Jurnaba
Jurnaba
No Result
View All Result
Jurnaba
Home Peristiwa

Santri Santuy: Terus Ngaji dan Tetap Santun

Ahmad Wahyu Rizkiawan by Ahmad Wahyu Rizkiawan
October 22, 2019
in Peristiwa
Santri Santuy: Terus Ngaji dan Tetap Santun
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan Ke WA

Santri adalah simbol pencari ilmu yang tak pernah menanggalkan sikap santun sebagai baju prinsip mereka. Sebab, ilmu tanpa kesantunan serupa unggas yang tak berbulu: kurang enak dipandang. 

Hari Santri Nasional (HSN) jatuh pada (22/10/2019), diperingati seluruh komponen lembaga pendidikan Islam di seluruh Indonesia. Di Kota Bojonegoro, ribuan santri memadati Alun-alun kota sejak pagi hari.

Para santri yang kompak mengenakan kopyah hitam berkolaborasi baju putih dengan bawahan sarung warna gelap tersebut, berbondong datang dari berbagai lembaga pendidikan berbasis agama Islam yang ada di Bojonegoro.

Upacara mengusung tema “Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia” tersebut, dihadiri Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah beserta jajaran forum pimpinan daerah (Forpimda) Kabupaten Bojonegoro.

Nabs, tema perdamaian dunia tentu bukan tema geme-geme. Terlebih, berhubungan langsung dengan santri. Lalu, pertanyaannya, apakah ada relevansi antara santri dan perdamaian dunia? Tentu saja ada.

Santri adalah simbol para pembelajar. Berapapun usiamu, asal masih telaten mencari dan mendalami ilmu (agama), niscaya label santri masih masyuk untuk disemat pada dirimu.

Hanya, santri punya sedikit perbedaan dengan pembelajar atau akademisi secara umum. Perbedaan itu ada pada laku santun — takzim pada orang tua, guru, hingga tenggang rasa antar sesama — yang menjadi prinsip utama untuk dipegang.

Kita tahu, maraknya peperangan, perselisihan hingga apapun yang mengacaukan tatanan sosial dunia, bukan hanya karena minimnya ilmu, tapi hilangnya sopan santun dan tenggang rasa antar sesama.

Karena itu, jika sopan santun dan sikap tenggang rasa tetap dijaga, niscaya perdamaian dunia bisa terus terpelihara. Jadi, tak salah jika HSN 2019 ini mengusung tema “Perdamaian Dunia”.

Ahmad Khotibul Umam, pendamping santri asal Pondok Pesantren Ar-Ridwan Bojonegoro yang ikut dalam upacara tersebut mengungkapkan, HSN seharusnya tak cukup diperingati saja. Tapi juga diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

“Terutama kesantunan dan sikap tenggang rasa, itu benar-benar harus diaplikasikan,” ucap Umam.

Kesantunan dan sikap tenggang rasa, kata Umam, menjadi aset utama yang dimiliki para santri. Bahasa pesantrennya: akhlak. Sedalam apapun ilmu yang dimiliki, tanpa adanya akhlak yang baik, bisa berdampak buruk.

Umam menambahkan, HSN memang menjadi momentum bagi kalangan santri untuk mengabarkan pada dunia bahwa memiliki ilmu saja tak cukup. Tapi harus punya sikap santun. Sehingga, kepemilikan ilmu tak memicu kekacauan. Tapi justru meneduhkan.

Karena itu, kata Umam, HSN 2019 ini harusnya tak sekadar diperingati. Tapi diamalkan pada kehidupan sehari-hari, sekaligus dipopulerkan. Sehingga banyaknya ilmu tak memicu perpecahan.

Pada HSN Bojonegoro 2019 ini, Umam hadir ke Alun-alun Kota Bojonegoro beserta ratusan santri dari SMP Plus Ar-Ridwan Bojonegoro. Ponpes Ar-Rahmat, Al Fatimah dan ratusan pondok lain di Bojonegoro juga tampak hadir berpartisipasi.

Bupati Bojonegoro, Anna Muawanah, dalam sambutannya menyampaikan, pesantren merupakan ruang semai ajaran Islam rahmatan lilalamin. Sehingga, tema “Santri Indonesia untuk Perdamaian Dunia” amat sesuai.

Bupati juga sempat mengatakan bahwa pesantren, atau lembaga pendidikan berbasis pesantren layak disebut laboratorium perdamaian. Sebab, memiliki kesadaran harmoni dalam beragama dan berbangsa.

“Masih berpegang teguh pada kaidah hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air sebagian dari iman.” ucap Bupati.

Nabs, Hari Santri Nasional (HSN) ditetapkan sebagai hari nasional oleh Presiden Jokowi pada Oktober 2015 lalu. Praktis, sudah hampir 5 tahun ini Hari Santri diperingati masyarakat Indonesia.

Maraknya pertikaian berpotensi perpecahan, bukan disebabkan kurangnya ilmu. Tapi, justru disebabkan kurangnya sikap santun dan saling menghormati— dua sikap yang identik dengan para santri.

Santri adalah simbol para pencari ilmu yang tak pernah menanggalkan sikap santun sebagai baju prinsip mereka. Sehingga, tingginya ilmu tetap diimbangi dalamnya sikap saling menghormati.

Karena itu, diperingatinya Hari Santri Nasional diharap mampu menularkan sikap santun dan tenggang rasa pada masyarakat secara luas. Sebab, ilmu tanpa kesantunan serupa unggas yang tak berbulu: kurang enak dilihat.

Tags: Bupati BojonegoroHari Santri Nasional

BERITA MENARIK LAINNYA

Melihat Award dan Launching Masjid Ramah Dhuafa Baznas Bojonegoro 
Peristiwa

Melihat Award dan Launching Masjid Ramah Dhuafa Baznas Bojonegoro 

December 30, 2020
Mendengar Nyanyian Hujan di Bawah Rembulan, dalam Balutan Ngaji Esai Delapan
Peristiwa

Mendengar Nyanyian Hujan di Bawah Rembulan, dalam Balutan Ngaji Esai Delapan

December 24, 2020
Satu Dasawarsa SASB Kembali ke Khittah 
Peristiwa

Satu Dasawarsa SASB Kembali ke Khittah 

December 22, 2020

REKOMENDASI

Memaknai Pedoman Hidup dan Sistem Sosial Masyarakat Samin Bojonegoro

Memaknai Pedoman Hidup dan Sistem Sosial Masyarakat Samin Bojonegoro

January 16, 2021
Siapa Bilang Berinvestasi Pasti Cuan?

Siapa Bilang Berinvestasi Pasti Cuan?

January 15, 2021
Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika

Sisi Lain Obrakan: Pancasila, Indonesia Raya, dan Orang Amerika

January 15, 2021
Kelas Guratjaga dan Hakikat Membaca

Kelas Guratjaga dan Hakikat Membaca

January 14, 2021
Koidahan dan Budaya Diskusi Ansor Kota Bojonegoro

Koidahan dan Budaya Diskusi Ansor Kota Bojonegoro

January 14, 2021
Fakta Ilmiah Mengapa Kita Menguap?

Fakta Ilmiah Mengapa Kita Menguap?

January 13, 2021

Tentang Jurnaba - Kontak - Squad - Aturan Privasi - Kirim Konten
© Jurnaba.co All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • HOME
  • PERISTIWA
  • KULTURA
  • DESTINASI
  • FIGUR
  • CECURHATAN
  • ALTERTAINMENT
  • FIKSI AKHIR PEKAN
  • SAINSKLOPEDIA
  • TENTANG
  • KONTAK

© Jurnaba.co All Rights Reserved