Para peternak yang tergabung dalam wadah Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Peternak Domba Kambing Indonesia (HPDKI) Bojonegoro, Jawa Timur, mengaku kecewa dengan kinerja Pemerintah Kabupaten (Pemkab).
Mereka menilai Pemkab belum menujukkan kepedulian terhadap ternak domba kambing. Padahal, kata mereka, sektor ternak ini sangat penting dalam menopang pangan dan perekonomian masyarakat, khususnya di Kabupaten Bojonegoro.
Mereka menuntut Pemkab proaktif terhadap dunia peternakan domba kambing. Tuntutan tersebut disampaikan HPDKI saat audensi dengan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro, Selasa (16/9/2025).
“Kami meminta bertemu Bupati Bojonegoro untuk menyampaikan aspirasi ini. Sayangnya kami diterima oleh bawahannya,” ungkap Ketua DPC HPDKI Bojonegoro, Yanuar Kriswanto kepada wartawan usai pertemuan dengan Kepala Bidang Peternakan dan beberapa stafnya di gedung Dinas Peternakan Kabupaten Bojonegoro.
Anggota HPDKI berasal dari berbagai penjuru desa tersebar di 28 kecamatan se-Kabupaten Bojonegoro. Sebanyak 19 orang perwakilan mengusung sejumlah tuntutan kepada Pemkab.
“Intinya kami meminta Pemkab Bojonegoro lebih kooperatif dan memperhatikan peternak domba kambing lokal, demi kesejahteraan semua peternak di Bojonegoro,” imbuh Yanuar.
Ada beberapa persoalan yang diangkat dalam pertemuan tersebut. Antara lain mengenai rencana kegiatan ekspo, penanganan limbah ternak atau kotoran hewan (kohe) yang bisa dimanfaatkan untuk pupuk organik, serta produk susu yang melimpah dan melebihi simpanan, pelayanan mantri hewan, hingga persoalan pemasaran.
“Kami juga mengangkat persoalan kesehatan hewan dalam hal ini USG untuk ternak, untuk meningkatkan kualitas dan populasi ternak. Selama ini belum kami rasakan,” cetus peternak asal Desa Ngablak ini.
Sementara Kepala Bidang Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Bojonegoro, Fajar Dwi Nurrizki menanggapi aspirasi DPC HPDKI Bojonegoro. Pertama mengenai rencana kegiatan ekspo yang diusulkan peternak pada November 2025. Dia menyampaikan bahwa Disnakkan mengapresiasi dan akan mendukung kegiatan tersebut.
“Ini guna meningkatkan kualitas dan kuantitas populasi domba dan kambing di Bojonegoro melalui peternak-peternak mandiri yang terhimpun dalam HPDKI Cabang Bojonegoro,” ungkap Fajar Dwi Nurrizki.
Dinas Peternakan, lanjut Fajar, akan memberikan dukungan pelaksanaan kegiatan tersebut seperti pelayanan kesehatan hewan untuk peternak yang mengikuti kegiatan. Juga dukungan lainnya yang bisa dilaksanakan dan akan berkolaborasi dengan HPDKI.
Sedangkan mengenai perhatian pemerintah yang diinginkan oleh para peternak, menurut anak buah kepala Dinas ini, dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, banyaknya peternak baik mandiri, kelompok ataupun pengusaha di Bojonegoro, baik itu untuk ternak unggas maupun ruminansia.
Faktor kedua, jangkauan petugas teknis peternakan yang ada di setiap kecamatan ke semua peternak mandiri masih terbatas. Sementara populasi ternak sedemikian banyak. Khususnya bagi peternak mandiri yang belum melaporkan kepada petugas lapangan, tentu belum dapat terjangkau.
“Serta faktor perhatian dari lintas organisasi perangkat daerah, karena dari peternakan domba banyak turunannya mulai dari daging, susu, breeding serta kohenya, semua masih butuh perhatian dari pemkab terutama dalam hal periijinan produk hasil peternakan dan penjualannya,” tandas Fajar.
Menurut Yanuar, Pemkab hanya menjawab normatif tuntuntan mereka. Kata dia, Pemkab terkesan tidak punya data riil peternak. “Kalo saya ini kesimpulan ya berarti petugas lapangan tidak kerja, sampai tidak tahu data populasi riil peternak,” ucapnya sembari menegaskan bahwa 200 kandang peternak anggota HPDKI saja belum disentuh secara maksimal.
“Merek seharusnya memaksimalkan kunjungan road show dari kandang ke kandang, untuk memastikan kesehatan hewan hingga reproduksi,” jelas Yanuar.
Selain itu, dia juga meminta Pemkab memaksimalkan fasilitas kesehatan hewan hingga menjebatani pasar kohe dengan Dinas Pertanian. Sehingga ada alokasi anggaran untuk prodak turunan pupuk kandang untuk didistribusikan ke petani.
“Kita lihat saja nanti, apakah yang disampaikan tadi konkret atau hanya omon-omon,” pungkas Yanuar.