sampai empat jam per minggu. Murid dibebaskan bermain dengan kreatifitas masing-masing. Serta mengeksplorasi musik sesuai kemampuannya.
Bagaimana dengan Indonesia. Pendidikan musik belum menjadi prioritas penuh. Seperti kita tahu, jumlah pengajar musik tidak banyak. Khususnya mereka yang paham benar akan musik secara formal, sangat sedikit.
Kalau bicara musik. Memang tidak pakem harus dibuktikan dengan selembar sertifikat. Karena musik hadir secara natural. Namun, dalam hal pendidikan, bersertifikat teramat penting. Sialnya, tak banyak yang punya.
Kurikulum pendidikan musik di Indonesia masih terkesan eksklusif. Menyelipkan dua hingga empat jam dalam seminggu. Tidak hanya musik saja. Bahkan tari, teater dan seni lainnya. Belum menjadi prioritas layaknya matematika dan fisika.
Carolyn Phillips, mantan Direktur Eksekutif Norwalk Youth Symphony menjelaskan, pendidikan musik mampu memicu siswa belajar berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik, satu sama lain.
Dengan pendidikan musik. Siswa bisa saling bertukar pikiran. Berlaku lebih kreatif dalam mencari sebuah solusi. Serta saling menghargai satu sama lain. Hingga, menjalin kerja sama untuk mencapai satu tujuan bersama.
Sama halnya dengan pemain orkestra. Agar terdengar indah, harmonisasi alunan nada dimainkan masing-masing pemain, tapi digerakkan bersama-sama. Tentunya, dengan kontrol tempo dan disiplin tinggi.
Musisi senior Bojonegoro, Guntur Endra pernah mengatakan, musik sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa akan pelajaran. Sebab, bermusik menghidupkan konsentrasi dan kemampuan berimajinasi.
Siswa yang bisa bermusik, setidaknya paham membaca nada, punya kecenderungan lebih mudah memahami pelajaran. Ini bukan tanpa alasan. Nada yang tergolong lebih sulit saja bisa dibaca, apalagi teks pelajaran.
Sayangnya, kata Guntur, tidak semua orang tua memahami itu. Musik, bagi sebagian orang, masih punya stigma buruk dan kurang berorientasi masa depan. Padahal, cara berpikirnya tidak seperti itu.
Musik atau matematika atau fisika atau apapun di dunia ini, memang tidak bisa menjamin masa depan secara langsung. Tapi, kemampuan memahami musik secara benar (tidak asal dan tetap disiplin) mampu memengaruhi konsentrasi belajar.
“Musik kalau dipelajari dengan baik, tanpa mengalahkan potensi yang lain, lebih bagus. Kesalahannya, musik justru lebih diforsir. Ini yang salah,” ucapnya.
Sejauh ini, masih kata Guntur, banyak yang terlalu memforsir diri di musik, sehingga pelajaran lain tidak diperhatikan. Musik menjadi racun jika diterapkan demikian. Sebab ia berperan mengubur potensi yang lain.
Bermain dan memahami musik bukan berarti harus melupakan pelajaran lainnya. Musik membantu menghidupkan konsentrasi. Bukan melemahkan dan menghilangkan potensi yang lain.
Nabs, musik memicu ekspresi diri. Dengan bermusik, segala hal yang ada dalam otakmu, bisa kamu aplikasikan. Tanpa khawatir hadirnya kubu suka atau tidaknya musik tersebut. Dengan begini, kamu bisa lebih percaya diri serta tak merasa minder lagi.
Begitulah, sebuah rahasia dari pendidikan musik. Perlu dibedakan antara pendidikan musik dan musik pendidikan. Tapi kalau pendidikan belum support penuh, kita memang bisa belajar secara swasiswa.
Semoga kedepannya, pendidikan musik di Indonesia atau Bojonegoro khususnya, bisa serupa Finlandia maupun Swedia. Yakni, prioritas musik bisa sejajar pelajaran lainnya. Seperti matematika dan fisika.
Maju terus musik Indonesia.