2023 yang kita tunggu sudah datang. Cara menuggu tutup tahun 2022 dan menyambut datangnya 2023 pun, banyak ragam ekspresinya.
Saya sengaja jalan-jalan mengobservasi apa saja yang dilakukan orang-orang menyambut tahun baru? Kalau dibilang ikut manjadi bagian dari “program mengisi malam tahun baru” ya begitulah, ha..ha..ha..! Walau ada yang tidak sependapat seperti kurang gawean. Ya monggo lho..!
Lalu, apa hasil observasi keliling-keliling saya?
Bakar sate, ikan, sosis, dan jenis lainnya itu hasil observasi saya temukan. Di desa-desa, ekspresi “bakar” sebagaimana saya sebutkan di atas menjadi pilihan yang banyak dilakukan.
Entah dengan sesama keluarga, teman, dan jenis entitas sosial lain pilihan kegiatan itu dilakukan di malam tahun baru.
Ekspresi yang lain, dengan pergi tipis-tipis healing ke lokasi wisata. Maka akan tampak, kemeriahan tahun baru banyak pasangan muda-mudi memadati jalan pergi menghabiskan sisa waktu tahun baru 2022 di lokasi wisata. Apalagi seperti di Bojonegoro, pariwisata lokal desa-kota juga dibuka secara spesial. Semua dalam rangka menyambut malam tahun baru.
Sebagian yang lain juga banyak kumpul ke alun-alun kota atau kabupaten. Maka tidak ayal yang terlihat, pergerakan kendaraan dari desa ke kota menjadi ramai. Sekadar nongkrong, menikmati jajanan, dan foto selfie mengabadikan momen itu menjadi konten materi medsos sembari menunggu hadirnya tahun baru.
Ekspresi lain, ada yang sekadar jalan-jalan “bermotoran” menikmati malam tahun baru. Tujuannya sekadar ingin melihat aktivitas orang-orang, dan titik-titik kumpul dari jalan satu ke jalan yang lain sambil sesekali beli jajan ringan di tempat keramaian. Pasca itu pulang ke rumah masing-masing dan telah “sah” secara formal mengisi tahun baru.
Kategori lainnya, ada yang menghabiskan datangnya tahun baru dengan berlama-lama nongkrong di warung kopi (warkop). Apalagi, warkop pada malam tahun baru open sampai larut malam hingga ada yang 24 jam.
Alhasil, muda-mudi sambil nyeruput kopi, teh, josua, es kopi hitam dan sebagainya nge-game plus udud serta ngobrol ngalor-ngidul sebagai ekspresi malam tahun baru.
Ada yang membaca doa, shalawat baik di masjid dan mushala. Ada pula yang hanya di rumah saja sambil menonton hiburan televisi. Ada pula yang gabut dengan pergi ke cafe bersama “bebeb” sambil menikmati alunan music perform yang disediakan.
Ada pula yang sibuk memikirkan nasib rumah dan lingkungan yang kebanjiran sebagai contoh di Semarang. Ada pula yang berdagang di pusat kota, jalan utama, dan titik kumpul keramaian mengais rizki memanfaatkan momen spesial. Hingga ada yang setia menjalankan tugas pengamanan, kesehatan, serta pelatihan saat malam tahun baru.
Tentu kalau cara mengisi malam tahun baru diseragamkan tidaklah mungkin. Yang arif adalah mengekspreaikannya dengan jalan, bentuk dan profesi masing-masing sesuai dengan kebutuhan.
Kini, tahun baru yang ditunggu telah hadir. Sisa-sisa kenangan semalam juga masih terngiang. Jelas betul apa yang sudah dilakulan untuk menghabiskannya? Yang belum jelas adalah, bahagia seperti apa yang akan kita lakukan di malam-malam tahun baru yang kini telah datang?
Perlu disadari, 2023 sudah di depan mata. Masih hot isunya. Jelas pula perencanaannya. Jauh-jauh hari mulai dari mau di mana? Apa yang akan dilakukan menyambutnya? Dan dengan siap pergi menikmatinya? Itu terjawab sudah terealisasi.
Kini PR-nya perencanaan seperti apa yang akan kita lakukan! Semua aklamasi, tidak ingin sama dengan yang kemarin. Semua ingin berdoa yang terbaik bisa hadir di tahun 2023. Padahal, semua bisa terwujud bila kita memiliki rencana apa saja yang ingin dilakukan di tahun baru ini.
Jangan sampai tahun baru telah hadir, tapi lawas semangatnya. Tentu, makna itu tidak sebanding dengan “usaha” menunggu datangnya malam tahun baru, tetapi lupa perlu ada usaha-usaha serupa untuk menghidupkan malam-malam yang akan dilalui tahun baru telah tiba.
Konkritnya, malam-malam di tahun baru perlu dilalui dengan kemeriahan, dan semangat tinggi yang serupa. Ya, full power menghidupkannya guna merencana datangnya pagi melalui desain aktivitas kehidupan yang terbaik disegala bidang apapun jenis profesi kita.
Sebagai penutup tulisan ini, saya cuplikkan satu dari empat kata mutiara Mahmud Sami Basya (wafat 1322 H) yang berbunyi: “barid al-Furshota wahdzar fautaka/manfaatkanlah kesempatan, jangan sampai melewatkannya”; “fabulugh al-‘Izzi fi naili al-Furashi/kemuliaan dicapai dengan memanfaatkan setiap kesempatan”.
Akhirnya, selamat tahun baru 2023 untuk kamu, kamu, dan kamu ya lur..!
Penulis adalah Dosen Prodi PAI Unugiri Bojonegoro.