Kota Baghdad di Irak sedang bergejolak. Aksi demonstrasi semakin marak terjadi. Masyarakat melakukan protes terhadap pemerintah. Salah satu bentuknya melalui seni mural di berbagai tembok kota Baghdad.
Pada 2019, sejumlah negara di berbagai belahan dunia diwarnai dengan demonstrasi besar-besaran. Contohnya seperti Hongkong, Peru, Spanyol, bahkan Indonesia.
Demonstrasi yang terjadi di sejumlah negara tersebut punya latar belakang yang berbeda-beda. Ada yang memprotes kebijakan pemerintah, ada pula yang berdemonstrasi untuk memperjuangkan kemerdekaan.
Di penghujung tahun 2019 ini, Irak ikut-ikutan bergejolak. Demonstrasi besar-besaran terjadi di sejumlah daerah di Irak. Para pengunjuk rasa memprotes keras kinerja pemerintah yang dinilai korup dan represif.
Protes meletus di seluruh Irak pada awal Oktober, dengan orang-orang turun ke jalan dengan frustrasi atas korupsi, kurangnya pekerjaan dan kelas politik yang tidak tersentuh.
Protes telah berevolusi, dari kemarahan pada korupsi dan sulitnya lapangan kerja menjadi tuntutan untuk perombakan total Pemerintah Irak. Pemerintah pun melawan balik dengan gas air mata dan aksi pasukan keamanan.
Akibat hal ini, banyak orang dilaporkan hilang. Sekitar 300 orang telah tewas sejauh ini dan ribuan lainnya terluka ketika dinas keamanan menembaki para pengunjuk rasa di beberapa kota di Irak.
Pemerintah Irak pun diminta untuk bertanggung jawab. Gelombang demonstrasi pun terus mengalir. Baik itu aksi turun ke jalan, atau dengan cara unik dengan membuat graffiti atau mural.

Sejak awal November 2019, sejumlah seniman dan masyarakat menunjukkan aspirasinya dengan membuat mural di sejumlah tembok di Kota Baghdad.
Demonstran sekarang membawa cat semprot ke dinding beton untuk menunjukkn sketsa visi masa depan yang lebih cerah. Seniman, banyak dari mereka adalah wanita muda, telah mengubah terowongan yang mengarah ke Lapangan Tahrir menjadi galeri seni revolusioner.
Membuat mural di sejumlah tembok adalah cara unik untuk memprotes pemerintah. Lewat gambar-gambar sarkastik, masyarakat dan seniman di Irak seperti ingin menunjukkan bobroknya Pemerintah Irak kepada dunia.
Salah satu sosok yang turut membuat mural yang berisikan protes terhadap pemerintah Irak adalah Raid Madhaa. Kepada The National, Raid mengatakan jika dirinya ingin memberikan sesuatu yang bisa membuat orang lain tersenyum.
“Saya ingin membuat lukisan yang ketika orang lewat, itu membuat mereka tersenyum,” ujar Reid Madhaa.

Cara warga Irak dalam berdemonstrasi lewat mural ini tentu mengingatkan kita dengan aksi turun ke jalan yang dilakukan oleh mahasiswa Indonesia beberapa waktu lalu. Para mahasiswa dengan cara unik menggunakan poster maupun banner dengan tulisan lucu nan menggelitik.
Penggunaan poster lucu di Indonesia atau mural di Irak merupakan cara alternatif untuk menyampaikan aspirasi atau protes. Cara yang tak hanya unik, tapi juga menarik perhatian.
Apapun caranya, baik itu mural maupun poster, tujuan intinya tetap mengirim pesan ke pemerintah. Pesan kuat tentang perlawanan terhadap kebobrokan pemerintah akan terus terjadi dan tak akan berhenti.