Pandemi corona ini seperti buah simalakama bagi para pengusaha warung kopi. Tetap buka nanti terancam virus corona dan “disemprot” pemerintah. Kalau tutup, tak dapat penghasilan. Sulit bukan?
Demi menanggulangi pandemi corona yang makin parah di Bojonegoro, para pengusaha warung kopi dan kafe beramai-ramai untuk menutup sementara tempat mereka. Seperti sudah menjadi kesepakatan bersama, sejumlah warkop di Bojonegoro tutup hingga batas waktu yang belum ditentukan.
Ada yang berbeda dari suasana Kota Bojonegoro pada Jumat malam (27/3/2020). Sejumlah warung kopi ternama di Bojonegoro tak beroperasi lagi mulai pukul 9 malam. Alhasil, Bojonegoro jadi seperti kota mati.
Sejumlah warung kopi favorit di Kota Bojonegoro seperti Selasar, Mak Bah, Kopinem, Rebox, hingga Woi tutup lebih awal. Bahkan, ada yang memilih untuk tutup total. Kalaupun buka, mereka hanya melayani pembelian untuk dibawa pulang alias bungkus.
Tak hanya warkop favorit saja. Warung kopi lain juga membatasi jam bukanya menyusul pandemi corona yang makin meluas di Bojonegoro.
Warung kopi merupakan penghias Kota Bojonegoro. Tanpa warung kopi dan kafe, Bojonegoro mungkin jadi daerah yang sepia tau suwung.
Keberadaan warung kopi membuat suasana Kota Ledre jadi lebih hidup.
Warga Bojonegoro yang mayoritas anak muda memang menjadikan warung kopi sebagai tempat berkumpul dan nongkrong bersama. Jangan heran kalau warkop jadi tempat berkerumun favorit di Bojonegoro hingga larut malam.
Sayangnya, sejak pandemi corona, warung kopi di Bojonegoro mulai terkena dampaknya. Para pengusaha warkop harus kucing-kucingan dengan petugas gabungan yang gencar melakukan razia.
Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memang secara resmi membatasi jam buka warkop. Melalui surat edaran dari bupati, warkop hanya boleh buka sampai pukul 9 malam saja. Jika ngotot buka sampai batas waktu yang ditentukan, petugas dari Satpol PP, Polisi dan TNI akan langsung melakukan penertiban.
Tujuan kebijakan pemerintah ini sebenarnya baik. Yakni memutus rantai penyebaran corona di Bojonegoro. Warkop sebagai tempat nongkrong warga punya peluang jadi lokasi penyebaran virus corona.
Pandemi corona ini seperti buah simalakama bagi para pengusaha warung kopi. Tetap buka nanti terancam virus corona dan “disemprot” pemerintah. Kalau tutup, tak dapat penghasilan. Sulit bukan?
Pada akhirnya, para pengusaha warung kopi di Bojonegoro melunak. Masifnya penyebaran corona di Bojonegoro ditambah dengan aturan ketat pemerintah membuat mereka seakan sepakat untuk bersama-sama membatasi jam buka.
Tak sekadar membatasi jam buka saja. Mereka bahkan dengan berani untuk tutup total hingga batas waktu yang belum ditentukan. Sebuah keputusan berani di masa-masa sulit seperti ini.
Kalau warung kopi tutup, warga tak punya pilihan tempat nongkrong di luar rumah. Alhasil, warga akan kembali ke kediamannya masing-masing. Dengan begitu, himbauan psychal distancing bisa terlaksana dengan baik.
Mungkin tak berlebihan jika menyebut para pengusaha atau bakul kopi di Bojonegoro sebagai salah sosok sentral dalam pencegahan virus corona. Tak bisa dipungkiri jika mereka punya kekuatan yang cukup besar untuk mencegah penyebaran virus corona di Bumi Angling Dharma.