Hari-hari terik yang panas mulai berganti dengan mendung. Hingga tiba saatnya tetesan hujan mulai turun, mengguyur wilayah Indonesia. Termasuk Kota Bojonegoro. Setelah sambat kepanasan, lalu apa setelah ini?
Awal musim hujan pun datang. Ini harus disambut bahagia. Pasalnya, tedapat peristiwa tidak mengenakkan yang negeri ini alami. Kebakaran hutan dan lahan di sebagian wilayah Indonesia. Sumatra dan Kalimantan. Ini terjadi pada akhir musim kemarau 2019. Bahkan, masyarakat Bojonegoro sempat mengalami suhu setinggi 44 derajat celcius.
Melansir Antaranews, data Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat total lahan terbakar seluas 857.756 hektare (ha). Jumlah tersebut terdiri dari 630.451 ha lahan mineral dan 227.304 ha lahan gamut. Itu terjadi selama Januari hingga akhir September 2019.
Belum lagi, ditambah kebakaran hutan yang terjadi di wilayah pegunungan. Antara lain Gunung Panderman, Arjuno, Merbabu, Semeru, Rinjani dan Gunung Agung. Melansir Kompas, tercatat 13 gunung mengalami kebakaran hutan selama 2019.
Oleh karena itu, datangnya musim hujan bisa mengurangi keresahan. Dampak buruk musim kemarau panjang bisa dikurangi. Ini harus dirayakan. Pasalnya, hujan akan mengembalikan kondisi air tanah dan suhu kelembangan udara. Sehingga, kemungkinan kebakaran dan kerusakan hutan bisa berkurang.
Musim hujan kerap datang bersama kenangan. Selain itu, datang pula bersama harapan. Datangnya musim hujan perlu dirayakan dengan secangkir kopi. Lebih dari itu, ini kesempatan untuk melakukan tindakan nyata. Salah satunya penghijauan.
Mengawali musim hujan, ini kesempatan kita untuk menanam kembali. Pandangan yang lebih jauh, penghijauan akan menggantikan lahan hutan yang terbakar. Mungkin tidak sebanding. Namun, upaya nyata tentu akan menghasilkan perbaikan lingkungan.
Curah hujan yang meningkat tentu membuat air tanah bertambah. Momen ini sangat mendukung untuk melakukan penanaman. Tidak terbatas pada pertanian atau perkebunan. Penambahan tanaman hutan tentu akan sangat membantu. Terlebih jika dilakukan secara berlanjut dan konsisten.
Melansir Vice, hutan berperan penting bagi kehidupan manusia. Bahkan, hutan memiliki pengaruh besar bagi seluruh masyarakat. Tidak hanya masyarakat sekitar hutan, tetapi masyarakat perkotaan pula. Bisa dikatakan, bahkan berdampak secara langsung.
Secara umum, hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia. Menyerap karbon dioksida di udara, kemudian menggantinya dengan oksigen yang dihirup manusia. Selain itu, hutan juga menyediakan bahan dasar produk pabrik. Misalnya bahan bangungan, kertas hingga produk konsumsi.
Siapa sangka, produk bahan makanan di pasar atau dipajang di supermarket merupakan hasil hutan. Misalnya alpukat dan buah jenis lain yang berasal dari hutan hujan. Kopi yang berasal dari hutan tropis pegunungan. Jika lahan hutan semakin berkurang, tentu ketersediaan pangan juga berkurang. Bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat perkotaan.
Hutan merupakan pengendali iklim suatu wilayah. Hutan juga sebagai produsen pangan terbaik. Selain itu, juga penyediaan bahan baku industri. Misalnya material banungan, pasokan kertas dan bahan kosmetik. Bahkan, hutan juga sumber bahan baku obat herbal.
Menanam tidak hanya untuk jenis pohon hutan. Masyarakat perkotaan bisa memanfaatkan lahan untuk menanam tanaman hias. Akan lebih bagus jika dengan tanaman perkebunan. Misalnya buah dan sayur. Tanaman ini bisa dimanfaatkan secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari.
Sedikit banyak lahan, manfaatkan untuk menanam pohon atau tanaman jenis lain. Musim hujan adalah kesempatan untuk memperbaiki lingkungan. Mungkin, dampaknya tidak secara langsung. Namun, bisa jadi musim kemarau tahun depan tidak akan terulang. Cuaca panas ekstrem bisa dikurangi dengan banyaknya pohon dan perbaikan hutan.