Syekh Abdus Syakur Surabaya merupakan ulama besar Tanah Jawa yang pernah jadi guru di Tanah Hijaz (Makkah). Ia guru dari Hadratusyaikh KH Hasyim Asy’ari. Satu kisah menarik tentangnya, adalah saat ia menikah dengan perempuan dzuriah (keturunan) Rasulullah SAW.
Jauh sebelum Manhaj Wahabi mengkoptasi pemerintahan Saudi Arabia — tepatnya abad 18, 19, dan 20 M— Kota Makkah dipenuhi gugusan bintang ulama Aswaja bernisbat Al Jawi (berasal dari Nusantara). Satu di antaranya bernama Syekh Abdus Syakur Surabaya.
Syekh Abdus Syakur memang tak begitu terkenal. Namun, kapasitas ilmu dan pengaruhnya di Makkah, digambarkan hampir menyamai Syekh Nawawi Banten. Ia satu di antara guru dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
Dalam catatan pribadi bertarikh Ramadhan 1318 H (Desember 1900), KH Hasyim Asy’ari menyebut Syekh Abdus Syakur Surabaya sebagai salah seorang gurunya di Makkah. Beliau juga mengambil sanad ilmu darinya. Beliau mengambil sanad kitab al-Hikam Ibnu Atha’illah Sakandari pada Syekh Abdul Syakur Surabaya. Ini terbukti dari catatan pribadi yang ditulis KH Hasyim Asy’ari sendiri.
Selain dari data di atas, data tentang Syekh Abdus Syakur Surabaya juga terdapat dalam kitab ijazah sanad berjudul Al-‘Iqd Al-Farid min Jawahir Al-Asanid yang ditulis Sayyid Yasin Al Fadani, nama lengkap Syekh Abdus Syakur adalah Syekh Abdus Syakur bin Abdul Jalil Surabaya Al Jawi Al Makki Asy-Syafi’i.
Historiografi Syekh Abdus Syakur Surabaya
Dalam Shafahat min Tarikh Makkah yang ditulis Snouck Hurgronje menjelaskan riwayat Syekh Abdus Syakur Surabaya cukup rinci. Sang Syekh berangkat dari Surabaya ke Makkah sejak usia muda. Di Makkah, Syekh Abdus Syakur belajar pada banyak ulama Aswaja kala itu.
Di Makkah, Syekh Abdus Syakur memiliki guru utama bernama Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyahti al-Husaini, seorang ulama dzuriyah (keturunan) Nabi Muhammad SAW berasal dari Distrik Syatha, Kota Dimyath (Mesir), yang masyhur tempat para sayyid.
Sayyid Muhammad Syatha al-Dimyahti al-Husaini merupakan ayah dari Sayyid Umar Syatha, Sayyid Utsman Syatha, dan Sayyid Bakri Syatha (penulis kitab I’anah Tholibin). Keluarga Syatha masyhur sebagai keluarga ulama besar di Makkah.
Syekh Abdus Syakur Surabaya bermulazamah dan menjadi khodam cukup lama pada Sayyid Muhammad Syatha. Barokah dari apa yang beliau lakukan, kelak, Syekh Abdus Syakur Surabaya menguasai sangat banyak fan keilmuan. Ia menguasai ilmu nahwu, shorof, syair, mantik, fikih, dan tauhid. Ia juga sangat fasih berbahasa Arab.
Menikah dengan Putri Gurunya
Dalam buku Shafahat min Tarikh Makkah dan buku 100 Ulama Nusantara di Tanah Hijaz disebutkan, sebelum Sayyid Muhammad Syatha meninggal, ia berwasiat pada keluarganya agar salah satu putrinya harus menikah dengan Syekh Abdus Syakur Surabaya, berkat besarnya jasa dalam berkhidmah pada beliau.
Walhasil, Syekh Abdus Syakur Surabaya menikah dengan putri dari Sayyid Muhammad Syatha. Artinya, Syekh Abdus Syakur Surabaya menjadi saudara ipar dari Sayyid Umar Syatha, Sayyid Utsman Syatha, dan Sayyid Bakri Syatha.
Lewat pernikahan ini, Sayyid Muhammad Syatha beserta putra-putranya (Sayyid Umar Syatha, Sayyid Utsman Syatha, dan Sayyid Bakri Syatha) ingin menunjukan bahwa pernikahan perempuan dzuriah Nabi SAW. dengan Al Jawi bukan sebuah masalah. Sebab, akhlak dan ilmu lebih diperhitungkan dari nasab.
Dari pernikahan dengan putri Sayyid Muhammad Syatha tersebut, Syekh Abdus Syakur Surabaya kelak dikaruniai seorang putra bernama Hasan. Kelak, sang putra dikenal dengan Syekh Hasan bin Abdul Syakur Surabaya yang juga dikenal sebagai ulama besar di Tanah Hijaz.