Di tengah hiruk-pikuk kecemasan dunia. Uzlah kontemporer bisa jadi solusinya.
Kalender 2023 telah berganti 2024. Problem sosial silih berganti. Ada yang menanti, bahagia, hingga ada yang menangisi. Ada banyak solusi untuk meminimalisir persoalan? Salah satu di antaranya uzlah kontemporer.
Uzlah atau menyendiri tidak bisa difahami secara tekstual saja. Melainkan harus di bawah bimbingan seorang guru, kiai, ustadz, maupun mursyid. Jika difahami secara sendiri, takutnya terjadi pergeseran makna dan esensi.
Uzlah bisa diartikan menyendiri bersamanya. Yaitu bersama dzat yang Maha Agung, Allah SWT. Di era kontemporer, uzlah bisa dijadikan solusi.
Pengejawantahan uzlah kontemporer, bisa dilakukan dengan cara “sunyi dalam keramaian”. Di era kontemporer, siapapun bisa menerapkan metode tersebut. Para profesional di bidang tertentu, pekerja pabrik, pekerja sektor ekonomi, ibu rumah tangga, akademisi, petani, seniman, dan lain sebagainya.
Di era kontemporer, pekerja pabrik atau buruh tidak perlu bersusah payah pergi ke suatu tempat, misalnya di petilasan, maupun di gunung untuk uzlah. Mereka tak perlu meninggalkan alat produksi, dalam rangka menyendiri di tempat yang sunyi untuk mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jika misalnya mereka sudah berkeluarga, tetapi malah meninggalkan anak dan istri, akan berakibat celaka. Dan bekerja juga merupakan suatu ibadah jika niatnya benar. Buruh masih bisa mendekatkan diri dengan Tuhan yang Maha Kuasa, dengan tetap bekerja seperti biasa. Bagaimana caranya?
Ingat, dalam tubuh manusia ada hati. Senantiasa tautkan hati dengan zat yang Maha Tinggi. Selalu ingat pada zat tersebut. Misalnya ketika bekerja, selalu berzikir atau mengingat kepadanya. Akal, pikiran, mata, kaki, dan tangan boleh bekerja, namun hati tidak boleh alpa darinya.
Itulah kiranya sedikit gambaran kecil dari uzlah kontemporer. Apapun nama uzlahnya, uzlah yang sesungguhnya ialah bersamanya. Dan seyogianya ihwal metodologi uzlah, harus di bawah bimbingan kiai, ustadz, guru, dan lain sebagainya. Kecuali orang-orang tertentu yang benar-benar memiliki “hubungan khusus” bersama Tuhan Yang Maha Kuasa.
Wallahua’lam bis shawab.
terimakasih atas tulisannya mas gi