November Rain adalah representasi wujud hujan itu sendiri. Di satu sisi ia dingin gahar dan penuh keriuhan, di lain sisi, ia manis dan teduh penuh kehangatan.
Suara lintasan motor dan mobil sayup menggema pelan, kala salah satu penjaga warung kopi di Jalan Untung Suropati menaruh secangkir kopi di atas meja, tepat di hadapan saya.
Ryan Sahruli, lelaki yang duduk di depan saya, sempat mengatakan jika November tanpa hujan serupa keretek nihil korek api atau warung makan sonder rokok eceran atau pria tampan yang tak pernah terlihat sedang buwoh bersama pasangan.
Barangkali langit tersinggung mendengar kata-kata itu, tak butuh waktu lama, hujan turun membasahi trotoar beserta pelintas jalan yang gedandapan tak bersiap diri dengan perlengkapan jas hujan. Awal November dibuka dengan hujan yang teduh.
“Mumpung hujan, aku ambil foto dulu. Di depan ada kursi dan meja yang kedinginan,” ucap lelaki berambut gondrong tersebut.
Saya segera memutar lagu November Rain melalui ponsel, guna mempertegas suasana. Dan dengan segera pula, sayatan suara piano AXL Rose membersamai derap hujan yang menggedor-gedor atap seng tempat kami duduk.
Saya merasa, November Rain mengalun bersama hujan adalah pembuktian bahwa lagu mampu menyihir suasana. Ia tak hanya memberi warna, tapi mengubah ornamen suasana atau justru mempertebal nuansa.
Ryan yang memang memiliki rambut gondrong 80-an, tentu memperkuat kesan bahwa Guns N Roses benar-benar hadir di Jalan Untung Suropati. Saat ia membalik topinya ke belakang, saya melihat AXL. Dan saat ia melepas topinya, saya melihat Slash me-rebonding rambut.
Sebagai videografer yang memiliki semangat berkarya serupa semangat seorang PNS menjelang tanggal muda, sesungguhnya Ryan lebih mirip Antoine Griezmann dibanding AXL ataupun Slash.
Tapi, karena hari ini hujan dan November Rain mengalun memanjakan telinga, Ryan tampak lebih mirip seperti anggota gerombolan rocker berambut gondrong asal Los Angles, alih-alih striker timnas Prancis yang kini bermain untuk Atletico Madrid.
**
November Rain bukan lagu rock biasa, bagi saya. Selain memang enak didengar, November Rain serupa colokan listrik yang mampu menghadirkan daya ingat pada bermacam perkara. Selain itu, ia lagu rock yang tetap menampilkan sisi manis seorang rocker.
Lagu rock yang baik, konon tak meninggalkan sisi manis seorang rocker di dalamnya. Serupa Bon Jovi dengan Always-nya, Deep Purple dengan Soldier of Fortune-nya atau Metallica dengan Nothing Else Matter-nya.
November Rain adalah representasi wujud hujan itu sendiri. Di satu sisi ia dingin gahar dan penuh keriuhan, di lain sisi, ia manis dan teduh penuh kehangatan. Karena itu, benar jika November Rain adalah lagu cadas yang tak meninggalkan kelembutannya.
Nothin’ lasts forever
And we both know hearts can change
And it’s hard to hold a candle
In the cold November rain
Di dunia ini, tak ada yang abadi tentu saja. Dan manusia, merupakan hewan paling identik dalam dua hal: plin-plan dan suka bosan. Secara tersirat, November Rain mengingatkannya.
Saya menganggap November Rain sebagai lagu yang tak sekadar membahas asmara dan patah hati. Tapi lebih pada kerapuhan, ketidakstabilan komitmen, dan upaya mati-matian (bagi orang-orang tertentu) untuk saling menguatkan.
Coba lihat video klip November Rain: dengan bertelanjang dada, Slash yang mengapit batang rokok di bibirnya tampak berjalan gontai sambil menenteng Gibson Les Paul. Disusul jerit pilu dari solo gitar yang ia mainkan. Semacam ada getir yang benar-benar dilawan, dengan cara laki-laki.
** **
Lagu November Rain memang paling enak dinikmati sambil merokok. Apalagi saat sedang hujan. Saya ingat, dulu, saya dan kakak keponakan saya, belajar ngerokok sambil mendengar November Rain.
Kata kakak pada saya, di dunia ini ada dua band rock yang wajib diketahui. Dua band itu adalah Guns N Roses dan Bon Jovi. Sebab ia menyuarakan ‘Rock Cinta’, begitu kakak saya mengistilahkan.
Waktu itu, saya masih SD kelas 5 dan kakak saya sudah SMP. Saat kami belajar ngerokok sambil sembunyi-sembunyi, kakak sering bercerita tentang kehebatan Guns N Roses dan Bon Jovi. Dua band rock yang dia kagumi.
Kami berdua, tentu saja, belum paham dengan arti lagu-lagu Guns N Roses ataupun Bon Jovi. Kami menyepakati jika pesan di lagu November Rain adalah peringatan untuk tidak hujan-hujanan.
Kelak, ketika dewasa, kami berdua sering tertawa-tawa kala ingat arti November Rain yang sempat kami berdua sepakati tersebut. Masa itu, kami memang tak butuh tahu arti lagu November Rain maupun Always secara jelas.
Kami hanya menikmati lagunya, nadanya yang mudah diingat untuk sesekali ditirukan (meski keliru), dan video klipnya yang harus ditonton sambil sembunyi-sembunyi seperti saat sedang merokok.
** **
Ryan menunjukkan hasil fotonya pada saya: meja dan kursi kedinginan di pinggir trotoar Untung Suropati. Dia sempat berkata jika foto itu blur dan buruk. Tapi, saya tak melihatnya demikian. Foto itu justru sangat artsy.
Saya berkata pada Ryan. Tak selamanya blur itu buruk. Blur bahkan hadir untuk menutupi kekurangan, angle yang buruk, atau hadirnya objek yang tak diinginkan. Bahkan, blur mampu hadirkan seni lingkar buram yang surealis.
Hujan di Trotoar Untung Suropati, adalah hujan November Rain. Hujan yang sendu tapi pemberani. Lihatlah, trotoar Untung Suropati adalah trotoar besar yang tak kena perbaikan trotoar, di tengah banyak trotoar yang drainasenya diperbaiki. Yawlah, kan ia jalan provinsi? Oke.
Hujan di Jalan Untung Suropati, adalah hujan November Rain. Hujan di kawasan yang pemberani. Lihatlah, jalan Untung Suropati adalah jalan besar yang masih memiliki banyak pepohonan, di tengah banyak jalan besar lain yang pohonnya ditumbangkan.