Universitas Bojonegoro atau Unigoro punya hubungan ideologis dengan sungai Bengawan Solo. Sebuah cerita yang jarang diketahui banyak orang. Berikut kisahnya.
Bojonegoro punya beberapa perguruan tinggi. Kampus tertuanya adalah kampus berjuluk Yellow Campus. Dialah Unigoro. Mari menengok gelanggang intelektual dan pergerakan tertua di Bumi Angling Dharma tersebut.
Pada tanggal 9 April 1981, 39 tahun yang lalu gelanggang intelektual dan pergerakan tertua di Bumi Angling Dharma itu berdiri di tanah Bojonegoro.
Sebagai masyarakat Bojonegoro, seyogianya tahu sepercik kisah masa lalu (sejarah) khususnya dalam bidang pendidikan konteks lokal. Mengingat pendidikan merupakan salah satu cara dari berbagai cara yang bisa ditempuh untuk membangun peradaban.
Saking pentingnya pendidikan, teringat dawuh Nelson Mandela: Education is the most powerful weapon which you can use the change the world. Pendidikan adalah senjata paling hebat yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia.
Semoga, nantinya banyak lulusan Universitas Bojonegoro yang bisa mengubah dunia ke arah lebih baik, Hehehe. Semangat kemerdekaan dan pancasila menjadi bekal Unigoro membangun peradaban, wabilkhusus bagi yang ngangsu kaweruh di sana.
Sebuah perguruan tinggi yang mewah. Mepet sawah. Berdiri pada 9 April 1981. Dulunya hanya 3 fakultas. Pertama, Fakultas Hukum dengan program studi (prodi)/jurusan Hukum Perdata dan Pidana.
Kedua, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik dengan prodi Ilmu Administrasi Negara dan Hubungan Internasional. Dan ketiga, Fakultas Pertanian dengan jurusan sosial ekonomi pertanian.
Unigoro berdiri di bawah naungan Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Yayasan Suyitno Bojonegoro. Seiring berjalannya waktu, karena pikiran manusia sering berubah dan labil, Unigoro menonaktifkan beberapa prodi. Hingga sekarang, di Dies Natalis yang ke-39 ini, ada 5 fakultas yang terdiri dari 8 program studi.
Fakultas Hukum (FH) yang memiliki bendera fakultas dengan warna dasar merah memiliki arti keberanian terhadap kebenaran dan keadilan serta semangat, terdapat satu prodi yaitu Ilmu Hukum.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dengan bendera fakultas warna dasar biru bermakna harapan dan kedamaian memiliki prodi administrasi publik.
Fakultas Pertanian yang identik dengan warna hijau mengandung arti kesuburan dan kemakmuran, memiliki prodi agribisnis.
Fakultas Ekonomi dengan bendera kuning yang berarti kebijaksanaan, kejayaan dan kemakmuran, ada prodi ekonomi pembangunan.
Dan Fakultas Teknik & Sains dengan warna dasar bendera biru telor asin mengandung makna kedisiplinan dan keteguhan ada beberapa prodi, yaitu teknik sipil, ilmu lingkungan, teknik industri, dan kimia.
Menengok gelanggang intelektual dan pergerakan tersebut, secara tidak langsung, Nabsky bakal dibawa menyaksikan kejayaan dan keramaian Sungai Bengawan Solo. Nduh, kok iso? Yo iso leh, ngene ceritane….
Sungai Bengawan Solo pernah ramai dengan aktivitas perdagangan dan pelayaran. Namun sekarang sungai Bengawan Solo juga masih ramai kok Nabs. Di era Revolusi Industri 4.0, Bengawan Solo tetap ramai dengan sampah dan penambang illegal.
Mengapa Unigoro identik sungai Bengawan Solo? Karena di logo gelanggang intelektual dan pergerakan tertua di Bumi Angling Dharma tersebut ada simbol air beriak tenang, dimana menggambarkan daerah geografis Bojonegoro yang dilalui sungai Bengawan Solo.
Riak yang tenang tetapi mempunyai kekuatan yang meyakinkan, itulah makna tersirat dari riak air tenang yang bergaris empat pada lambang Unigoro. Garis empat berarti rasa, cipta, karsa, dan karya. Hal itu tentu selaras dengan pengertian kebudayaan yang dikemukakan dua begawan sosiologi Indoneisa: Selo Soemardjan dan Sulaiman Sumardi.
Sebuah tempat yang mewah (mepet sawah) berdiri di Desa Kalirejo menjadi gelanggang intelektual dan pergerakan serta menjelma sebagai pusat belajar kerakyatan, semoga.
Menjadi gelanggang intelektual karena kegiatan akadmik nyata dan terjadi. Mulai dari transfering knowledge hingga pengabdian pada masyarakat yang kini dimaknai secara jama’ah sebagai Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Ya, tapi baguslah dari pada tidak ada dan tak dilakukan, hehe…
Gelanggang pegerakan maksudnya, di mana civitas academik baik dosen, mahasiswa, dan lain-lain juga mengalami gerak. Gerak menjadi kata dasar dari pergerakan. Dalam ilmu fisika, gerak dimaknai sebagai perpindahan dari satu titik ke titik yang lain.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gerak adalah peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali maupun berkali-kali. Pergerakan berarti perihal atau keadaan bergerak, juga bisa dimaknai sebagai kebangkitan (untuk perjuangan atau perbaikan).
Perjalanan menuju gelanggang intelektual dan pergerakan alias kampus bisa dikatakan gerak. Sebab terjadi perpindahan dari domain atau daerah asal menuju kampus. Misalnya gerak mata seperti melirik, gerak bibir komat-kamit sembari baca shalawat sebelum mencari ilmu dalam perjalanan menuju kampus, dan lain-lain.
Tapi, yang perlu di garis bawahi, tentu pergerakan (gerak) di kampus tidak hanya dimaknai seperti itu. Gerak akademisi agak berbeda. Seyogianya penuh dengan ilmu, pengetahuan, pengalaman dan wawasan. Semangat melakukan penelitian dan tak hanya menjadikan KKN sebagai laku pengabdian masyarakat.
Unigoro secara langsung atau tidak, menyandang kampus kerakyatan yang berlandaskan pada landasan ideal (Pancasila) dan landasan konstitusional (UUD 1945).
Mulai dari biaya kuliah yang medium, tidak terlalu high, bahkan bisa saja gratis karena menerima beasiswa Bidik Misi.
Kampus kerakyatan sebab semua kalangan bisa keluar dan masuk dengan leluasa. Apabila memiliki kegemaran mancing, bisa lah mancing di danau kampus Unigoro yang nantinya akan menjadi danau Kenanga yang menjadi ikon Universitas Indonesia, danau kampus Unair yang berada di depan rektorat (Kampus C), dan danau-danau kampus yang lain.
Tapi Unigoro sudah keren, memiliki danau yang kentara juga rektorat yang menjadi karakteristik kampus jika dibanding dengan beberapa perguruan tinggi lain di Bojonegoro.
Namun pembangunan kampus, tidak hanya dimaknai dari adanya danau. Lebih dari itu, yaitu menghidupkan kampus dengan kegiatan akademik seperti diskusi, ngopi akademik, dan kegiatan-kegiatan lain.
Di Unigoro, juga ada beberapa pusat studi lho di bawah Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M), seperti Pusat Studi Anggaran, Pusat Studi Jurnalistik, Pusat Studi Hak Asasi Manusia (PUSDIHAM) mengingat Bojonegoro sebagai Human Rights Cities, PUSAKA (Pusat Studi Bahasa, Budaya, dan Keberlanjutan), Pusat Studi Agribisnis, dan lain-lain. Nabsky, jika kepo langsung saja cus di www.unigoro.ac.id.
Yellow Campus, berada di peringkat 20348 dunia dan 778 nasional berdasar Webometrics. Update berita terkini juga bisa terjadi, di ruang pemenuhan isi perut alias kantin kampus sembari menikmati secangkir kopi dihiasi dengan kepulan asap rokok.
Oh, ya..bagi kawan-kawan yang kepo tentang unigoro saya himbau langsung saja kunjungi www.unigoro.ac.id jangan lupa hastag #BanggaUnigoro dan #KamiAdaUntukIndonesia.
Yang memiliki kegemaran penelitian bisa gabung di UKM P2J, kependudukan di UKM Kependudukan, pecinta alam ada UKM Agropala, yang suka gelut tapi profesional bisa gabung di UKM Pencaksilat dan lain-lain.
Beberapa rekor juga terjadi di Unigoro pada Dies Natalis ke-39. Seperti rektor wanita pertama di Unigoro, peningkatan jumlah publikasi yang kawan-kawan bisa akses di website kampus, dan lain-lain.
Baik, semoga hastag #KamiAdaUntukIndonesia dan #BanggaUnigoro menggema di dua dunia, maya dan nyata. Serta menjadi kebanggan rakyat Bojonegoro dalam rangka mewarnai cakrawala dunia.